7. Kehadiran mantan tunangan

13.1K 517 7
                                    

Lara menyandarkan kepalanya dibelakang lemari loker. Menahan nafasnya sejak tadi dan selalu berakhir dengan terhembus keras melalui hidungnya. Beberapa menit setelah kedatangannya ke tempat kerja, ia akhirnya menyerah dan meminta istirahat pada manajernya. Dia tidak bisa melayani pelanggannya dengan wajah kusut juga hati yang seolah terbang kemana-mana. Yang tentu saja berpatok pada satu nama yang sejak tadi pagi mengacaukan sistem kerja otaknya.

Setelah meminta permintaan yang tidak akan pernah diminta sepupu lain pada sepupunya. Thomas melepaskannya, meminta Lara memikirkannya dan memberikan jawaban secepat mungkin. Yang membuat Lara berjalan keluar dari kamar pria itu dengan langkah yang tidak pasti. Seolah kakinya tidak benar-benar menginjak lantai dan ia seperti hantu yang melayang-layang. Bahkan perasaannya saja ikut melayang. Diluar dugaan ia bisa sampai ke tempat kerjanya dengan selamat.

Tatapan dingin Audy bahkan tidak berpengaruh banyak untuknya. Ya, Audy satu kerjaan dengannya. Mereka sama-sama berkerja di toko parfum ini bahkan memiliki jam kerja yang sama. Itulah alasan dia harusnya tidak saling perang dingin tapi rupanya Audy tidak banyak memberikannya pilihan.

Suara ketukan di pintu membuat Lara mengangkat kepalanya. Satu kepala masuk dari pintu itu dan tersenyum kearahnya. Susan.

"Ya?" Lara rasa ia terlalu lama disini hingga Susan harus menyusulnya ke bawah sini. "Apa aku dicari?" Tanya Lara lagi yang sudah bangun dari duduknya yang dipenuhi dengan kefrustasian.

Susan mengangguk. "Ada yang mencarimu."

Lara menatap tidak percaya. Mencarinya? Siapa? "Apa Aunty?"

"Bukan. Dia seorang pria yang tampan. Sangat tampan bahkan, sekarang dia sedang bicara dengan Audy, kurasa mereka saling mengenal." Heran Susan terdengar. Tapi tidak perlu banyak menebak siapa yang datang. Sudah pasti Thomas. Tidak ada lagi yang lain.

"Bisakah kau katakan padanya kalau aku tidak ada. Berikan alasan apapun."

Susan menggeleng. "Sudah terlanjur kukatakan kalau kau istirahat dibawah sini. Dia pasti tidak akan percaya jika kukatakan kalau kau tidak ada disini."

Lara memijit tulang hidungnya. Apa yang dilakukan pria itu disini? Bukankah dia memberikan Lara waktu untuk berpikir. Tidak bisakah Lara berpikir dengan tenang dan dibiarkan sendiri tanpa ada dirinya.

Sejak tadi Lara malah berakhir mondar-mandir tidak tentu arah. Dia benar-benar tidak siap melihat wajah Thomas sekarang. Kekuatan yang ingin dia perlihatkan bisa runtuh jika pria itu terus hadir didepannya dengan wajahnya yang tidak akan mudah membuat Lara berpikir jernih.

Tapi menghindar juga rasanya percuma. Karena Thomas bisa melakukan apapun diluar nalar normal. Pria itu tidak bisa dibantah juga tidak bisa dihindari. Semakin menghindar maka semakin dia menempel.

Jadi Lara pasrah. Apapun yang terjadi maka biarkan.

Dia berjalan bersama Susan yang sejak tadi hanya tersenyum. Seolah wajah siapapun yang mencarinya telah mampu menarik setiap senti senyumnya. Apakah Thomas memang setampan itu sampai harus Susan berlagak seperti ini? Thomas memang tampan. Bahkan hati kecil Lara tidak dapat membohongi dirinya sendiri.

Lara menaiki anak tangga dan keluar melalui pintu besi dimana matanya langsung menjelajah mencari sosok yang seharusnya familiar dengannya. Tapi dia tidak menemukannya. Lalu satu fakta menampar dirinya, orang yang mencarinya bukan Thomas. Sudah jelas bukan Thomas. Karena sosok asing yang tidak asing telah berdiri didepannya dengan senyuman yang seolah mampu merobek mulut sosok itu. Rambut pirangnya yang ditata rapi telah membuat mata biru yang kerap menyorot cerah semakin terlihat nyata.

Mata biru itulah yang mampu membuat Lara kehilangan setiap sen dari perasaannya. Pria ini, apa yang dilakukannya disini? Disaat seperti ini?

"Rafael Jakus." Lara merapal nama itu seolah nama itu adalah ketidaknyataan dalam hidup dan bibirnya.

Affair with my Cousin ✓ TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang