2. ESCAPE AMERICA

12 4 1
                                    

Kalifornia, 20 November.

Sebuah amplop putih bertuliskan, Mr. Eric Jung, departemen kesehatan pusat Kalifornia, masih terbungkus rapat dan rapi dengan lem segelnya. Dokumen berisi rekam medis laki-laki berusia 17 tahun itu sudah ia terima seminggu yang lalu tapi sedikit pun ia tidak tertarik untuk melihatnya.

Udara dingin berembus kencang menerpa kaca kamar laki-laki bernama Eric itu. Terdengar bunyi, ctik ctik ctik, butiran salju yang menghantam jendela kamarnya dan ia masih tidak bergeming di tempatnya berdiri memandang kerlap-kerlip lampu jalanan kota Kalifornia. Pikirannya kacau sekacau angin topan yang beberapa hari terakhir ini memporak porandakan jalanan dan pepohonan di tepi pantai area rumahnya.

Beberapa kali ia melihat layar ponselnya, tampak ia menimang untuk menekan tombol call di sana. Jempolnya mengarahkan ke atas menatap sebuah tulisan, Mom, Dad, Daniel, dan Albert. Ia terus menaik-turunkan jempolnya tak jelas, sampai akhirnya ia memilih untuk mematikan benda itu, melepaskan baterainya dan menyimpannya dalam selorokan di samping tempat tidurnya bersama dengan amplop di atas kasurnya itu. Laki-laki itu meraih jaket tebal berbulunya, dan mematikan lampu kamarnya.

.

Seoul, 28 November.

Udara Seoul rupanya tidak kalah dinginnya dengan Kalifornia, membuat Eric harus merapatkan jaketnya sebelum ia melangkahkan kakinya ke luar bandara Korea mencari taksi menuju sebuah kompleks perumahan di Seoul.

Sebuah rumah megah dengan pagar tinggi menjulang seperti pagar kastil istana terbentang di hadapannya saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebuah rumah megah dengan pagar tinggi menjulang seperti pagar kastil istana terbentang di hadapannya saat ini. Sebuah senyum manis terukir di wajah tampan Eric saat ia memutuskan untuk mulai masuk rumah milik Kakaknya itu. Setelah ia berhasil membobol kunci pengaman rumah, Eric segera menuju dapur untuk mencari sesuatu yang bisa dia makan. Sejak pergi semalam perutnya belum terisi sama sekali. Beruntungnya dia menemukan pizza sisa yang hanya perlu ia hangatkan dalam microwave.

Eric melepaskan jaketnya dan melirik jam dinding menunjuk pukul 11 siang. Bocah bersurai hitam itu menyantap beberapa potong pizzanya dengan santai sambil menonton acara televisi Korea yang bahasanya tidak sepenuhnya ia pahami, 'kesono cepirit eh nemu
mana? Nemu happiness seribu cendol ngedrop.. ngedrop..~
'

"Bicara apa sih orang ini," Eric bergumam sembari mematikan televisinya dan melempar remotnya asal.

Sejak berusia 3 bulan, Eric sudah dibawa ke Kalifornia, tumbuh besar di sana dan kehidupan Amerika sudah mendarah daging untuknya. Ayah Eric orang Kalifornia tulen, dan ibunya berdarah Korea. Walaupun Eric di ajarkan bicara Korea tapi itu hanya selingan saat berkumpul bersama saja. Beda dengan Daniel, kakaknya, yang sejak SMP sudah tinggal di Korea bersama Kakek dan Neneknya dan lebih menganut budaya Korea.

Usai mengisi perutnya ia pergi ke lantai dua mencari kamar kosong yang bisa ia tempati. Beruntung dia ada kamar luas dengan background halaman belakang rumahnya yang rindang dengan kolam ikan Koi di sana, di tambah jendelanya full kaca seperti kamarnya di Kalifornia. Perfect!

RUNAWAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang