♨️ BAG 1 ♨️

15 3 0
                                    

Pagi hari, setelah melalui banyak sekali kejadian. Seorang perempuan beranjak dari kasurnya,dan berdiri tepat dengan jendela besar nya. Dalam keadaan baru setengah sadar, ia masih mengucek mata nya beruang kali. Rambutnya masih berantakan. Langkah nya berhenti sesaat melihat matahari bersilau ke hadapannya.

KENAYA ARABEL seorang mahasiswa dari sekolah SMA PELITA kini menjadi sedikit dingin dan mulai emosi semenjak ayah nya meninggal. Dia dirawat seorang diri oleh ibu nya di Surabaya. Kini umurnya sudah beranjak lebih remaja dari sebelumnya. Dia adalah anak tunggal, tidak punya adik adalah kebiasaan seorang kenaya selalu pergi dari rumah. Dia kesepian, maka dari itu dia tidak pernah ada dirumah

Seperti biasa, kali ini kenaya ada jadwal di sekolah. Ia sekilas menghirup udara dingin yang keluar dari jendelanya.

Kemudian, ia beranjak menuju kamar mandi, di dalam sudah tersedia apa yang ia perlu setelah selesai mandi.

♨️

“Pagi ibu” ucap Kenaya saat berjalan melalui anak tangga.

“Pagi sayang, ibu tadi telat bangun, mungkin masakkan nya akan lama” keluh ibu yang sekarang ini masih sibuk oleh masakan

“Tidak apa ibu, akan kutunggu, lagi pula skul akan berlangsung jam 8” ucap Kenaya yang langsung melirik jam. Sekarang sudah pukul 06.45, masih ada waktu untuk bertemu dengan Fiza.

FIZA FRESHA teman kenalan Kenaya yang kini sudah menjadi akrab dengannya. Fiza jauh lebih tua dari Kenaya. Dia selalu menganggap Fiza adalah kakak nya. Bersekolah di SMA yang sama dengan Kenaya.

“Masakan sudah jadi” seru ibu, lalu mematikan kompor dan langsung membawa panci masak ke meja.

“Waahh, nasgor dengan tambahan bihun? Aku belum pernah mencoba nya. Seperti nya enak” seru Kenaya sembari menyiapkan satu piring.

“Yasudah makan lah. Ibu juga lapar” kata ibu, berlanjut duduk dan menyiapkan piring.

“Naya, ibu tidak mau jika kejadian kemaren terulang lagi. Ibu tidak mau kau dalam masalah seperti ayah mu dulu” ucap ibu memberi nasehat pada Kenaya.

“Ibu, aku sudah tidak ingin membahas kemaren. Aku tau aku salah, dan aku tau kalau aku tidak boleh lakukan hal itu” sesal Kenaya lalu menyuapkan sesendok nasgor ke dalam mulutnya

“Hm, baiklah. Ibu tau kau bisa kendalikan emosi mu. Ibu akan pergi karena banyak sekali proyek yang harus diselesaikan” ucap sang ibu berjalan menuju wastafel dan meletakkan piring nya disana.

“Lalu?” tanya Kenaya sambil menguyah nasgor

“Lalu, ibu akan sibuk sayang. Ibu mungkin akan kembali hari Kamis. Kau bisa kan jaga diri sendiri di rumah? Atau ibu panggil Mbak Ijah untuk menemani mu?” tanya ibu menatap anak nya sambil mengambil tas dan jaket.

“Tidak usah bu, aku bisa jaga diri di rumah” tiba-tiba saja Kenaya terlihat senang mendengar hal itu. Dia bisa meluangkan waktu untuk berpergian. Tapi tidak enak juga karena ibu nya akan pergi, dan dia sendiri mengurus diri. Menyebalkan.

Ibu menatap Kenaya, “Hm, baiklah. Ibu berangkat dulu. Jaga dirimu baik-baik” ucap ibu dan langsung mengecup kening anak nya itu.

“Bye bu”

                                      ♨️

Selesai makan, aku beranjak untuk minum. aku langsung mengambil tas dan mengunci pintu rumah. Kemudian masuk ke dalam mobil.

-next-

Sekarang, Kenaya berada di depan pintu rumah Fiza, ia perlahan mengetuk pintu. Tujuannya dia kesini untuk menjemput Fiza.

“Fizaa!” teriak ku sambil mengetuk pintu

Tiba-tiba pintu terbuka, menampakkan lelaki dengan tubuh kekar. Seperti dia tidak asing, apakah aku pernah bertemu dengannya? Terus saja aku mengingatnya.

Tiba-tiba aku mengingat lelaki ini,
“Ha? KAU?!”

Lelaki itu adalah seseorang yang kutabrak kemaren sore. Iya! Dia tak jauh beda dari yang kemaren. Aku masih mengingatnya.

“KAU?! Kau sedang mencari siapa?” tanya lelaki tersebut dan membuyarkan lamunan ku.

“Aaa-aku sedang mencari Fiza, apakah dia ada dirumah?” tanya Kenaya sambil melirik ke dalam rumah Fiza.

Kemudian, datanglah seorang perempuan. Itu Fiza!

“Kenaya? Kau sudah datang? Lama tidak bertemu, karena liburan nya sangat panjang. Aku saja sangat kangen dengan mu” seru Fiza kemudian memeluk Kenaya dengan erat. Kenaya membalas pelukannya.

“Aku juga kangen dengan kakak ku ini” seru ku selanjutnya kami berdua tertawa.

“Oh iya, kenalkan ini Revanno. Kalian sudah saling kenal?” tanya Fiza yang daritadi melihat aku dan Revanno saling tatap.

“Ha? Ehm, iyaa eh maksud ku belum, kenalin nama ku Kenaya” kata ku sambil mengulurkan tangan tepat di depan Revanno

“Kenaya? Oh, jadi itu nama mu? Perempuan yang tidak punya etika pada saat itu kan?” tanya Revanno dengan senyum miring khas dirinya

Kenaya terdiam, dia sedikit sakit hati namun ia tahan. Seharusnya kemaren aku menjaga omongan ku.

“Ehm, Revan, apa yang kau katakan?! Jangan begitu. Dia mengajak mu kenalan, tapi kau malah bikin dia sakit hati” ucap Fiza yang kemudian menenangkan Kenaya.

“Yasudah, nay, ayo kita berangkat” ajak Fiza. Fiza menarik Kenaya yang masih diam dia depan pintu nya. Fiza mengajak Kenaya masuk ke mobil.

☆️


-Author-

Gimana cerita nya? Gue harap pada suka.

Jadi disini ada beberapa tokoh, tokohnya ga gw pisah, tapi gue satuin sama cerita nya.
Jadi yang nanya tokoh nya kok ga dipisah? Itu karena gue mau coba ide baru. Hehe

Gue usahain update nya lebih cepat. Maafkan saya jika banyak typo, kalau ga nyambung boleh komentar aja y!

Lop you🎈

|Senin, Juni 10 2019























Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 10, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KENAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang