Terik sang surya yang begitu menyilaukan. Langit biru terbentang luas dengan sapuan awan yang menghiasinya.
Suasana hutan yang tenang tiba-tiba saja dikejutkan oleh suara gemerisik semak-semak. Dengan cepat, melesatlah anak panah mengenai tepat tanda X yang terlukis di batang pohon raksasa dengan tinggi 12 meter dari permukaan tanah.Seorang gadis berambut navy dengan mata tertutup kain menghembuskan nafas. Dia segera melepaskan ikatan kain itu dan mengusap mata. Terlihat, anak panah mengenai targetnya dengan baik.
Gadis itu sangat gembira dengan hasil latihanya yang memuaskan dan menunjukan perkembangan. Segera ia berlari dan mencabut anak panah itu dari batang pohon.
Karna hari akan senja, sesegera mungkin ia meninggalkan hutan dengan membawa setumpuk dahan pohon yang didapatkanya tadi, kembali ke tempat dimana ia tinggal.Dia pun melangkah keluar dari hutan itu dengan membawa kayu bakar yang ia gendong di punggungnya berupa dengan alat sederhana dan seutas tali.
Dia berlari tanpa memperhatikan depan dengan baik seakan dia sudah hafal betul arah jalan pulang dari hutan yang lebat itu.
Setelah lelah berlari gadis itu berjalan perlahan menuju sebuah pemukiman,melewati sebuah gerbang dengan simbol lambang tanda klannya. Kemudian melewati orang-orang yang berlalu lalang dengan bermuka masam yang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.
Mata Daisuke terus menatap lurus. menatap sebuah seberkas cahaya, yaitu rumah sederhana yang ditujunya.
Daisuke membuka pagar dengan pelan,
'Kriieett'
Pintu kayu yang sudah tua itu berdecit keras.
Pagar sudah terbuka, terlihatlah halaman rumahnya yang sangat luas dan nyaman, juga barang-barangnya yang minimalis.Daisuke menghela nafas, kemudian dia menaruh kayu bakar yang di bawanya di sebuah box kayu.
Saat dirinya sibuk menyimpan dahan kayu,ujung matanya menatap sosok lelaki berambut pirang dengan mata hijau-kebiruan yang indah tengah menyikat kuda.Daisuke pun menoleh melihat kakaknya yang sedang asyik dengan kuda kesayanganya.
"Kakak." kata Daisuke riang.
Mouri Ranmaru sempat berhenti menyikat kuda setelah mendengar suara riang itu dan mendapati adiknya sudah kembali dari latihanya."Daisuke sudah pulang? tanya Ranmaru yang kembali fokus menyikat kudanya.
Daisuke terkekeh. Ia segera mengambil sapu lidi yang tersandar di dekat box kayu lalu berlari mendekati kakaknya. Dan terdiam di sampingnya sambil tersenyum lebar.
Ranmaru pun meliriknya. Menatap curiga ke arah adiknya yang tiba-tiba berperilaku aneh. Mungkin ada suatu hal yang menyenangkan terjadi pada dirinya. Ranmaru hanya memberi senyuman hangat. Ia tahu apa yang harus dilakukan seorang kakak jika adiknya berperilaku seperti ini. Untuk membuatnya puas, Ranmaru meletakan sikat kudanya dan mulai berbicara."Jadi, ada apa dengan latihanmu hingga kamu segembira ini, Daisuke?" katanya sambil mengelus elus kudanya.
Daisuke memukulkan sapu lidi yang dipegangnya ke tanah lalu berkecak pinggang dan berkata,
"Kakak tahu, aku berhasil mengenai tanda yang kakak buat kemarin dengan mata tertutup." jelasnya dengan senyum penuh percaya diri."Oh, benarkah?aku tidak percaya denganmu." kata Ranmaru dengan senyum jahilnya yang membuat Daisuke menekuk sudut bibirnya.
"Kakak tidak percaya?!" muka Daisuke berubah seketika. Pipinya menggembung seperti ikan louhan.
Ranmaru menggelengkan kepala pelan. Daisuke pun mendecak. Entah kenapa ia begitu kesal ketika melihat Ranmaru meremehkanya dengan wajah menyebalkannya itu.
"Baiklah! Besok kakak harus melihatnya sendiri di hutan dan aku akan membuktikanya kembali." bentak Daisuke sembari menuding Ranmaru dengan telunjuknya.
"Baik, baik. Cepat lanjutkan menyapunya ya. Kakak masih ada tugas yang harus diselesaikan sebelum kakek kembali." jelas ranmaru sambil mengacak-acak rambut Daisuke. Ranmaru pun pergi meninggalkan Daisuke dengan memandu kudanya ke dalam kandang dan memasuki rumah.
"Memang, dimana kakek?kenapa dia belum juga kembali?" gumam Daisuke sambil menyapu daun-daun yang berguguran.
••••
Sekali lagi terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca cerita yang mungkin gak bermanfaat ini. Hehe.. :D
Tolong tinggalkan komentar apa saja, dan jangan lupa vote. Agar aku lebih semangat kembali untuk melanjutkan cerita ini.
Cukup sekian.Salam,
Arilaviel.
KAMU SEDANG MEMBACA
War of East Country[Hiatus Sementara]
RandomSaat itu Daisuke tak mengerti. Dia terlibat dalam peperangan terhebat dalam sejarah. Perang yang di sebabkan oleh keserakahan manusia. Perang yang memakan korban-korban tak berdosa. Dan ketika itu, semua terjadi, sudah lambat baginya untuk lari.