"Kalian sudah saling kenal? "Tanya Sarah keheranan. Sambil duduk Julian berkata, "Hanya tidak sengaja bertemu. "
Qiara langsung melirik Sarah dengan ekspresi yang rumit.
"Tante, apakah dia calon suamiku? "
"Iya, dia calon suamimu. Nama nya, Julian Alvero! " Jawab Sarah sembari menatap putranya sambil tersenyum. Mendengar jawaban Sarah, Qiara terkejut bukan main, karena semenjak kejadian di toko buku, ia sudah membenci Julian.
"Bisakah aku mencabut perkataanku lagi? Aku tidak mau menikah dengan lelaki itu Ma! Dia bukan orang baik." Ucap Qiara seraya merengek pada Renata dengan ekspresi sendu.
"Huss ... Jaga ucapanmu! Mereka masih bisa dengar. Sekali memutuskan maka tidak baik jika kamu mencabutnya lagi." Kata Rena.
"Qiara sayang! Wajar kamu mengatakan Julian tidak baik karena kamu belum mengenalnya. Jadi, kamu hanya perlu mengenal Julian lebih dalam baru kamu bisa menilai dia baik atau tidak!" Ucap Sarah dengan lembut. Ia memahami Qiara, sehingga ia tidak tersinggung sedikitpun mendengar Qiara mengatakan Julian tidak baik.
"Benar itu sayang! Kamu hanya perlu mengenal Julian."Lanjut Renata mendukung Sarah untuk meyakinkan Qiara. Mendengar perkataan Mama, Qiara hanya mendunduk sambil meremas surat yang ia pegang.
Sementara itu, Julian merasa mulai bosan dan kesal ketika mengetahui kalau orang yang akan dia nikahi adalah gadis tengil, sombong, dan tidak sopan yang ia temui di toko buku.
"Sudah malam! Kami akan pulang dulu. Sabtu depan akan ada supir yang menjemput kalian. Soal persiapan pernikahan, aku yang akan mengurusnya." Ucap Julian tanpa ekspresi.
"Re, aku pulang dulu ya! Tolong jaga Qiara! Beri dia pengertian kalau semua ini demi Vania. Sampai ketemu di Jakarta!"Ucap Sarah seraya memeluk Renata.
"Tentu akan aku lakukan. Kalain hati-hati di jalan!" Sahut Renata setelah melepas pelukan Sarah.
Setelah berpamitan Sarah dan Julian bergegas pergi meninggalkan rumah Qiara. Sedang Qiara yang sedari duduk diam tidak mau mengantar Sarah dan Juluan sampai depan pintu kembali merajuk ketika Renata duduk di sampinnya.
"Ma, Qiqi gak mau nikah!"
Mendengar rajukan Qiara, langsung memeluk putrinya dengan ekspresi khawatir kejiwaanya akan terganggu.
"Sayang, Mama juga tidak mau melihatmu menikah. Mama masih ingin melihatmu kuliah sampai selesai dan menikmati masa remajamu. Akan tetapi ini adalah wasiat kakak mu, Mama tidak sanggup mengecekanya. "
"Pokoknya Qiqi tidak mau menikah! Apalagi dengan lelaki kejam itu. Apakah Qiara harus mati seperti kakak agar terbebas dari wasiat itu?"Ucap Qiara seraya menatap Mama dengan berderai air mata.
"Astagfirullohalazim ... Nyebut sayang! Kamu tidak boleh bicara begitu! Lagi pula kamu kan sudah mengajukan syarat yang sudah di setujui oleh Julian, iya kan?"
"Ma, bukankah tujuan menikah itu untuk bercerai? Jadi, setelah aku menikah bolehkah aku meminta cerai? Kan yang terpenting aku sudah memenuhi wasiat kakak kan?" Jawab Qiara dengan membalas Mama menggunakan pertanyaan yang mengejutkan dan melukai hati Renata. Ia berfikir apakah Qiara mengatakan itu karena menyaksikan perceraianya? Tapi, bagaimanapun dia gak akan rela anaknya menyandang status janda muda karena dia tau sakitnya hidup seperti itu.
"Kamu boleh minta cerai setelah kamu berumah tangga selama 10 tahun bersama Julian!" Jawab Renata sembari penangguhan waktu untuk Qiara dewasa lalu berfikir jernih. Ia menyelipkan harapan agar dalam waktu 10 tahun Qiara bisa mencintai Julian sehingga tidak memilih untuk bercerai.
"Kenapa harus 10 tahun? " Qiara tercengang.
Renata merasa bingung dengan pertanyaan Qiara, tidak lama setelah itu Renata menemukan alasan lalu berketa,"Itu karena setelah 10 tahun kamu sudah pas untuk menyandang status janda."
Mereka terdiam sejenak.
"Begini aja sayang! Kamu jangan banyak berfikir lagi! Jalani aja dulu, setelah itu kamu baru boleh memutuskanya, bagaimana? " Lanjut Renata.
Merasa saran Mama cukup masuk akal, Qiara akhirnya mengngguk lalu memeluk Mama dengan manja.
Sementara itu di tengah perjalan pulang, Julian hanya terdiam fikiranya jauh melayang ke masa lalu di mana senyum dan sikap lembut Vania bersemayam. Tanpa sadar dia meneteskan air mata karena begitu rindu pada gadis lembut yang suka tersenyum itu.
'Vania? Apa maksudmu memintaku menikahi adikmu? Tidakah kamu tau dia masih remaja dan masih ingin bermain bersama teman-temanya? Aku merindukanmu Vania!' Batin Julian.
"Julian kamu kenapa sayang? "Sarah merasa Cemas melihat Julian menangis. Julian melirik Mama seraya menyeka air matanya. "Tidak apa-apa Ma! Oh iya, malam ini aku akan menginap di kantor, Mama tidak perlu menunggu Ju pulang!"
"Apakah kamu teringat Vania? "Bukanya menimpali perkataan Julian, Sarah malah memberinya pertanyaan.
"Besok aku akan fokus mempersiapkan pernikahanku dan Mama tinggal tau beres aja!"Lanjut Julian tanpa menjawab pertanyaan Mama. Sarah hanya mengangguk, dia tidak mau melanjutkan introgasinya karena dia takut kalau Julian akan marah.
Keesokan Harinya.
Qiara berangkat ke sekolah dengan hati yang campur aduk, gelar ratu terlambat sudah hilang darinya. Akan tetapi, Qiara tidak bisa menutupi kegalauan hatinya. Itu terlihat dari raut mukanya yang di tekuk.
Qiara menatap sendu kearah teman-temanya yang sedang berceloteh, ribut dan saling kejar-kejar ran. Ia fikir akankah dunia jungkir balik setelah menikah?
"Ehhh ... Raaaaa!" Teriak Natasya dari kejauhan sambil melambaikan tanganya. Qiara langsung menoleh dan memaksakan senyumnya melihat Natasya. "Mukamu kok di tekuk begitu? Ada apa? habis berantem lagi sama Qiano? " Tanya Natasya setelah ia berhadapan dengan Qiara.
"Lebih parah dari itu"Jawab Qiara dengan cemberut. "Apa itu? "Natasya menatap Qiara dengan heran seraya berfikir hala rumit apa yang melebihi Qiano.
"Masalah keluarga he ... Oh iya, ngapain kamu manggil aku? " Tanya Qiara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Kecil Tuan Ju : Suamiku Terlalu Baik
Romance"Julian, apa itu malam pertama? Kata orang, itu adalah malam yang paling di tunggu sepasang kekasih setelah menikah. Memangnya apa yang dilakukan pada malam itu? " ........................................ Qiara adalah gadis berusia 17 tahun yang mem...