Aku mengeratkan mantel coklat yang kukenakan, hembusan angin dingin menerpa kulitku. Membuatku meremang.
Jalanan panjang yang biasa ku lewati terlihat begitu sunyi nan sepi. Sesekali ku gosokkan kedua telapak tanganku yang terbungkus sarung tangan berwarna merah, hadiah dari ayahku di ulang tahunku yang lalu.
“ Rasanya sebentar lagi tubuhku akan membeku, “ batinku. Kembali aku gosokkan tanganku dan sesekali meniup-niupnya.
“ Ayok cepat sedikit Kim Jisoo. “
Aku berusaha membuat langkahku lebih cepat, tak lucu jika besok ditemukan gadis muda mati kedinginan di tengah jalan karna kedinginan di tengah musim salju.
Aku bukan tipikal gadis yang suka menghamburkan uang, oh ayolah untuk makan sehari-hari saja aku harus menghemat. Jadi jangan heran kalau aku lebih memilih jalan kaki, dan kupikir lumayanlah untuk olahraga.
Langkahku terhenti, tepat di depanku tiga orang pria dewasa, dengan badan yang cukup gempal terlihat sempoyongan dengan masing-masing dari mereka memegang botol minuman. Tanpa dipikirkan lagi, mereka pasti sedang mabuk.
“ Mati aku, “
Tanpa kuintruksi, kakiku memundur dengan sendirinya. Dan sialnya, sepatu snikersku menginjak kaleng bekas minuman, membuatku harus menepuk jidat merutuku kecerobohanku.
Tiga orang itu menatapku. Salah satunya meneriakiku menyuruhku agar tidak kabur, seakan aku burunon mereka.
“ Mati aku, “
Aku berlari secepat yang aku bisa dan tiga orang lelaki yang tengah mabuk itu ikut mengejarku. Dasar bapak-bapak tua bangka, apa tidak cukup mereka duduk manis di rumah dan menikmati masa tua mereka.
“ Jangan kabur gadis manis. " Suaranya serak membuatku ingin sekali muntah.“ Bagaimana kalau kau temani kami minum-minum dulu. “
“ Jangan jual mahal seperti itu
sayang. “Astaga mimpi apa aku semalam.
Dari kejauhan aku melihat seorang pria melambai padaku, tangan kirinya bertengger manis pada kemudi mobil hitam yang ia bawa. Siapa dia, pikirku dalam hati.
“ Masa bodo siapa dia, sepertinya dia mengenalku, “ Aku berbalik demi memastikan apakah tiga laki-laki itu masih mengejarku, dan astaga apa tenaga mereka menjadi dua kali lipat setelah meminum alkohol?.
“ Jisoo! “ pria tadi memanggilku dengan suaranya yang ikut memburu ketika aku mulai mendekati posisinya.
“ Naiklah, sebelum mereka
mendekat. “Aku kembali menatap belakang,
“ cepatlah. “Pria dengan surai hitam legam dan kulit seputih susu itu membukakan pintu mobilnya. Dan aku memasukinya dengan napas yang tersendat-sendat.
Belum juga aku mengenakan sabuk pengaman dengan benar. Pria yang tak kuketahui namanya itu mengemudikan mobilnya dengan cepat.
“ kau mau minum ? “
Aku langsung meraih botol air minum yang ia sodorkan kearahku, sedangkan matanya masih fokus pada jalanan.
“ Terima kasih, “
“ Siapa kau? Kau mengenalku ? “ Aku kembali bertanya setelah berhasil menenggak habis botol air minum berukuran sedang itu.
“ Aku teman sejurusanmu, “ Aku mencoba mengingat.
“ Kau tak perlu mengingatku, “
“ Rumahmu lewat mana? “ Pria itu menatapku sekilas dan kembali fokus pada jalanan.
“ lewat sini, “
Setelah pria itu berhasil mengantarku pulang dengan selamat. Aku turun dari mobilnya dan mengucapkan banyak terima kasih kepadanya. Aku sedikit membukkuk ke arah kaca mobil,
“ Siapa namamu, biar aku bisa menyapamu lain kali. “ Aku tersenyum ke arahnya, dan ia juga membalasku.
“ Tak perlu, “ aku mengeryit.
“ masuklah, aku akan pulang. “
Tak ingin memusingkan perihal siapa namanya, aku mengangguk dan melambaikan tanganku ke arahnya. “ Sekali lagi terima kasih ya. “
Jam dinding menunjukkan pukul 12 malam ketika aku membuka pintu flatku. Kamar yang minim, setidaknya cukup untuk satu orang tidur. Aku membuang asal sepatuku, dan menidurkan diriku di ranjang, dan membiarkan diriku tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRETO - Jisoo
Short StoryKim Jisoo selalu mendapatkan surat-surat yang berisi curahan hati seseorang, namun ia selalu tidak memperdulikan hal itu. Yang ia tau ayok kuliah dan mari lulus dengan bahagia. ©L A B I R