Bab 3

9 2 0
                                    

Irene segera memasuki rumah neneknya yang sekarang sangat penuh dengan tetangganya yang kelihatan khawatir. Para tetangganya melihat ke arah kamar neneknya yang lebih penuh dengan orang-orang berseragam putih. Irene mulai merasa gelisah. Firasatnya buruk sekali.

Dengan susah payah ia lalu melewati orang-orang tersebut untuk dapat memasuki kamar neneknya. Namun ketika Irene berdiri di depan pintu kamar nenek, orang-orang berseragam putih tadi keluar dari kamar nenek sembari menggotong tandu yang diatasnya berbaring wanita tua yang kelihatan sangat pucat. Nenek....

Irene mengikuti petugas tadi hingga masuk ke dalam mobil putih yang pasti mobil ambulance. Petugas itu tadi sempat bertanya siapa Irene. Irene lalu menjelaskan siapa dirinya sehingga akhirnya ia diizinkan masuk.

Irene masuk ke ambulance dengan paniknya memanggil nenek. Nenek merespons dengan menyentuh tangan Irene. Beliau tampak ingin mengatakan sesuatu tapi Irene sama sekali tak mengerti apa yang ingin dikatakannya. Tak lama tiba-tiba mobil berhenti.

Petugas yang tadi segera membukakan pintu belakang ambulance dan mengeluarkan tandu nenek dan membawanya ke IGD.

Irene ikut turun. Ia segera berlari masuk ke dalam rumah sakit itu. Sambil menunggu kabar dari dokter yang berada di dalam IGD untuk menangani neneknya, Irene lalu duduk di ruang tunggu dengan gelisah.

Pikirannya yang semula sudah kacau sekarang makin kacau. Bagaimana kalau nenek... Ah, jangan sampai, pikirnya.

Tak lama kemudian, pintu ruang IGD terbuka. Seorang dokter muda keluar dari sana dan menutup pintu kembali. Ia memasang tampang yang sama sekali tak diharapkan Irene. Tampang berduka. Melihat raut dokter itu saja Irene sudah tahu apa yang terjadi.

Air matanya mulai melimpah dari pelupuk mata. Ini... Ini pasti cuma mimpi! Nenek tidak mungkin meninggalkanku...,batinnya tak percaya.

"Maafkan kami, dik. Kami sudah berusaha semampu kami. Kami turut berduka." dokter itu menyentuh kepalaku lalu pamit pergi entah kemana.

Irene menatap nanar kepergian dokter itu. Orang tengah berduka, dia justru meninggalkan pasiennya."pikir Irene tidak suka. Entah mengapa,tiba-tiba ia menjadi cukup sensitif dengan sekitarnya.

Lamunannya terhenti ketika sebuah kasur dorong keluar dari dalam IGD disampingnya. Kasur itu dibaringi oleh seseorang yang tubuh bagian atasnya ditutupi kain putih. Selamat jalan,Nenek,bisik Irene pilu. Ia tadi sempat dipanggil oleh seorang perawat yang menyatakan kalau neneknya telah tiada.

Lagi-lagi ia menganggap perawat itu tidak peka terhadap dirinya. Irene pikir perawat itu terlalu ToThePoint,sehingga kelihatan cuek. Kejadian ini terjadi begitu cepat. Baru tadi pagi Irene bertemu dengan neneknya, ketika pulang sekolah, justru inilah yang didapatkannya.

The Rain Memories {Full}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang