malam.

13 4 6
                                    

[ Typo's itu terkadang suatu hal yang harus dibenarkan bersama ]

.

.

.

.

Chandra kalut.

Bagiamana tidak? Adiknya itu —sibajingan kecil— kabur lagi. Kronologi singkatnya begini, dia sedang kerja, lalu tak ada burung gagak yang lewat, sang mama mengabarinya bahwa Galius Hermawan kabur lagi.

Ini sudah ke tiga kalinya diri adiknya itu pergi meninggalkan rumah. Jangan sampai bertambah lagi, dia repot yang mencari nanti. Pada akhirnya pun, masalah diakhiri dengan perjodohan mama dan papanya itu. Dia yang dijodohkan saja buktinya bertahan dan saling mencintai hingga sekarang.

Pintu rumahnya ia buka, gelagat terburu-buru ia tampilkan. Chandra segera menuju laci—berniat mengambil kunci mobil untuk mencari adik kecil kurang ajarnya itu.

Kunci sudah ia dapatkan, rumah ini kosong, sepertinya, sebelum sebuah suara menyapa, “Candra sudah pulang?”

Niat awal yang ingin langsung pergi tertunda sebentar, “Belum. Aku hanya mampir sebentar.” balas Chandra sekenanya.

“Ada masalah apa?” perempuan dengan balutan dress pendek didepannya ini bertanya, suara nada tinggi itu terdengar lembut.

“Galius kabur lagi Nova.” Lirih Chandra.

Nova kaget (pada awalnya) tapi, ekspreksi mukanya langsung berubah lembut. “Dan— kakak ingin mencari Galius?”

Chandra mengangguk, “Sekarang?” tanya Nova kembali.

“Iya.. aku tidak bisa membiarkan anak itu pergi jauh lagi. Mama nanti sakit memikirkannya.” dirinya berada di posisi pusing, otaknya penuh akan pekerjaan, orang tua, dan adiknya itu.

Nova mendekati Chandra, “Ini siang Chan.” arah iris Nova mengarah ke arah belakang Chandra, menatap jam yang menghiasi tembok. Dan betul, jarum-jarum itu menunjuk pada arah atas bagian kanan —ditambah awan yang terlihat panas di luar rumah.

Kepala Chandra menengok, ikut memandangi jam. “Tapi sayang,”

Pandangan kembali ke awal dengan Nova yang cepat mengambil kunci sepeda motor Chandra. Kunci itu dikembalikan pada tempatnya. Chandra menatapnya, antara bingung dan stress.

Balasan Nova atas tatapan itu hanyalah sebuah senyuman manis, “Sudah masuk waktu makan. Makan dulu Chan, Nova siapkan ya.” ucap Nova yang membuat Chandra pusing, semakin.

Ingin menolak rasanya tidak mungkin, menerima pun, Galius menunggunya.

Tidak menunggu jawaban Chandra, Nova melesat ke arah dapur.  Senyumnya tidak pudar, oh ayolah, sejak awal menikah mereka hanya makan pagi bersama. Itupun jikalau sang suami tidak ada kerja di luar kota. Makannya pun hanya makan ringan —sejenis roti— yang membuat dirinya dan suaminya tidak memiliki waktu berdua lebih. Makan malam? Jangan berharap(itu kata Nova), suaminya itu selalu pulang jam 10 lebih. Tidak mungkinkan mereka makan jam segitu? Ia tidak ingin dirinya membengkak, dan membuat suaminya obesitas.

Menatap punggung sempit kesayangannya itu menjauh, membuat pikirannya semakin kalut. Tangan itu mengambil kembali kunci, lalu menaruhnya lagi. Berulang kali begitu.

Mungkin ia harus ke toilet dulu. Iya.

Toilet itu toilet tamu. Memang di khususkan mengikuti kebiasaan penghuni di sini—yang rata-ratanya orang Jepang. Berada di dekat dapur membuat saat Chandra keluar langsung bersisi tatap dengan Nova.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

talking to you.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang