Waktu terus berputar

58 17 28
                                    

Tulisan ini bersifat ecek-ecek.
Naskah lomba 2019

**
Ingatan itu kembali meruju keotak si gadis. Ia gelisah dalam sebulan ini pada tidur malamnya. Kejadian-kejadian yang cukup dibilang diluar batas, membuat gadis itu merenung.  Ingin sekali masuk kedalam dunia lamanya, memperbaiki tingkah bahkan sikap dan sifatnya yang terbilang buruk. Detik jam berbunyi, menggantikan si jangkrik yang selalu absen diawan gelap.

Ditengah malam, hanya ada cahaya layar handphone tanpa dimainkan. Si pemilik, seperti sudah terlelap sampai ke Paris.

Namun, salah.

Ia hanya menutup matanya, mencoba berpura-pura tidur.

Tangan kirinya meraba-raba, masuk kedalam dekapan guling yang ia tidurkan.

Matanya membuka celah sedikit, memeriksa keberadaan handphonenya. Saat tangan sudah terpatok pada benda pipih itu, ia memainkan dengan senang tanpa tau bahwa ini sudah larut malam. Bodoamat dengan sekitar, ia menelurusi beberapa situs media, ada akun bertulis 'Kembali ke Nostalgia'.

---

Waktu berjalan cepat, tak terasa bahwa tadi malam baru saja mengakses semua akun yang berbau nostalgia. Gadis itu kini, mempersiapkan diri menuju salah satu rumah seseorang, yang semalam sudah memberi kabar-kabar lewat sosial media.

Mobil sedan melaju dengan kecepatan rata-rata, dijok paling belakang gadis itu menatap jalanan yang terbatas pada kaca mobil.

Dari depan lagak si supir mengerutkan keningnya, ia bertanya "Neng, ini sebenernya mau kemana?"

"Oh, maaf pak lupa hehehe.... " ucap gadis itu menggaruk ubun-ubunnya. "Ini pak, bawa aja." Menyerahkan handphonenya menampilkan GPS ke arah jalan Kostalgel.

Saat sampai disana, gadis itu melangkahkan kakinya menuju rumah besar, seperti istana tapi, nuasanya berbeda karena rumah itu bercat hitam pekat tanpa ada warna lain sedikitpun.

"Selamat pagi gadis manis? Ada yang perlu dibantu? Mari masuk," tiba-tiba sosok wanita seragam putih muncul di samping gadis itu, yang sedang menatap sekelilingan rumah ini.

Senyuman khas dari gadis itu untuk dijawabnya, iapun menganggukkan kepalanya bermaksud bersikap ramah.

Bahkan saat gadis itu sudah sampai 'ruangan pasien spesial' kata wanita tadi, tetap saja bercat hitam.

Terdengar langkah kaki, yang sedang turun dari tangga. Lelaki kecil seperti bocah SD dengan wajah yang terbilang imut menghampiri gadis itu. "Hay.. Co-wo," goda Jera sebut saja itu nama gadis tadi, ia menatap bocah imut yang duduk di depannya. "Kamu anak dari yang punya rumah ini yaa?"

"Bukan!" sentaknya.

"Oo.. Kamu, temennya anak dari rumah ini?"

"Bukan!" sentakkan itu lebih keras dari sebelumnya.

"Oh yaudah, pasti rumah ini punya kamu?" tebaknya begitu, tapi dihati Jera ia berkata, ini masih bocah, pasti apa-apa yang disekitarnya, anggap miliknya.

Iapun mengangguk dan Jera membalas dengan senyuman miris.

"Boleh minta panggilin, Mr.Ravu?"

"Untuk apa dipanggil lagi? Mr.Ravu sudah didepan kau."

"Ha? Mana?"

"Aku Mr. Ravu."

Mulut Jera membentuk huruf O, ia tak percaya, tatapannya masih tegang seperti terhiptotis.

"Yaa... memang, wajahku seperti anak kecil bukan? Aku berusia 28tahun, saat ini pun, aku masih berada di dunia lalu, tepatnya dunia ini aku atur saat 18 tahun yang lalu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WAKTU TERUS BERPUTAR ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang