Being a Princess

1.4K 43 6
  • Didedikasikan kepada justin bieber
                                    

Tittle: Being a Princess

Author: Keyzzlera aka Keyzzle aka Keyla Ramadhani

Genre: Action, Angst, Romance, Kingdom-life, Teenage-life, Hurt/Comfort, Teen-Fiction, Fanfiction, etc.

Lenght: Oneshoot

Disclaimer: This story is inspired by Princess Diary (movie) and an imagination from my psychotic brain.

Warning: Sorry for random tag. Sorry for bad story and ideas. Sorry for absurd plot. Sorry for bad language. Sorry for bad ending. Sorry for everything!

Don't copast or plagiat any idea or scene from this story, or i swear i'll kill you with Nico di Angelo's deathly black Stygian Iron then then put your pitty mortal soul on Hades's underwear! Just read this goddamn story and give me a comment bout it!

Okay? Okay.

Being a Princess

Life sucks! Itu kata yang tepat untuk menggambarkan hidupku.

Uh, begini, mungkin aku harus memperkenalkan diriku terlebih dahulu. Namaku Helena Clarentina Dellirse, nama yang aneh ya? Karena itulah aku lebih suka dipanggil Elle, hanya Elle. Omong-omong aku tinggal di wilayah Upper West Side di Manhattan. Aku lahir tiga ratus enam puluh tahun lalu di planet mars―bercanda, aku lahir di sebuah kerajaan antah berantah bernama Kauntensia, enam belas tahun lalu.

Jika kalian mulai bertanya-tanya kerajaan konyol apa yang bernama Kauntensia, biar kujelaskan padamu. Kauntensia adalah sebuah kerajaan kecil di eropa, tak terlalu terkenal, aku tahu. Tapi, hey, rajanya yang terdahulu, King Joseph VII adalah kakekku. Yep, benar kakekku!

Ibuku yang sebenarnya adalah putri Helena, dan beliau meninggal saat melahirkanku. Ayahku, Robert Dellirse―seorang wartawan yang saat itu tinggal di Kauntensia selama beberapa waktu―akhirnya membawaku yang masih berupa sosok bayi imut dan menggemaskan untuk meninggalkan kauntensia dan kembali kekampung halamannya disini, Manhattan tercinta. Sebenarnya kakekku sempat mengusulkan agar ayahku mau membesarkanku dilingkungan kerajaan kauntensia saja, tapi untungnya ayahku adalah tipe pria yang tak mau menggantungkan hidupnya pada orang lain―termasuk seorang raja yang juga ayah mendiang tunangannya sekaligus kakek dari putrinya

Tapi, kehidupanku yang sempurna di Manhattan terusik sejak dua hari yang lalu. Saat tanteku yang menyebalkan, Queen Annelise mengumumkan kedatangannya di amerika untuk menjemput kemenakan tersayangnya ke Kauntensia.

Jadi disinilah aku sekarang. Duduk didalam mobil kerajaan, merutuki kesialan nasibku. Dad duduk disebelahku, tampak berusaha tampil ceria didepanku, meskipun aku tahu dia sebenarnya sedih harus berpisah denganku. Sementara ibu tiriku, Emma, wanita keturunan asia yang ramah dan tengah mengandung calon adik tiriku itu tengah mengusap matanya dengan selembar tisu.

Mobil memasuki pelataran sebuah griya mewah bergaya zaman victoria. Queen Annelise―tanteku yang tercinta― bersama dengan beberapa staffnya serta beberapa wartawan yang tengah meliput, berdiri menyambut kedatangan kami.

"Selamat datang, Princess Helena II serta Mr. Dan Mrs. Dellirse." Ucap Queen Annelise, memberikan penyambutan. Lalu dia mengajak iring-iringan itu menuju paviliun makan―tidak termasuk para wartawan,tentu saja―. Jamuan makan dilangsungkan dengan singkat, lalu Queen Annelise mempersilahkan aku dan ayah serta ibu triku memasuki ruang duduk yang berisi sofa-sofa empuk, tv berlayar lebar, serta meja penuh berisi cemilan.

Aku duduk disana dengan gugup, diapit ayah dan ibu tiriku yang berusaha menenangkanku. Ini adalah hal baru bagi mereka untuk melihatku tak tertarik pada coklat dan permen yang terhidang dimeja, padahal biasanya coklat dan permen adalah hal yang sangat membuatku kecanduan.

Being a PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang