Terdiam dalam gelombang yang tenang. Sunyi senyap tanpa gangguan. Frekuensi seolah menghilang. Menyisakan ambang batas alam yang terbentang tanpa dasar.
Tubuhnya kebas seolah mati rasa. Semua indra nya melemah tanpa daya. Ia masih lemas dan tak bisa membuka mata. Hanya ada perasaan yang menggelitik dalam relung hatinya. Sebenarnya ada dimana dia sekarang.
Ini hangat, sesuatu yang menyentuh salah satu lengannya. Sesuatu yang lembut tapi tak tahu itu apa. Yang ia rasakan hanyalah pancaran kehangatan yang menembus dimensi bawah sadarnya.
"Daddy... Daddy...,"
Suara manis, merambat halus mengusik telinga yang mati suri. Ia ingin mengulas senyuman. Ia rasa ia sudah tersenyum. Tapi tak nampak. Suara manis yang membuatnya semakin kuat hampir tersadar.
"Daddy... diam saja, Daddy tidak merindukan ku...?"
Ini apa, kenapa semakin lama, suaranya semakin nyata. Satu-satunya yang teringat dalam memorinya. Dia hanyalah satu makhluk yang penuh dengan ras sesal dalam hatinya. Hanya itu yang ada di benaknya. Tapi suara ini, sentuhan ini dan kehangatan ini, sesuatu yang pernah ada sebelumnya. Mungkin kehidupan sebelumnya. Bisa jadi hanya kamuflase belaka.
"Daddy... jangan pergi...,"
Lagi lagi dan lagi. Suara ini lagi. Selalu saja memenuhi telinganya sebelah kiri. Sentuhan ini hadir kembali. Sayangnya, tubuhnya masih terkunci. Entah bagaimana caranya ia bisa membebaskan diri.
"Sayang... bisikkan sesuatu yang manis di telinga Daddy ya...,"
Siapa... ada suara lain di sekitarnya. Siapa pemilik suara yang familiar di benaknya. Membuatnya frustasi dan ada sesuatu yang bergejolak dari dalam hati. Siapa yang sudah membangkitkan satu lembar memori yang sudah ia lupakan cukup lama, ketika ia terdiam di tempat yang asing ini.
"I looooove... daddy... I want to see you open those eyes, in front of me, I loved to touch you like this daddy...,"
Manis, aroma ini sangat manis. Sentuhan ini, terasa lagi di titik lain tubuhnya. Dan hatinya menghangat. Ia rasa ia mengulas senyuman. Tapi tak nampak. Hingga samar-samar, frekuensi mulai masuk ke rongga telinganya. Frekuensi yang merambat dalam gerakan lambat. Membuatnya akhirnya menyadari apa yang sudah ia alami.
Taehyung, kembali lagi ke dalam raganya yang sempat kosong tak berisi. Taehyung mendengar lagi suara nyata yang sekarang sudah masuk dalam memori nya. Itu anaknya, buah hati nya yang selalu ingin ia manjakan. Suara manis, aroma manis dan sentuhan lembutnya. Taejung, menarik kembali kesadaran Taehyung yang hampir melayang.
Detikan teratur, terdengar mengejutkan. Jungkook tercengang, ketika menatap layar monitor yang menampilkan tanda-tanda vital Taehyung meningkat dan terus menunjukkan perkembangan. Ia bergegas keluar dari kamar rawat Taehyung untuk memanggil seorang dokter.
"Daddy...??"
Taejung yang duduk manis diatas brankart tepat di samping lengan Taehyung pun terkejut. Ia melihat Taehyung mengerjabkan kelopak matanya. Walaupun gerakannya lemah, bisa Taejung lihat jika sosok laki-laki yang ia rindukan telah kembali.
"Daddy... Daddy....," Ucap Taejung girang, ketika perlahan Taehyung mulai membuka kedua matanya.
Taehyung melihat sosok bayangan buram. Nampak mungil di sampingnya. Ia merasakan sentuhan yang lembut. Sentuhan serupa yang ia rasakan saat masih terkunci di alam bawah sadarnya. Pelaku utama adalah anaknya sendiri rupanya.