RUNAWAY

1. BEGIN

Udara di malam natal semakin dingin menusuk tulang belulang. Salju pun mulai turun menutupi jalanan dan membuat seluruh kota berwarna putih. Ding dong ding dong bunyi lonceng gereja berdentang nyaring menyambut malam penuh berkah.

Lampu warna-warni dan pohon natal di jalanan memperindah malam kudus. Begitu senangnya mereka yang dapat berkumpul bersama keluarga atau teman dan bertukar kado. Pemandangan yang manis bukan? Malam Natal mungkin menjadi malam yang menyenangkan untuk berjuta umat di dunia, tapi tidak untuk seorang gadis yang tengah menulis diary di taman kecil halaman rumahnya.

Gadis itu tampak menikmati waktu sendirinya, berkutat dengan tulisannya di temani stoples kue jahe yang di ambil diam-diam dari lemari dapur ibunya. Gadis itu mengayunkan kedua kakinya santai sambil memandang kembang api di langit malam. Begitu indah cahayanya, hingga ia tidak menyadari mobil ibunya mulai masuk halaman rumah.

Tampak wanita berambut pendek dan berwajah ketus itu tengah masuk rumah dan memanggil anak sulungnya yang tak kunjung menampakkan diri, hingga akhirnya wanita itu berteriak seperti penyihir, "MIKAAAAAA!!!!"

Seketika suasana tenang pecah diiringi suara Robin yang menggonggong tak kalah terkejutnya dengan Mika dan toples kuenya. Gadis itu hampir menjatuhkan karena terkejut, dan tanpa berpikir lagi ia langsung mengubur stoples kue jahe curiannya dalam tumpukan salju, kemudian ia berlari kembali ke rumahnya melupakan buku diarynya begitu saja. "Aku di sini, Bu!!!"

Entah apa yang terjadi setelah Mika masuk rumah, berhadapan dengan ibunya. Samar-samar terdengar suara ribut ibu Mika, Seo Yu Ri, tengah membanggakan anak bungsunya yang tadi baru saja mengikuti pertunjukkan drama di gereja. Asal kau tahu saja, adik Mika, Soo Jin, bukanlah pemeran utama. Bocah itu hanya berperan sebagai peri bodoh yang menjaga putri Aurora. Kalian tahukan? Itu cerita putri tidur yang membosankan, yang bahkan anak TK saja akan menguap sangking bosannya dengan cerita kelewat pasaran itu.

.

Keesokan harinya suara Soo Jin melengking memekakkan telinga dari ruang tengah. "Huwaah! Lihat, kak! Coba tebak hadiah apa yang aku dapat dari ibu?" Mika hanya bergumam tanpa suara menirukan Soo Jin sambil menyiapkan sarapan pagi. Siapa yang peduli dengan hadiahnya? Robin saja memilih kembali masuk ke rumahnya. Menyembunyikan kepalanya di dalam dan memilih mengibas-ibaskan ekornya, memamerkan pantatnya.

Soo Jin membongkar bungkus kadonya, dan ia mendapat ponsel iPhone terbaru dari ibunya. Mika hanya meliriknya kemudian memulai sarapan. "Mika sudah besar, tidak usah hadiah!" celetuk ibunya sambil menuruni tangga menuju dapur. Wanita itu menghampiri Soo Jin, kemudian memeluknya dengan mesra.

"Aku juga tidak minta!" sahutnya sambil mengendikan bahu dan berlalu.

Drama pagi yang klasik bagi Mika. Gadis itu tidak komentar apa pun walaupun sebenarnya dia juga ingin hadiah. Tidak harus barang bagus, syal mungkin sudah cukup untuk membuatnya tetap hangat di musim dingin, agar tidak iri pada Soo Jin juga, tentunya. Tapi hal seperti ini bukan hal yang perlu dipermasalahkan. Hadiah natal? Mika memang tidak pernah mendapatkan hadiah seperti itu sejak awal, kecuali barang 'lungsuran' bekas Soo Jin.

Sudah cukup basi untuk mengungkapkan ia ingin hadiah sekarang.

Usai sarapan Mika berpamitan hendak pergi sekolah, ia mendapatkan uang saku 300.000 won untuk sebulan, dan Soo Jin 500.000 won. Padahal Soo Jin masih SMP, jadwal pulangnya juga tidak lebih sore darinya. Lagi pula, sekolahnya dekat dan tidak perlu biaya transportasi karena sudah ada bis khusus dari sekolahnya. Mika melihat uangnya dan ingin protes, tapi ibunya sudah keburu pergi melewatinya begitu saja tanpa sepatah kata, seolah dirinya kasat mata. Jangankan melihatnya, memberikan uang saja ibunya hanya sebatas menyodorkan di atas meja, tanpa harus skinship dengannya. Gadis itu hanya menghela nafas. "Apa ini tidak keterlaluan?" protesnya pada cicak di dinding yang merayap.