식탁 위에 마주 앉아
너의 하루는 어땠는지 묻거나
나의 하루도 썩 괜찮았어
웃으며 대답해 주고 싶어
I sit face to face with you at the table
I ask about your day
Or my day was pretty good
I want to answer with smile
"Sayang, aku pulang," sahut Kino seraya membuka pintu rumah.
Aku yang baru saja selesai mandi dan sedang mengeringkan rambut dengan handuk langsung segera bergegas menghampiri Kino.
Kino, dengan kemeja hitamnya yang lengannya disingsingkan ke siku dan tas coklat besar digeret di lantai melihatku dengan tatapan teduh. Dia menaruh tasnya di lantai dan merentangkan kedua tangannya lebar.
Aku yang mengetahui maksudnya langsung masuk ke dalam pelukannya. Dia memelukku hangat, seperti biasanya. Kedua tangannya di punggungku membuatku merasa sangat nyaman saat ini. Memang sih, tidak ada pelukan dari Kino yang tidak membuatku nyaman.
"Senang kamu udah pulang. Tadi aku mau telpon kamu habis selesai keringin rambut. Soalnya kamu lama pulangnya, aku kira disuruh kerja rodi sama mas Yudis di cafe."
Kino tertawa kecil lalu melepaskan rengkuhan kami. "Emang sekarang jam berapa?"
"Tuh, jam hampir jam 11," seruku seraya menunjuk jari ke arah jam dinding.
"Kamu khawatir ya sama aku?" tanyanya sambil menaik-turunkan kedua alisnya jail.
"Ih apaan sih," balasku kesal yang dibalas Kino dengan tawanya yang khas hingga deretan giginya yang rapi bisa terlihat jelas.
"Kenapa sih ketawa?" tanyaku sedikit sewot.
"Lucu aja liatnya, gemes hehehe..." cengir Kino seraya mengacak poni rambutku.
"Ih jangan diacak Kin," omelku jengkel.
"Gak kok gak diacak," bantahnya. Tangannya dengan cepat mengambil handuk kecil di tanganku. "Sini sekalian aku keringin ya rambutnya."
Aku mengangguk lalu aku menarik kursi meja makan, duduk disana. Kino berdiri di belakangku dengan handuk di tangannya.
"Gak mau pake hair dryer aja?" tanya Kino yang mulai menyentuh rambut sebahuku.
Aku menggeleng. "Enakan pake handuk."
Kino tidak membalas ucapanku, dia malah fokus mengeringkan rambutku yang masih sedikit menetes airnya dengan cekatan tetapi tetap lembut gerakannya.
"Wah, kamu kayaknya jago ya keringin rambut?" gumamku yang kini sedang menuang air ke dalam jar elektronik untuk dipanaskan.
"Gak juga," jawabnya santai dengan gerakannya sedikit meremas ujung rambutku agar basahnya berkurang.
"Oh ya? Masa sih?"
"Heeh, cuma Rachel yang pernah aku giniin kok," jawabnya lagi yang kini sedikit memberikan pijatan di sekitar kepalaku.
Rachel adalah adiknya Kino yang terpaut usianya 5 tahun. Wajah mereka tidak begitu mirip karena Kino lebih mirip dengan bunda sementara Rachel mirip dengan ayah. Tetapi mereka memiliki kesamaan : bibirnya dan pipinya yang gembil menggemaskan.
Aku mengulum senyum tepat ketika aku merasakan kupu-kupu ada di perutku. Rasanya begitu aneh namun begitu menyenangkan. Tak pernah ada laki-laki dalam hidupku yang pernah mengeringkan rambutku. Terbayang sedikit pun tak pernah. Tetapi detik ini, seorang laki-laki bernama Kino melakukannya. Rasanya seperti cerita romansa dalam novel.
"Aku pengen jadi Rachel rasanya."
"Kok pengen jadi adikku? Emang gak senang ya jadi istriku?" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me After You [KINO PTG]
RomanceI was happy meeting you. I was able to love you. Are you happy after meeting me too? - Kino