Ketika aroma hujan itu adalah menenangkan bagi sebagian banyak orang. Ketika suara rintik gerimis itu adalah irama yang damai bagi mereka. Di tengah sepinya hari yang lengang. Di tengah gersangnya ladang tandus tanpa tuan. Hujan begitu membahagiakan.
Tapi jangan tanyakan soal damai, soal tenang apalagi bahagia, kepada sosok manusia yang duduk merenung sendirian di sudut ruang kamarnya. Ruangan serba putih berbau obat itu lebih tepat nya adalah kamar rawat. Untuk yang kesekian kalinya, dia harus mengakhiri rasa sakit dengan luka. Itu sama sekali bukan jalan keluar yang benar. Tapi kali ini adalah di luar kehendaknya, dan itu kecelakaan.
“Tae…, kau sudah ganti baju…?”
Suara sosok laki-laki dewasa yang selama ini selalu menjaga nya sehat maupun sakit. Sosok kakak yang merupakan keluarga satu-satunya. Datang menjemputnya ke kamar.
“Seokjin sedang mengurus administrasi kepulangan mu, dia meminta ku membawakan semua barang-barang mu,” Sambung Namjoon datar, selagi mengangkat dua tas besar berisi perlengkapan Taehyung selama di rawat.
“Terimakasih hyung… lagi-lagi aku menyusahkan kalian berdua,”
“Sudah berapa kali hyung bilang, jangan ucapkan itu,”
Hanya wajah senyum Namjoon yang nampak. Serta kata-kata lembutnya, untuk pasien yang baru saja sehat. Taehyung, selalu tidak mengerti jika pada akhirnya, dia harus menyesali kebodohannya sendiri. Karena orang-orang di sekitarnya selama ini, adalah orang-orang yang menyayanginya sepenih hati.
Malam itu, di acara pernikahan Jungkook. Ketika semua ruas kebahagiaan mekar. Senyum yang manis di wajah rupawan. Sorot mata yang telah lama ia rindukan. Malam penuh kebahagiaan yang harus berakhir dengan segumpal luka. Pernikahan sosok mantan cinta yang menyakitkan hatinya. Taehyung berakhir di ambang batas kesadarannya, ketika ia tengah berkendara di tengah jalan. Mengalami kecelakaan parah yang sama sekali tidak ia sengaja.
Tidak sampai membuatnya coma, hanya kehilangan kesadaran beberapa hari. Sekalipun memang ia cedera parah. Karena mobilnya melaju tak terkendalikan dalam kecepatan tinggi. Mengacak-acak ruas jalanan yang untung saja mulai sepi. Kini, setelah beberapa saat mendekam kembali di rumah sakit. Taehyung telah pulih.
“Jangan memaksakan diri, kau istirahat saja di rumah beberapa hari, hyung masih bisa menghandle perusahaan mu sendiri,” Elak Namjoon, saat Taehyung memutuskan untuk kembali menduduki kursi jabatannya, setelah vacum sekian lama.
“Aku sudah sehat hyung, aku baik-baik saja… dan aku harus sibuk mulai saat ini,” Jawab Taehyung, yang membuat Namjoon menjadi khawatir. Senyum palsu yang selalu terukir di wajahnya semenjak ia siuman.
“Baiklah jika itu mau mu, tapi.. cepatlah istirahat jika kau merasa lelah,”
“Terimakasih, kau perhatian sekali….,”
“Tidak ada orang lain yang akan memperhatikan mu kecuali aku, ingat,” Tukas Namjoon sarkastis. Membuat Taehyung berubah cemberut seketika, lupa umur.
Begitulah pada akhirnya. Namjoon mengerti dengan maksud Taehyung yang ingin menyibukkan diri. Hatinya terlalu sakit untuk ia ajak berdamai. Dia butuh pelampiasaan rasa. Demi mengalihkan luka dalam batinnya. Terdiam, hanya akan membuat pikiran jahat nya nakal kemana-mana. Hanya akan menyakiti diri sendiri pada ujungnya. Maka dari itu, Taehyung butuh pengalih perhatian.
=====================
Ia berusaha untuk bersikap adil. Bukan karena ia tidak peduli lagi. Hanya saja, Taehyung telah menancapkan niat dalam hatinya. Tak akan lagi ia datang untuk mengusik hari-hari indah mantan kekasihnya. Sekalipun ia sangat merindukan sang buah hati. Taejung kecil yang Jungkook bilang bukan lah darah dagingnya.