Chapter 3

3K 229 61
                                    

Seorang pria sedang duduk  santai  di kursi kebesarannya. Ia menatap langit-langit  ruangan kerjanya dan mengingat kejadian yang baru saja dialaminya. Tiba-tiba sebuah  suara mengalihkan pikirannya.

"Selamat  sore  tuan. Maaf  jika  saya lancang. Apakah  tuan yakin dengan keputusan yang tuan ambil?" ujar  pria itu. Ia bernama Kenta yang merupakan sekertaris sekaligus orang kepercayaan Asami. Kini ia tengah berdiri di depan atasannya.

"Kau meragukan keputusanku Kenta?" tanya pria itu balik dengan  nada dingin namun tajam. Ia menatap pria mungil di depannya dengan tatapan tidak suka. Jawaban sekertarisnya itu seolah meremehkan keputusan yang diambilnya. Padahal selama ini ia tidak pernah salah mengambil keputusan karena semua keputusan yang diambilnya selalu dengan pertimbangan yang matang.

"Maafkan  saya tuan. Tapi pria itu  masih  sangat masih  sangat muda. Tidakkah lebih baik tuan memilih yang lebih dewasa?" tanya pria bernama  Kenta itu. Ia takut keputusan yang diambil tuannya ini akan membawa dampak yang besar dalam hidup sang tuan. Ia tidak ingin sesuatu yang tidak menguntungkan tuannya itu terjadi.

"Aku suka pria itu. Tidakkah itu bagus. Aku suka perawan itulah  alasanku memilihnya." ujarnya sambil bermain-main dengan kursinya itu.

"Lagi pula ia masih muda. Aku yakin ia hebat  di  ranjang." lanjut pria itu.

"Selain itu  ia memiliki stamina yang kuat dan menjadi surrogate mother yang tangguh bagi putraku kelak." ujar Asami.

"Tapi tu.. " seketika ucapannya di potong oleh tuannya itu.

"Diamlah  Kenta! Ia yang akan melahirkan putraku dan itu keputusanku." jawabnya dengan nada menindas. Auranya yang terpancar menyebabkan orang  dihadapannya seolah tidak bisa bernapas.

"Maafkan saya tuan. Saya permisi dulu." ujarnya sembari memberi  salam  dan buru-buru keluar dari ruangan tuannya itu.

"Semoga Tuan Asami tidak menaruh hati padanya.. "gumam sang sekertaris dari balik pintu ruangan sang CEO.

Asami tersenyum mengingat pertemuannya dengan Yuki,  namun senyumannya itu lebih  cocok  disebut  seringaian. Kita  tidak  bisa  tau apa yang  dipikirkannya  namun bisa dipastikan ia memiliki sebuah  rencana untuk uke tercinta kita..

"Yuki.. Kita lihat sampai mana kau akan tahan." ujarnya dengan nada meremehkan.

***

Hari ini Yuki  sangat sibuk dan dari pagi ia sudah berada di lab untuk memeriksakan kesehatannya. Yap,  hari ini merupakan jadwalnya untuk melakukan general chek up untuk memastikan kesiapan dari tubuhnya.

Dari semalam ia sudah puasa untuk melakukan check  darah mulai  dari  periksa  darah  rutin, periksa KGD,  periksa kesuburan dan masih banyak lagi.

Setelah memeriksa fisik Yuki, dr. Taka meminta Yuki berbaring di bed. Ia meminta Yuki untuk berbaring dengan nyaman.

"Luruskan tanganmu Yuki!" perintah sang dokter.

Sang dokter kemudian memposisikan tangan kanan Yuki pada posisi supinasi. Kemudian memakaikan tourniquet pada lengan Yuki sejauh 2 cm  di atas fossa cubiti dan mengetatkannya. Ia mengambil kapas yang telah dibubuhi alkohol dan membersihkan daerah yang akan ditusuk secara asepsis.

"Tolong genggam telapak tangan kananmu dengan kuat!" perintah dokter Taka.

Yuki hanya mengangguk dan melakukan sesuai instruksi sang dokter.

Dokter tersebut mengambil spuit 3 cc, menusukkan jarum tersebut pada vena yang akan diambil darahnya dengan membentuk sudut 45 derajat dan mengambil darah Yuki sebanyak spuit tersebut. Setelah selesai  ia melepas torniquet tadi dan mendeb luka kecil bekas suntikan tadi.

Sang dokter menempelkan identitas Yuki pada sampel darah tersebut dan memberikannya kepada perawat.

"Tolong berikan kepada analis untuk segera diperiksa." ujar sang dokter menyerahkan sampel darah  tersebut  pada perawat.

"Baik dokter." ujar sang perawat dan ia pun meninggalkan sang dokter beserta Yuki.

"Baiklah, pengambilan  darah sudah selesai. Selanjutnya kita akan melaksanakan usg." ujar dokter Taka memberikan instruksi.

"Em.. " angguk Yuki. Ia kemudian dibawa ke ruang usg. Di sana sang dokter kembali meminta Yuki untuk berbaring.

"Berbaringlah  dengan nyaman nak." ujar sang dokter.

"Tolong naikkan bajumu sebatas dada." lanjutnya lagi.

Yuki hanya mematuhi perintah dokter itu dan melaksanakan sesuai perintahnya. Ia menarik bajunya sebatas dada.

Kemudian sang dokter mengambil sebuat tabung yang dalam istilah medisnya transducer. Alat ini merupakan alat yang memancarkan gelombang ultrasonik. Ia mengoleskan gel pada transducer tersebut dan mengarahkannya ke perut Yuki. Sambil menggeser  transducer ia mengamati monitor yang menampilkan gambaran ovarium dan uterus milik Yuki.

"Uterusmu dalam keadaan sangat  baik Nak. Dan ovariummu menghasilkan telur secara aktif." ujar sang dokter.

Yuki hanya bisa mengangguk mendengar penjelasan dari dokter.

"Aku akan mengukur ukuran ovum milikmu jadi tahan nafas sebentar." ujar sang dokter. Dan dengan alat usg tersebut sang dokter mengukur besar dan diameter ovum milik Yuki.

"Sempurna! " ujarnya lagi  sambil mengeprint hasil usg.

"Baiklah pemeriksaan usg sudah siap. Habis ini kau boleh makan  nak." kata sang dokter.

"Bagaimana hasilnya dokter? " tanya Yuki ingin tahu.

"Setelah diperiksa  semuanya dalam keadaan normal, tidak ada kelainan sama sekali. Kandunganmu sangat sehat dan sel telurmu juga sangat aktif bereproduksi." kata dokter memberikan penjelasan.

Yuki lagi-lagi hanya bisa mengangguk.

"Setelah ini pemeriksaan apalagi yang  akan dilakukan dokter?"

"Hari ini sampai di sini saja pemeriksaan kita. Besok tinggal pemeriksaan urin dan malam ini kau harus puasa nak. Jangan makan apapun setelah jam 10 malam. Hanya boleh minum sampai pagi. Lalu datanglah ke lab."

"Baik dokter."
.
.
.
.
.
Keesokan harinya Yuki datang. Dengan ditemani sang dokter Yuki melakukan pemeriksaan yang dianjurkan padanya. Ia menampung urin miliknya pada sebuah tabung periksa dan menyerahkan sampel tersebut pada sang dokter. Sama seperti sebelumnya sang dokter akan meminta sang perawat untuk mengantar sampel tersebut pada analis.

"Baiklah Yuki. Pemeriksaan sudah selesai. Nanti sore semua hasil pemeriksaan akan selesai dan hasilnya akan dikirimkan ada Tuan Asami." ujar dokter Taka.

Yuki hanya bisa menangguk.










Tbc.
Gimana?? Kangen gak ceitanya??  Udah lama gk up nih menurut kalian gaje gak ceritanya??
Semoga kalian suka

Luph.. Luph.. Luph..

Medan, 15 April 2020

Juliana Yosesa 😘🥰

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Exclusive Conceive [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang