Part 10

150 16 0
                                    

FOTO

"Mas, tolong fotoin aku dong."

Semenjak menikah, kita juga harus punya keahlian lain, yaitu fotographer. Ya, kejadian minta tolong fotoin hampir sudah biasa lah bagiku. Ke mana pun, kalo punya istri fotogenic ya gitu risikonya.

Setiap habis fotoin, dan ia lihat hasilnya ada aja yang kurang. Udah tahu kurang bagus, tapi ya dimintain tolong aja terus. Sadar juga mungkin siapa yang mau fotoin kalau bukan suaminya.

Seperti hari ini, habis mengunjungi studio Indosiar, sebagai tamu jamaah mamah dan aa. Yang slogannya "Curhat dong Mah" itu, udah pada tahu kan ya.

"Mas, tolong fotoin aku ya," pintanya lalu menyodorkan ponsel.

Istri bergaya, senyum semanis mungkin, dengan jari tangan diacungkan satu sebagai tanda oke.

"Mas, udah belum sih? Kok diem-diem aja?" katanya menghampiri.

"Udah, Dek," jawabku.

"Coba sini aku lihat."

"Nih."

"Mas, ih yang bener dong fotonya, ini backgroundnya aku mau kebawa yang banyak. Atau ga seimbang gitu lho. Logo Indosiarnya kebawa semua aku pinginnya."

"Sini deh, aku contohin."

Segera istri mengatur posisiku untuk difoto.

"Satu, dua, tiga," ucapnya memberi aba-aba.

"Udah, Mas. Sini lihat."

Kulihat hasil fotonya, iya sih bagus, komposisinya seimbang. Antara objek sama background. Oo jadi gini, batinku dalam hati. Ya sebenarnya panduan begini sudah biasa aku dapatkan, tapi tetap saja hasilnya selalu kurang pas di mata ibu negara.

Oke lah kucoba lagi.

"Ya udah, Adek ke sana lagi."

"Inget ya, kayak gitu. Pake aba-aba juga lho, Mas," ucapnya mengingatkan.

"Iya."

"Satu, dua, tiga," ucapku memberi intruksi.

"Dek, nanti aja ya lihat-lihatnya, Mas fotoin aja sekaligus. Adek bergaya aja yang banyak."

"Oke."

Cekrek, cekrek, cekrek. Kurang lebih sepuluh pose, kuakhiri sesi foto kali ini.

"Udah banyak, Dek. Yuk, pulang."

****

Di mobil,

"Mas, mana coba aku lihat foto-fotonya," tanyanya dengan wajah sumringah. Wajah sumringah yang sepertinya sebentar lagi akan berubah. Segera kusodorkan ponsel.

Siap-siap, siap-siap ah.

Satu,

"Mas, ini akunya blur. Mas fotoin aku atau background ini sebenernya."

Dua,

"Mas, ini akunya kenapa dideketin gini, jadi kelihatan pendek."

Tiga,

"Mas, kok aku miring gini?"

"Ya udah tahu hasilnya begitu, minta tolong sama Mas mulu," ucapku membela diri. Faktanya kan gitu kayak yang sudah-sudah.

Empat,

"Ini matanya merem."

Lima,

"Yang ini lidahnya melet."

Enam,

"Mas, ini di depan akunya ada orang, jadi kamu fotoin siapa?"

Tujuh, delapan, sembilan deg, sebentar lagi ....

"Maas!!" Serunya dengan mata mendelik.
"Maas! Ini apa-apaan, kamu foto hidung aku doang di zoom gini."

Aku nyengir kuda, sudah kuduga karena yang terakhir memang sengaja kuisengi tadi. Haha.

"Mas!! Inikan pose terakhir aku yang paling bagus, kok malah begini sih. Kebiasaan."

"Maaas!!!"

Waktunya kabur, lariii ....

Next ....

Serial Tawa Sutra Uniknya PerempuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang