Happy reading💜
.
.
.*Author's POV*
"Kok nih perasaan ga enak ya."
Irene mulai mengecek tasnya. Benar saja benda sakral bernama ponsel itu raib entah kemana.
Keburuntungan tidak memihak padamu anak muda. Mungkin irene harus mencoba lagi lain kali.
Iya mencoba untuk tidak menggapai kesialan sehari saja.
"Aaahhh!"
Irene tersungkur ke tanah saat sosok anak kecil bertubuh gempal menabraknya. Anak itu menangis ketakutan seperti anak hilang.
"Hey hey.. kenapa menangis? Siapa yang membuatmu menangis? Apa kau terjatuh?"
Sosok garang tadi hilang lenyap menguap digantikan sosok lembut penuh kasih sayang.
Anak kecil sepertinya memang satu satunya yang cepat membuat Bae Joo Hyun luluh tanpa basa basi.
Anak kecil itu sesenggukan mengusap bekas air mata di pipinya. Menunjuk seseorang tak jauh dari sana. Lalu kembali menangis ketakutan.
"Kurang ajar sekali orang itu. Belum tau dia siapa Bae Joo Hyun, bisa bisanya membuat anak kecil menangis."
Tanpa berpikir panjang, langsung ia terjang orang yang ditunjuk anak kecil itu.
"Permisi tuan apa yang kau lakukan sehingga anak ini menangis?"
Tanya Irene kasar sambil menggandeng anak kecil itu."Oh kau ibunya?"
Ia mengangkat satu alis tebalnya sambil menengok ke anak kecil yang dimaksud."Maaf nyonya, dia menumpahkan ice cream di jasku" lanjutnya tenang. Tanpa menunggu jawaban sang lawan bicara.
Nyo.. what? Nyonya?!!
Emosi seketika memuncak hingga ke ubun ubun.
"Kau tahu, anak ini masih ke-"
Ucapan Irene terhenti saat seorang ibu ibu bertubuh besar menghampiri mereka dengan bersungut sungut."Yak! Kalian apakan anakku?!"
Mati kalian berdua!
.
.
.Macan betina berwujud ibu ibu itu mengambil anaknya dengan paksa setelah marah marah dan menuduh mereka ingin menculik anaknya. Ditambah anaknya yang terus menangis membuat suasana semakin tegang.
Heol! Yang benar saja
Dasar ibu ibu tidak tahu terimakasih. Percuma saja irene membela anaknya, jika gadis itu yang kena batunya.
Kedua manusia itu berakhir mengenaskan disana. Hampir setengah jam beradu mulut dengan ibu ibu tadi membuat mereka kehabisan tenaga untuk menyadari apa sebenarnya tujuan awal mereka.
Mereka lupa pemirsa. Atau lebih tepatnya tidak sadar. Malahan mereka berdua sekarang terdampar di sebuah kafe terdekat. Taehyung yang menariknya kesana untuk melarikan diri dari ibu ibu itu.
"Jangan jangan kau klien yang ingin bertemu denganku? Namamu Irene, bukan?" Pria berjas itu mulai membuka suara.
"Iya aku Irene, tapi apa? Klien? Maaf pak kau salah orang."
"Iya kita membuat janji melalui temanmu, Kim Namjoon. Aku telah menunggumu disini begitu lama, Irene-ssi."
"Aku Kim Taehyung CEO Kim Corp, jika kau belum tahu" lanjutnya.
"Maaf aku tidak tahu apa yang kau katakan. Aku bukan klien atau apalah yang maksud, kau tidak lihat jas putihku?"
Ucap gadis itu dengan percaya diri menunjuk dirinya."Atau lebih tepatnya kemeja biru."
Kim Taehyung lagi lagi menatapnya dengan sebelah alis terangkat.Irene baru menyadari kebodohannya. Ia baru ingat jas putihnya terlipat rapi dan berada di pangkuannya. Gadis itu berdehem sejanak lalu membetulkan kursinya. Berusaha terlihat cool.
"Jika kau tidak ingin serius dengan pertemuan ini lebih baik berhenti sampai disini, karena aku punya banyak urusan." Ucap Kim Taehyung sembari melihat jam tangannya.
Irene tampaknya mulai tak suka dengan gaya sombong pria di hadapannya itu.
"Aku disini mencari pasienku dan aku tidak ada urusan denganmu. Jadi jika kau ingin pergi maka pintu keluar ada disana, tuan Taehyung" Ucap Irene penuh penekanan.
"Hey kau tidak tahu sedang berbicara pada siapa, hah?!" Geram Taehyung.
"Sebentar sebentar namamu Kim Taehyung?, jangan jangan kau pasienku. Maafkan aku telah membuatmu menunggu Taehyung-ssi aku terjebak macet saat menuju kemari." Irene terkejut sambil menatap serius orang di depannya.
Yang di tatap pun tak kalah terkejutnya.
"Jadi kapan kita bisa melakukan konsultasi?"
"Hah?"
"Hah?"
"Iya kau pasienku , sektetarisku mengatakan pasienku bernama Kim Taehyung." Lanjutnya setelah dengan bodohnya berkata "hah"
"Apa maksudmu pasien?!"
"Aku Irene, psikolog yang akan membantumu Taehyung-ssi"
Kim Taehyung semakin frustasi melihat ekspresi Irene yang berubah kasian melihatnya. Wanita itu benar benar menganggapnya mengidap gangguan kejiwaan.
"Ayo kita bicarakan masalahmu tuan, apa kau mau kita bicarakan di tempat praktekku?"
"Aku tidak gila, aku seratus persen waras dan sekali lagi Irene-ssi aku bukan pasienmu. Faktanya kau lah klienku, iya kan? Tak apa aku tak akan marah telah menunggu lama, tapi jangan membuat lelucon seperti ini Irene-ssi."
"Aku paham Taehyung-ssi mengapa kau ingin bertemu di taman. Mungkin walimu yang meminta agar konsultasi dilakukan di ruang terbuka agar lebih rileks. Mari kita bicarakan di luar saja bagaimana?"
"AAARRGGHH"
"Baiklah, jika berat untuk konsultasi hari ini, kita bisa lakukan besok atau di lain waktu. Aku akan memberimu nomorku."
Irene mengambil ponsel taehyung yang ada di hadapannya dan menyimpan nomornya di ponsel pria itu."Dan ini kartu namaku, jangan terlalu dipikirkan Taehyung-ssi. Seberat apapun masalahmu pasti ada jalan keluarnya. Aku permisi."
Setelah menyodorkan kartu namanya gadis itu berlalu dari sana. Meninggalkan Kim Taehyung dengan beribu pertanyaan dan sumpah serapah.
Ia melongo tak percaya.
"Siapa dia berani menyebutku gila."
Ia menatap tak percaya benda putih kecil di tangannya. Disana tercantum nama Irene beserta alamat prakteknya.
"Psikolog itu yang gila atau aku yang gila."
Sial sekali aku hari ini
-Taehyung & Irene.
.
."Ponsel noona ketinggalan"
Jungkook menggelengkan kepala mengingat betapa cerobohnya gadis itu.5 missed call from Wendy
5 messages from Wendy.
.
.Hii! Jadi gimana part ini? Maaf ya kalau banyak typo bertebaran walaupun sudah berkali kali aku edit kadang masih suka khilaf ini mata ga keliatan typo segede biji jagung.
Makasih juga Readers-nim untuk vote dan komennya!!
.
.
.
Tbc
💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Conversations; KthxBjh
Fanfiction[ END ] We know that the 'happy ending' would never exist So, why we still walk together? We're just stupid, for nothing. . . . My work, start from: June, 2019 #3 Vrene (21/06/19)