Aroma kopi langsung tercium saat aku memasuki kedai kopi. Seorang barista juga langsung menyambutku dengan ramah, "Good morning, Noona. What can I do for you?"
"Hot cappucino, no sugar, and little foam," balasku.
"Okey, wait a minute," ucapnya setelah memberikan uang kembalian kepadaku. Tidak lupa ia menyuruhku untuk memilih tempat duduk terlebih dahulu. Seperti biasa, aku memilih tempat duduk yang berada di samping jendela.
Tidak lama kemudian, suara bel berbunyi diiringi dengan suara seruan barista tadi, "Hot cappuccino no sugar with little foam is ready."
Karena merasa panggilan alam, aku pun memutuskan untuk pergi ke kamar mandi dahulu sebelum mengambil pesananku. Saat kembali ke meja kasir untuk mengambil pesanan, meja itu kosong. Tidak ada apapun di sana.
Aku kemudian bertanya kepada barista tadi, ia lalu mengatakan jika kopi pesananku telah dibuatkannya beberapa menit yang lalu dan diletakkan di atas meja. Dia pikir aku telah mengambilnya.
Barista itu lalu melihat sekeliling kedai kopinya dan menemukan seorang laki-laki duduk di bagian sudut dekat pintu. Ia lalu mendatangi dan menegur laki-laki itu. Ia juga menyuruhnya meminta maaf kepadaku karena telah salah mengambil pesanan milikku.
Orang itu juga kaget saat diberitahu bahwa ia salah mengambil pesanannya. Ternyata kopi yang ia pesan hampir sama dengan apa yang aku pesan, bedanya hanya saja pesanan laki-laki itu berhenti sampai no sugar.
Ia lalu menundukkan badannya di depan ku sebagai tanda ucapan maaf. Karena merasa bersalah, laki-laki itu lalu meminta sang barista untuk membuatkan lagi pesananku namun sayangnya susu yang digunakan sebagai campuran cappuccinonya sedang habis dan barista tadi baru saja akan mengambilnya di gudang penyimpanan.
Jam sudah menunjukkan pukul delapan dan ini saatnya aku untuk pergi ke suatu tempat. Aku pun mengatakan kepada laki-laki tadi jika harus segera pergi ke suatu tempat namun laki-laki itu tetap merasa tidak enak kepadaku dan mengatakan akan mentraktirku kopi serupa di perjalanan nanti.
Alhasil sekarang aku menuju tempat tujuanku berikutnya, Namsan Seoul Tower bersama dengan laki-laki tadi.
"Sorry, ya soal tadi. Oiya, lima ratus meter dari sini ada kedai kopi yang nggak kalah enak dari kedai kopi tadi kok," ucapnya entah sudah berapa kali ia meminta maaf kepadaku.
"Astaga, santai aja woi. Daripada lo minta maaf terus, mendingan lo ngenalin diri lo ke gue. Kenalin, nama gue Kim So Hyun."
"Gue, Oh Sehun. Panggil aja, Sehun," jawab laki-laki itu. Aku pun menganggukkan kepala sebagai tanda mengerti.
"Oiya, lo mau ngapain ke Namsan Tower?" tanya Sehun.
"Nggak tau juga, cuma rasanya kaya ada panggilan dari sana"
"Panggilan? Jangan bilang panggilan kematian karena gue nggak mau ntar jadi saksi kematian lo. Hidup gue udah ribet nggak mau tambah ribet gue."
"Lo, lagi liburan? Eh, lo turis atau orang asli, sih?" tanya Sehun menambahkan.
"Bisa dua-duanya."
Jawabanku sontak membuat Sehun mengerutkan dahi. Ya, saat ini aku memang sedang mengambil cuti untuk berlibur di Korea. Namun bisa dibilang juga jika aku sedang kembali ke kampung halamanku sendiri.
Korea memang menjadi tempat aku dilahirkan. Aku juga sempat dibesarkan di sini oleh kedua orang tuaku sebelum akhirnya aku juga harus mengikhlaskan kepergian mereka. Keluargaku mengalami insiden kecelakaan setelah acara kelulusanku dari TK.
Dan dari kecelakaan tersebut hanya aku lah yang selamat namun kondisiku saat itu juga bisa dibilang menyedihkan. Aku mau tidak mau juga harus kehilangan kedua indra penglihatanku. Aku juga mengalami hilang ingatan sebagian.
Aku yang tidak memiliki siapa-siapa lagi akhirnya tinggal di panti asuhan selama enam tahun hingga akhirnya datanglah sepasang suami istri yang mengatakan sebagai saudara dari ibuku yang akhirnya mengadopsiku.
Mereka juga yang telah membiayai operasi mataku sehingga sekarang aku dapat melihat kembali. Untuk menghindari trauma kecelakaan itu akhirnya paman dan bibi lebih memilih tinggal bersamaku di luar negeri.
Ingatanku juga belum pulih sepenuhnya hingga saat ini. Alasanku kembali ke Korea sekarang tidak lain adalah juga untuk mencari kembali ingatanku yang hilang.
Tidak terasa aku dan Sehun telah berada di pintu masuk Namsan Seoul Tower. Aku yang sudah tidak sabar segera menarik tangan Sehun untuk naik ke atas.
Saat tiba di puncak, seluruh pemandangan kota Seoul dapat terlihat dengan jelas. Ditambah lagi saat ini musim semi sedang berlangsung di Korea sehingga lengkap sudah pemandangan Seoul beserta dengan warna merah jambu bunga sakura yang bertebaran di setiap pelosok kota.
"AAAAAAAA..." teriak Sehun sambil melentangkan kedua tangannya kemudian melihatku sambil menganggukkan kepalanya yang berarti menyuruhku untuk melakukan hal yang sama. Tanpa ragu aku pun langsung merentangkan kedua tanganku dan berteriak sekeras mungkin.
"AAAAAAA.. SEOULLL AKU KEMBALIII. AKU JANJI AKAN SEGERA MENGEMBALIKAN INGATANKUUU."
Sehun tersenyum melihatku berteriak dengan lantang. Setelah puas berteriak, Sehun lalu menarikku ke sebuah sudut dimana disitu banyak sekali gembok yang bergantungan dan bertuliskan berbagai macam nama orang.
Tiba-tiba saja Sehun menunjukkan sebuah gembok berbentuk hati berwarna merah jambu yang terdapat tulisan namaku.
"Hei, So Hyun. Bukankahini namamu? Kim So Hyun Love Yeol?" ucap Sehun
KAMU SEDANG MEMBACA
Walk On Memories
Fanfiction[ C O M P L E T E D ] Kamu adalah jawaban atas pertanyaanku selama ini, Chanyeol. - Kim So Hyun Written to join #aspringtriptolove #fanficindo