PART 01 : WORRY

910 78 27
                                    


"Aku selalu khawatir semua hal tentangmu"

- True Decision.

***

Gadis berseragam putih abu-abu baru saja menjepit rambutnya tampak berdecak kesal karena ketukan pintu di kamarnya sedari tadi belum berhenti dan samar-samar terdengar suara seseorang yang sangat ia kenali.

"Tunggu bentar kenapa sih!"sungutnya kesal kemudian meraih tas sekolah dan memakainya lalu berjalan cepat menuju ambang pintu.

Gadis itu membuka pintu kamar dan memutar bola matanya malas saat mendapat sebuah senyuman tengil dari seorang laki-laki yang jauh lebih tinggi darinya itu. "Pagi Kakak aku yang paling manis sejagat raya."

"Basi! Minggir sana!"ketus gadis itu berusaha mendorong tubuh lawan bicaranya, namun tenaga orang di hadapannya jauh lebih kuat.

"Eitss, buru-buru amat sih, Kakak. Mau kemana coba?"

Gadis itu menatap sengit ke arah lawan bicaranya yang hanya menaik-turunkan alisnya. "Azura Vino! Minggir nggak lo?!"

"Aduh, Azira Vienny. Berhentilah berteriak. Ini masih pagi, sayangku"tutur laki-laki berperawakan tinggi bernama panggilan Vino seraya mengusap wajah samping Kakaknya.

Vienny yang diperlakukan seperti itu hanya bisa terdiam dan memandang lurus ke depan yang otomatis arah pandangannya mengarah pada kerah seragam Adiknya.

Vino menyadari perubahan sikap Kakaknya hanya mampu tersenyum simpul dan mendongakkan kepala Vienny. Saat itu juga, mata mereka bertemu.

"Gue sayang banget sama lo"tutur Vino membuat Vienny hanya bisa menarik seutas senyum yang tertular pada Adik kembarnya itu.

"Vienny, gue harap lo nggak mudah jatuh cinta sama cowok ya."

Vienny hanya bisa memejamkan mata saat tangan kanan Vino menyentuh belakang lehernya dan tersenyum tipis karena sebuah kecupan lembut mendarat di keningnya.

Entah kenapa, kapasitas jantungnya selalu sama. Berpacu lebih cepat dari biasanya dan darahnya selalu berdesir setiap kali merasakan kelembutan dari seorang Azura Vino, Adiknya.

Sungguh momen yang manis, pikir Vienny.

Gemas dengan Vienny yang masih memejamkan mata, membuat Valo menarik hidungnya. "Ih, Vino! Sakit tau nggak!"

"Habisnya, lagi bayangin apa sih? Udah yuk, turun ke bawah. Bi Darmi dan Mbak Salun udah nungguin tuh"ujar Vino menggandeng pergelangan tangan kanan Vienny dan mulai berjalan beriringan menuruni anak tangga.

Mbak Salun dan Bi Darmi yang melihat kedatangan majikan kecilnya itu hanya bisa tersenyum simpul. "Sarapannya sudah siap."

"Oh ya, Mama sama Papa kapan sih pulang ke rumah?"tanya Vienny saat keduanya sudah duduk dan mulai mengunyah sarapannya.

"Ngg, hari senin sih baru balik."

Vino terkekeh ringan melihat Vienny memanyunkan bibir. "Mama sama Papa pergi juga karena ada acara kantor. Lagian, kita bisa jalan-jalan berdua pas weekend."

"Loh, Non Yupi nggak diajak juga?"tanya Mbak Salun yang menuangkan segelas susu hangat pada Vienny.

Vino terkekeh ringan. "Ah, sampai lupa kalau udah punya Adik nih. Hmm, Mbak Salun ajak Yupi main aja ya di rumah. "

Baik Vienny, Mbak Salun, dan Bi Darmi hanya bisa mengerutkan dahinya bingung. "Terus,  kalau Non Yupi marah gimana?"

"Ya, bodo amat sih. Saya lagi males kalau harus ajakin Yupi jalan-jalan"tutur Vino santai yang hanya mendapat gelengan kepala dari kedua asisten rumah tangganya itu.

True DecisionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang