Mungkin hampir seumur hidup Dhita menghabiskan waktunya bersama dengan Na Jaemin, laki-laki yang tinggal disebelah rumahnya. Orang tua mereka bahkan sudah berteman sedari masa remaja dan kebetulan sekali bertetangga semenjak keluarga Dhita pindah saat bunda Dhita mengandungnya dan kebetulan juga mama Jaemin juga tengah mengandung Jaemin.
Dhita dan Jaemin selalu menghabiskan hari-hari mereka bersama sedari bayi lalu memasuki taman kanak-kanak yang sama, sekolah dasar yang sama, SMP yang sama dan SMA yang sama pula. Syukurnya Dhita dan Jaemin tak pernah berada dikelas yang sama lagi setelah kelas 3 SD.
Jaemin itu petakilan, ia sering mengganggu Dhita. Paling parah, saat mereka duduk dikelas 2 SD, Jaemin meletakkan cicak diatas kepala Dhita, alhasil membuat Dhita tak mau menyapa Jaemin sampai seminggu dan lucunya Jaemin menangis meminta maaf sambil memegang coklat kesukaan Dhita. Dhita sih hanya mengambil coklatnya tanpa mengatakan apapun, membuat Jaemin tiba-tiba senang dan langsung memeluknya.
Tapi sekarang rasanya tabiat buruk Jaemin kembali lagi saat mereka baru masuk dibangku SMA, Jaemin kembali mengerjai Dhita abis-abisan, dari baju Dhita yang ia acak-acak saat Dhita tak ingin menemaninya menonton film di bioskop dan membuang lotion body milik Dhita yang belum sempat ia pakai.
Lalu seperti saat ini...
Jaemin kini asik mencoret muka Dhita yang tengah tidur siang di kamarnya, jangan tanyakan kenapa Jaemin bisa masuk kekamar Dhita, tentu saja karena sudah bersama terlalu lama mereka berdua berasa tak punya batasan untuk masuk ke kamar masing-masing. Dhita yang mendengar tawa didekatnya, ia membuka matanya pelan lalu melihat wajah Jaemin yang berada dekat didepan wajahnya. Sontak perempuan itu memundurkan wajahnya kaget.
Lalu Jaemin, laki-laki itu reflek berlari keluar sambil tertawa melihat Dhita yang masih setengah sadar setelah bangun. Dhita mulai beranjak dari kasurnya, berjalan pelan dan melewati kaca sambil melirik sekilas, tapi sesuatu membuatnya terkejut dan kembali balik kekaca, ia terkejut melihat wajahnya yang kini penuh dengan coretan spidol berwarna miliknya.
"NA JAEMIN," teriaknya.
「❀」The Way「❀」Besok paginya, Dhita memang berencana ingin menghindari Jaemin, tak ingin menyapanya dan hanya mengacuhkannya. Tapi sepertinya rencananya itu harus gagal kembali saat menyadari ia bangun telat untuk berangkat sekolah lalu abangnya Doyoung telah pergi duluan ke kampusnya.
"Sialan" gerutunya dalam hati.
Dhita bahkan berencana untuk tak sekolah saja hari ini, karena ia tak ingin dihukum oleh buk Desti yang terkenal galak disekolahnya. Baru saja ingin masuk kembali ke kamarnya, tapi suara Mama yang memanggilnya dari bawah.
"Dek, ini Jaemin dari tadi nunggu kamu lho. Kamu kapan siapnya,?" Seru mamanya dan sukses membuat Dhita terkejut. Kemudian ia berjalan cepat turun kebawah menemui Jaemin yang kini sedang melihat jam tangannya.
"Ngapain kamu,?" Dhita menatap jengkel Jaemin. Jaemin menegakkan kepalanya saat ia mendengar suara Dhita yang berdiri didepannya, ia tak menjawabnya tapi segera menarik tangan Dhita keluar, "eh ngapain narik-nari--"
"Udah jangan bawel dulu ini kita udah telat sekolah," Jaemin memasang helmnya dan memberi helm satunya lagi pada Dhita, perempuan itu hanya menatap pada Jaemin dengan wajah ditekuk, "pakai, cepat naik," ia memasangkan helm pada kepala Dhita dan menarik tangannya paksa hingga naik kekursi penumpang. Lalu Jaemin mulai menjalankan motornya.
Dijalan, benar-benar tak ada percakapan. Jaemin yang mengendarai lebih cepat dari biasanya dan Dhita yang dari tadi gemas ingin memukul kepala Jaemin dari belakang.
"Dhit, jangan marah yaa," tiba-tiba Jaemin membuka suaranya membuat Dhita terkejut dan bersiap ingin mengeluarkan omelannya, tapi berhenti kembali, "huaa, janji deh aku gak bakal ngerjain dhita lagi" nada suara Jaemin yang panik merengek membuat Dhita tersenyum kecil tapi tak menjawabnya, malah membuat Jaemin mulai bertambah resah, "ih Dhit, jawab dong," katanya lagi.
Motor Jaemin mulai memasuki kawasan parkiran sekolah dan banyak orang yang melihat pemandangan Na Jaemin yang membawa motornya dan tak lupa, ada Dhita yang selalu duduk dibelakangnya.
Mesin motor sudah mati saat Jaemin baru saja memarkirkan motornya, Dhita turun lebih dulu memberi helm pada Jaemin tanpa mengatakan apa-apa dan bersiap pergi tapi ditahan oleh tangan Jaemin, "Dhit, maafin Jaemin," rengek Jaemin dengan bibirnya yang ia pautkan.
Dhita melepaskan tangan Jaemin dan kembali berjalan, sekitar 3 langkah ia maju, Dhita berhenti dan menatap kebelakang, "beliin dulu aku makanan banyak-banyak, baru aku maafin," lalu kembali berjalan kedepan, setelah berbalik senyuman lebar miliknya yang sedari tadi ditahan kini keluar.
Jaemin dibelakangnya, melompat bahagia dan segera menghampiri Dhita dengan berlari kecil. Setidaknya, kali ini Dhita kembali memaafkannya. Mungkin Jaemin bisa kembali mengerjai Dhita dilain waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way
FanfictionHampir seumur hidup Dhita menjalani hari bersama Na Jaemin, sahabatnya. Sialnya, dia juga harus menjalani harinya bersama perasaan hati yang seharusnya tak ia miliki pada sahabatnya itu. Lalu ada Huang Renjun, murid pindahan yang duduk dibelakang ku...