Jason POV
"Sam!" Teriaku panik
Sam merintih kesakitan sambil memegang lengannya yang kebiruan tepat di depan pintu.
Hendak ku menyentuhnya, dia menghindarikuKulihat posisinya yang tepat didepan pintu dan lengan yang kebiruan, aku sudah mengetahui apa yang sebenarnya dia ingin lakukan.
"Apa yang terjadi? Mengapa lenganmu seperti ini?" Tanyaku lagi
Diam. Tiada jawaban hanya suara rintihan yang kudengar.
Aku pun bergerak, membuka kunci ganda pintu dengan sidik jariku.
"Jika itu yang kau mau, silahkan. Aku sudah membukanya. Tapi biarkan aku mengobati lenganmu terlebih dahulu. Jangan pergi ya, tunggu sebentar." Pintaku sambil mengelus rambutnya pelan.
Aku mengobatinya dengan P3K yang terdapat di hotel.
"Jika kau ingin pergi, pergilah. Aku takkan menghalangimu. Aku sayang padamu tapi sepertinya kau tidak merasakan hal yang sama. Maafkan aku emosi tadi dan mendiamkanmu, aku hanya merasa seperti 'orang bejad' yang tidak berhak disayangi. Terima kasih telah menyadarkanku akan hal itu." Kataku dengan hati yang tersayat - sayat saat mengucapkan setiap kata yang keluar.
Sudah ku janjikan dalam diriku aku takkan pernah membuatnya merasa terkekang dan terpaksa untuk mencintaiku.
Sam POV
Dia sangat mengetahui apa yang hendak kulakukan, awalnya aku ingin pergi untuk membeli kue ulang tahunnya sekaligus aku ingin meminta maaf padanya karena telah membuatnya marah. Aku tak dapat membuka pintu dan mencoba mendobraknya dengan lenganku tetapi aku malah membangunkan Jason.Awalnya aku takut dia akan lebih marah mengetahuiku mencoba pergi, tapi aku hanya bermaksud membuat kejutan.
Setelah diobatinya, kata yang dikeluarkan olehnya sangat bertentangan dengan apa yang kupikirkan sebelumnya.
Dia lembut, tak memaksa, bahkan mengobatiku. Tetapi kata - kata yang keluar dari mulutnya tidak sama dengan kenyataan. Dia bilang tak ada yang menyayanginya, itu tidak benar. Aku menyayanginya, sungguh.
"Jason.." kataku setelah dia mengatakan hal yang menurutku sangat aneh itu.
"Bisa kah kau tatap mataku?" Tanyaku
Kulihat tatapan yang memberi arti bahwa dia sedang sedih ditambah rahangnya yang mengeras yang memberi tanda bahwa dia sedang menahan emosinya.
"Apakah kau tahu alasanku ingin pergi?" Tanyaku.
"Tidak, semua terserah padamu. Aku tidak akan memaksakan kau untuk merasakan hal yang sama dengan apa yang kurasakan padamu." Jawabnya sambil menuntunku berdiri dan dia melingkarkan tangannya untuk memelukku erat.
"Jason.."
"Apa?.."
"Gendong.."
"Hah?"
"Gendong.. "
Aku pun diangkat olehnya dan memelukku erat.
"Selamat ulah tahun, aku mencintaimu." Bisikku di telinga Jason dan ku kecup pipinya yang ditumbuhi rambut tipis itu.
Kulihat ekspresinya yang tak percaya atas apa yang telah ku ucapkan. ya.. Aku mencintainya, sungguh.
Author POV
"Kau tak ingin kabur?" Tanya Jason seperti orang bodohSam menjawab reaksi Jason hanya dengan muka datar yang menandakan dia tidak senang.
"Bisakah kau menjawabku? Aku tak suka dikacangin." Pinta Jason
"ugh kau berat Sam." Lanjutnya
Sam pun merasa bahwa Jason menganggapnya tidak serius saat mengutarakan perasaannya, Sam melepaskan gendongan dan pelukan Jason dan bergegas kembali ke tempat tidur.
"Hey Sam! Kenapa pergi?" Teriak Jason sembari mengejar Sam yang bergegas ke kamar.
"Kenapa kau mengacangiku?"
"Heh siapa yang ngacangin duluan sih?!" Balas Sam dengan nada tinggi yang membuat Jason sangat kaget.
"Emang aku ngacangin kamu apa sih? Jangan membentak dong bisa bicara baik - baik kan?" Jawab Jason dengan sabar dan berusaha mendudukkan Sam.
Mereka saling menatap dan Jason pun meraih kedua tangan Sam lalu meletakkannya ke pundak Jason yang besar itu.
"Kenapa marah - marah? Kumohon jangan meninggalkanku.."
"I love you too Sam." Lanjut Jason dan mengecup pipi Sam lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE YOU, BASTARD!
Romance"Aku sangat membenci dia karena dia adalah player, tetapi aku sadar aku telah jatuh cinta padanya." - Samantha Chavali Smith "Seumur hidupku aku tak pernah serius dengan perempuan tetapi setelah bertemu dengan wanita ini, aku ingin dia menjadi milik...