Algoritma

48 4 1
                                    



Bernard menemukan algoritma yang bisa membuat siapa saja viral di media sosial dalam waktu 7 hari. Penemuannya ini membuatnya mati secara misterius. Hal ini dikemukakan Angel, adik Bernard, saat pemakaman kakaknya.

"Sebelum meninggal, kakakku telah menemukan cara yang bisa diterapkan oleh siapa saja agar bisa viral di media sosial. Memang kakakku telah menghabiskan banyak waktu untuk mempelajari hal ini. Namun bukan kelelahan yang membunuhnya. Polisi sudah mengkonfirmasi bahwa ia mati karena diracun. Siapapun yang melakukan ini, ia ingin mencuri penemuan kakakku. Kini kamarnya bersih. Laptop dan semua catatan penelitiannya hilang. Aku mohon pada kalian semua yang datang hari ini, jika kalian tahu sesuatu, tolong beritahu aku."

Pidato singkat tersebut terekam kamera dan diupload di channel youtube Angel. Dalam sehari, video itu sudah ditonton cukup banyak orang. Kematian Bernard rupanya menjadi buah bibir bagi teman-temannya, terutama karena begitu misterius penyebabnya. Angel membaca komentar yang ada di video tersebut. Terdapat berbagai macam komentar, mulai dari turut berduka cita, hingga spekulasi apa yang terjadi. Namun ada satu komentar yang berbeda dari yang lain. "Tidak semua hasil penelitiannya hilang. Cek email!" Komentar itu ditulis oleh Farah Dwi. Sebuah nama yang tidak pernah dikenal Angel sebelumnya.

Segera Angel mengecek emailnya. Ada tumpukkan email berisi ucapan turut berduka cita dari banyak orang. Ada juga orang-orang asing dengan alamat email yang aneh seperti: "icarus156" yang berusaha mengirim email dengan subjek seperti: "AKU TAHU SIAPA YANG MEMBUNUH KAKAKMU". Angel membuka email itu. Isinya:

Kamu!

Angel menghapus email itu. Di kolom pencarian, Angel mengetik: "Farah Dwi". Satu email muncul dari hasil pencarian tersebut, tanpa subjek.

Email itu berisi:

Dear Angel,

Turut berduka cita atas meninggalnya kakakmu. Saya adalah manajer dari tempat yang sering didatangi kakakmu. Kulampirkan sebuah foto yang kuambil seminggu yang lalu. Silakan amati buku yang dipegang kakakmu. Sepertinya, buku itu tertinggal di tempatku.

Angel membuka lampiran dari email itu. Ada sebuah foto selfie dari Farah dan seorang wanita. Di belakangnya, tampak Bernard sedang membuka laptopnya sambil membaca sebuah buku catatan. Angel segera mengetik balasan untuk email itu:

Boleh aku mengambil buku itu?

Angel menghapus pesan itu, lalu menggantinya dengan pesan lain:

Dari mana aku tahu kau tidak berbohong?

Tidak lama kemudian, balasan dari Farah masuk:

Datanglah ke tempatku besok siang. Digital Co-Working Space. Akan kuberikan buku ini. Aku rasa kita perlu bicara banyak.

Di email itu terlampir sebuah foto. Foto itu berupa foto dari buku tersebut.

Sore itu juga, Angel pergi ke tempat bernama Digital Co-Working Space itu. Seseorang mempersilakannya masuk. Kini ia duduk di sebuah meja di dekat receptionist bersama dengan seorang wanita yang berpakaian sangat modis. Percakapan mereka terekam oleh CCTV.

"Hai Angel, aku Farah."

"Hai. Jadi apa yang mau kau bicarakan?"

"Baik. Langsung saja." Farah mengeluarkan sebuah buku catatan dan meletakkannya di meja. "Aku menghargai kamu dan kakakmu. Aku ingin mengembalikan buku ini. Tapi, kau tahu tempat apa ini?"

Angel menggelengkan kepalanya.

"Tempat ini adalah Co-Working space. Sederhananya, ini adalah kantor bersama dari banyak start-up. Kakakmu sudah beberapa bulan sering datang ke sini untuk mempelajari beberapa hal dari orang-orang yang ada di sini."

Algoritma (Cerpen)Where stories live. Discover now