prolog

16 5 0
                                    

'Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun. Karena yang menyukaimu tidak butuh itu, dan yang membencimu tidak percaya itu.'

🌷 Ali bin Abi Thalib 🌷

***

Plak

Suara tamparan yang keras memenuhi ruangan nan sunyi membuat suasana ketegangan semakin mencekam, beberapa pasang mata hanya diam membisu melihat kejadian itu dengan mata bergelinang air mata tak kuasa membela gadis kecil yang rapuh menahan rasa sakit dari tamparan pria yang gagah perkasa diselimuti api amarah.

"Oh, udah berani ya. Bagi ku kau hanya semut kecil tapi sekarang semut kecil ini mau melawan. Hah! Lucu sekali... aku lebih tua dari mu, dimana rasa hormat mu kepada kakak mu hah!" bentak pria itu melihat adik perempuan nya yang sedang menatap nya dengan tatapan sinis penuh kebencian.

"fyuhh ...  Apa? Kakak seperti ini yang dihormati adik nya? Sebelum diri mu meminta dihormati maka hormati dulu orang lain ...  Dimana rasa hormat mu sebagai anak kepada ibu yang telah mengandung dan melahirkan mu sampai dirimu besar seperti ini hah?! Tadi bilang apa? Kakak? Oh maaf saya tidak punya kakak laki-laki, bagiku dia sudah mati," balas gadis remaja itu tampa rasa takut setelah semua rasa sakit yang ditahan.

"apa? Kenapa tidak ditampar lagi? Aku sudah terbiasa dengan itu. Rasa sakit itu tidak sebanding dengan rasa sakit dihati yang kau buat," mendengar penuturan sang adik membuat kakak laki-laki itu menahan emosi sambil menurunkan tangan yang terangkat lalu tersenyum sinis dengan muka merah padam nya.

"apa ibumu yang mengajarkan kau seperti ini menjadi gadis kecil yang kurang ajar dan membangkang?" tanya pria itu dengan penuh penekanan.

"Stop! Jangan pernah bawa ibu dalam sikap buruk yang ada dalam diriku. Ibu telah mengajarkan banyak hal baik terutama kesabaran dalam menghadapi anak durhaka yang ada di depanku ini, yang terhormat tuan Muhammad Danil Khatami."

Mendengar penuturan adik semakin menyulut emosi Danil yang kembali ingin melayangkan tamparan kepada sang adik. Namun, teriakan wanita lain yang sedari tadi hanya dapat menyaksikan semua yang terjadi angkat suara menghentikan pertikaian yang terjadi dalam keluarganya.

"Danil!  Ambil semua barang-barang mu. Mulai sekarang kau ikut kakak kerumah kakak dan kerja dengan kakak, dari pada di rumah ini kau cuma buat ibu dan adik-adik terluka dengan tingkah kenakanmu. Zahra pergi tenangi ibu sana masalah kakak laki-laki mu biar ayuk yang urus," perintah kakak perempuan mereka mutlak dengan raut lelah nya.

***

"Bu, jangan sedih lagi ya. Mulai sekarang dia tidak satu atap lagi dengan kita. Lupakan semua yang buat ibu menangis setiap malam nya karena dia, kami tidak bisa lihat air mata mu jatuh karena rasa sakit ulah anak-anak mu bu. Apa bila ada air mata maka itu hanya air mata kebahagiaan... Maafkan kami bu yang belum bisa membahagiakan mu," tutur Zahra dengan rambut dan penampilan yang kusut memeluk ibunya yang hanya menangis dalam diam nya.

"Tidak apa-apa nak, Ibu hanya kecewa anak yang ibu kandung dan besarkan sampai sekarang dengan tega nya berbuat seperti itu, mungkin benar kepergian dia itu yang terbaik."

Tatapan kosong ibu lurus kedepan sedari tadi melihat anak laki-laki dan perempuan nya melintas didepan hanya dapat berucap dengan lirih,
"Maafkan Ibu yang tidak bisa menjadi ibu seperti yang kau harapkan nak,"

"terserah kau lah, maka nya belajar dengan ibu angkat ku dia tau apa yang aku mau, gak seperti kau!" ucap Danil dengan ketus nya membawa barang yang telah dikemas nya.

"Astagfirullahaladzim. iya, nak maafkan Ibu," balas sang ibu.

"dah Ibu gak salah, gak usah minta maaf sama anak yang gak tahu diri. Ibu istirahat aja yuk," ajak Zahra memapah Ibu.

"Yuk Ia bawa Danil dari sini, Ibu gak sanggup lama-lama," pinta Ibu melangkah meninggakan tampat itu dibantu Zahra.

"Gak perlu diberi tahu aku juga mau pergi dari rumah ini. Aku juga nyesal lahir dari keluarga ini," ucapnya melangkah keluar dari rumah.

Mendengar penuturan anak laki-laki satu-satu nya membuat hati seorang Ibu tak kuasa menahan sakit dihati mengingat semua perjuangan nya selama ini mendapat balasan yang begitu buruk dari anak yang dia harapkan hanya dapat meneteskan air mata. "Jangan pernah kau injak rumah ini lagi dan mulai saat ini dunia akhirat aku tidak menggap kau anak ku lagi," lirih Ibu.

Mulai saat ini aku tidak punya kakak laki-laki, bagiku dia sudah mati ... Saat ini kau menabur luka pada ibu ku maka suatu saat aku janjikan kau akan menyesali perbuatan mu. ~ batin Zahra menatap punggung kakak laki-lakinya mulai jauh.

Enalia kakak perempuan Zahra menyusul ibu dan adiknya meminta izin pamit sebelum pergi memeluk serta mencium sang ibu dengan lelehan air mata yang tak henti mengalir.

"Zahra, jaga Ibu masalah Danil biar Ayuk yang urus ... Ya sudah Ayuk pergi dulu, assalamualaikum," pamit Enalia kembali memeluk sang ibu sebelum pergi.

***

Setelah ibu tenang dan terlelap dalam tidur seorang gadis beralih masuk kedalam kamarnya kembali melihat pemandangan yang menyedihkan dari adik bungsunya yang menangis di pojok ruangan.

Perlahan langkah kaki Zahra mendekati adik dan mensejajarkan diri dengan adik, perlahan memeluk adiknya yang semakin menangis.

"Sudah dek jangan nangis lagi ya, tidur gih dengan Ibu sana kita harus bisa bangkit dan buat ibu tersenyum. Emang mau lihat ibu nangis terus? Gak kan, ya udah sana tidur gih makin jelek entar adik kakak nih," hanya anggukan dari adik melangkah keluar meninggakan Zahra sendiri dikamar.

"fyuhhh..."

.
.
.
.
.
.


~~~•~~~••~~~~•~~~~••~~~~•~~~••~~~••~

Assalamualaikum para Reader's utamakan ibadah ya jangan sampai lalai karena bacaan atau bergadang demi baca cerita ginian, kalau ada waktu luang baca cerita saya jangan lupa tinggalkan jejak ya comen and vote. Kalau ada masukan silahkan setiap pendapat kalian berharga bagi saya yang masih pemula dan harap maklum kalau typo bertebaran.

Apabila ada kesamaan nama, tempat, atau cerita saya mohon maaf karena tidak ada niat menyinggung pihak manapun ini hanya kebetulan, cerita ini murni dari pemikiran saya sendiri. Sekali lagi kalau ada yang merasa tersinggung karena ada kesamaan dengan cerita ini itu sesuatu yang tidak disengaja.

Sampai jumpa lagi, tunggu chapter selanjutnya ya.

nur fi alzalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang