第五

97 22 4
                                    

BIZARRE.

"xiaojun bentar, jangan pergi dulu! maksud kamu... Hyunjin juga pernah mati..? Lalu si hyunjin juga pilih pilihan pertama seperti aku? Lalu apa maksud kamu bilang kalo hidup aku akan dipenuhi sama monster? Kok nggak jelas banget sih??" kieun bertanya dengan bertubi tubi, bingung dan penasaran tentang orang yang tadi ia lihat.

Sayang, kieun terlambat. Xiaojun sudah hilang dalam sekejap mata menjadi debu.

"padahal aku pengen tau lebih lagi..." dalam gumaman kieun merutuki xiaojun yang selalu berbicara dengan gantung-gantung padanya.

Kieun menghela nafasnya, merasa pusing, lelah, dan bingung dengan semua yang terjadi dengan tiba-tiba dalam hidupnya yang dulu biasa saja. Kieun mengkhawatirkan kabar adiknya, jisung, yang ditinggalkan sendirian.

"oh ya.. Aku belum bilang sama jisung aku dirawat di rumah sakit.." Kieun bergumam pelan, mencari ponselnya yang posisinya ia tak tahu dimana.

"aduh.. dimana ya aku taruh" Kieun mencari di meja, kasur, sofa, dan sekeliling. Hasilnya nihil, tak ada ponselnya dimana mana.

"Apa aku kabur aja ya?" dalam hati kieun berkata, ia tidak ada opsi lain selain itu.

Tangannya mencabut infus yang menusuk tangan kirinya, dengan pelan agar ia tidak membuat darah keluar dengan banyak dan tidak terlalu sakit.

Kakinya terasa pegal saat menginjak lantai dingin rumah sakit. Rasa yang sama saat ia menginjak atap balai kota. Seluruh badannya terasa kaku dan tak nyaman saat digerakkan. Mungkin karena tidak bergerak selama beberapa hari.

Kakinya berjalan pelan di atas lantai keramik dingin rumah sakit, membuka pintu agar tidak membuat suara dan berlari kecil membuat dentungan pelan menggema di lorongan. Namun, ragu mulai menghampiri setelah keluar dari rumah sakit.

Ini tengah malam. Langitnya hitam kelam, tak setitik cahaya kecuali rembulan bulan malam. Kieun tidak menyukai hawa yang ia rasakan. Ia tidak merasa nyaman, ia takut.

Kakinya berjalan pelan, mulai memasuki jalanan sepi dari kendaraan, hanya lampu jalan yang kelap kelip menerangi kieun, ia bersyukur walau sedikit ngeri dengan hawa mencekam ini.

"hi"

Kieun terlonjak kaget, degupan jantungnya seolah-olah terhenti beberapa saat. Seluruh badannya merasakan dingin, dan badannya tak bisa digerakkan. 

"kamu mau kemana? Malam-malam sendirian disini bahaya lhoo, apalagi manusia jenis seperti kamu.." Suara itu berbicara lagi, dalam, serak, dan tajam. Seolah-olah orang yang berbicara adalah hal yang paling membahayakan sekarang, bulu kuduk Kieun berdiri hanya mendengar Setiap kata yang dilontarkan.

Kieun dengan pelan membalikkan kepalanya, bulir keringat dingin menempel pada dahinya, seluruh tubuhnya bergetar, dan kedua tangannya dikepal kuat hingga bekas kuku pada telapak tangannya tampak.

"hehe, beruntung sekali diriku... Apa Xiaojun masih menipu orang? Sudah berapa lama ya? Hmm... 100 tahun? Hehehe, aku tak ingat lagi"  Suara itu lagi berkata, Hawa mencekam yang berada di sekitar Kieun membuatnya Tercekik, sesak seperti sesuatu menggenggam erat tenggorokannya. 

Mata Kieun melebar, seluruh warna dari wajah Kieun pudar, seolah sesuatu yang begitu mengerikan tampil di hadapannya. 

"hehehe, halo" 

Wajah mahluk yang berbicara itu berkata, dua mata lebar putih terlihat menatap kieun, kantong matanya terlihat membusuk, dengan darah mengalir keluar tak henti. Mahluk itu terlihat botak, kulitnya terlihat membusuk, berwarna hijau. dan tubuhnya terlihat seperti bukan manusia, begitu kurus hingga tampak tulang, kedua tangannya begitu panjang, hingga menyentuh aspal kasar. mulutnya terlihat terbuka, hitam kosong, tak ada gigi maupun lidah.

"KYAA!" Kieun berteriak, suaranya yang begitu keras berteriak tolong, kedua kakinya yang masih nyeri di paksakan untuk berlari, berlari sekencang-kencangnya, mencoba mencari tempat aman, namun mahluk itu terus menemukannya.

Kieun menemukan sebuah lorong gang yang gelap. Kedua kakinya terus berlari memasuki gang itu, mencoba mencari tempat paling tersembunyi di gang itu.

"T-tolong.." Kieun berkata terisak, ia menangis tanpa suara di ujung sebuah gang, hanya gelap dan bulan menemaninya. 

"Kamu dimana..? Jangan kabur-kabur dong, nggak asyik begituu" Mahluk itu berucap, langkah derap kaki mahluk itu terdengar, membuat Kieun menahan nafasnya hingga wajahnya biru. 

Kieun terdiam di tempatnya, hanya mengucapkan doa dalam hatinya, kedua tangannya menutup mulutnya dengan erat, mencoba sekeras-kerasnya tak membuat suara sekecil apapun. 

Derap langkah mahluk itu terhenti, tepat di samping dinding yang Kieun bersembunyi. Kedua mata Kieun hanya bisa tertutup rapat, dan bulir-bulir air mata tak henti jatuh dari kedua matanya. Kieun hampir tak bisa menahan nafasnya lagi.

"halo, kita ketemu lagi lho, hehe" 

+++

hai kita ketemu lagi setelah... idk setengah tahun ya? Mungkin besok bakal aku update belly ache kalo masih ada yang baca, ok bye salam.

btw school gives me anxiety and depression lmao.

BIZARRE.   hyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang