.
[Fragment #1] : IVAR
"Pangeran Ivar, bangun"
Suara itu terdengar lembut dan magis, rasanya menggelitik, mengantarkannya kembali dari kegelapan yang mengelilinginya. Ivar membuka matanya perlahan.
Ivar mendapatinya dirinya berada di dalam sebuah podok kayu. Ruangannya bundar, luas dan tanpa sekat. Sisi baratnya menjadi sebuah tempat kerja kecil dengan lemari-lemari berisi tumbuhan herbal, stoples berisi bermacam-macam akar, timbangan, gerusan, kuali, dan benda-benda yang tak ia kenal. Sementara langit-langit pondok ini dipenuhi sangkar burung yang kosong, entah apa gunanya.
Dan hampir luput dari pandangannya. Di samping tempat tidur, sosok seseorang dalam balutan jubah putih duduk, menunggunya.
"... Sia... pa ?"
Sosok itu tersenyum, seorang pemuda dengan iris violet, satu -satunya yang menjadi warna diantara rambut putih dan kulitnya yang pucat.
"Maaf, tapi aku tak bisa menyebutkan namaku" balasnya. Sosok berjubah putih itu lalu menyodorkan sebuah gelas berisi air putih, "minumlah, setelah ini kau harus minum obat"
Obat?
Seketika indra perasa di tubuhnya kembali berfungsi. Ivar meringis. Memegangi perutnya yang terbalut perban. Dan saat itu juga kilasan ingatan yang sangat singkat terputar di kepalanya. Badai salju yang datang tiba-tiba, para pasukan yang ia tinggalkan. Langit malam. Lentera. Cahaya.
Orang di depannya ini....
CLAAAANGGG
Dengan satu gerakan Ivar menangkis tangan orang itu, membuat gelas di genggamannya terjatuh dan pecah membentur lantai kayu. Tak terkejut dengan apa yang Ivar lakukan, Orang itu menatapnya dengan heran, sementara Ivar sendiri tersengal dan berusaha mengatur nafasnya susah payah.
"Pangeran—"
"jangan sentuh aku" Ivar menarik kembali tangannya, "Apapun yang kau inginkan, kau membawa orang yang salah, penyihir"
Orang itu terdiam beberapa saat sebelum kembali berbicara,
"Insting yang tajam, pangeran" Orang itu, sang penyihir tersenyum.
Satu jentikkan jari dan dengan ajaib pecahan-pecahan gelas di bawah tekumpul dan menyatu kembali menjadi seperti semula. Sang penyihir mengambil bejana berisi air dari meja kecil di sebelah mereka, gelas di tangannya kembali terisi.
Ia menyodorkannya kembali kepada Pangeran Ivar "kau harus meminumnya atau kau akan terus merasa sakit di lukamu, percayalah itu tidak menyenangkan"
"Kenapa kau menyelamatkanku?" Ivar membalasnya dengan pertanyaan.
"Karena kau sekarat saat aku menemukanmu, kupikir apa yang kulakukan cukup masuk akal?"
Ivar menggeram, "jika kau berpikir bisa menggunakanku untuk memancing peperangan, aku akan bunuh diri sekarang juga"
"Pangeran Ivar Ivanovich" Menyebut nama Sang Pangeran, penyihir berdiri dan mengambil satu langkah lebih dekat ke arahnya, "aku terikat pada sumpahku dengan raja terdahulu, membunuhmu dan aku telah mengingkari sumpahku sebagai penjaga hutan"
"Tak ada penyihir yang bersumpah setia pada siapapun"
Ivar menatapnya dengan kilatan amarah yang tak bisa ia tahan. Tapi tak sampai semenit ia bisa melihat penyihir itu tertawa. Tawa yang ganjil.
"Kau memang benar-benar setegas yang dirumorkan, sebegitu bencinyakah kau dengan garis darah ini?" sang penyihir kembali berbicara
Ivar tak membalas.
YOU ARE READING
The Prince and The Lightbearer
FantasyAda sebuah dongeng yang diceritakan turun temurun di perbatasan kedua kerajaan bersalju, Alvordia dan Anaphalis. Dongeng tentang seorang penyihir Malapetaka dengan tongkat lentera di tangannya. Penyihir yang menodai sebuah gelar suci dengan darah. L...