⚫M + H⚪

1.4K 179 12
                                    

↪️In case you didn't read the story description

Inspired by: comethru - Jeremy Zucker

🔼

Siang yang sama bagi Mark Lee. Kepala dan tangannya menempel erat dengan meja kayu dan matanya terus menatap layar ponselnya.

Sudah beberapa minggu belakangan café yang Mark kunjungi ini terpaksa menerima pelanggan seperti Mark. Lelaki itu akan memesan satu cangkir white chocolate mocha juga sepiring kue coklat dan tidak akan beranjak dari duduknya sampai matahari terbenam.

Pelanggan yang menyusahkan.

Tapi berhubung Mark akan membayar tiga kali lipat harga sebenarnya, pegawai di sana tidak melakukan apapun. Termasuk mengusik lelaki yang hanya sibuk dengan ponselnya dengan kepala dan tangan yang menempel erat dengan meja. Pergerakan yang dibuat oleh Mark hanya sekadar mengubah posisi kepalanya jika merasa pegal. Mark bahkan sama sekali tidak pergi ke toilet.

Kedua telinganya ditutupi dengan earphone sepanjang hari. Tapi bukan itu yang aneh dari Mark Lee bagi para pegawai café. Hal yang aneh adalah, lelaki itu tidak akan menyentuh makanan dan minuman yang dia pesan.

Mark Lee yang aneh...

Tidak, Mark Lee tidak aneh. Para pegawai itu hanya tidak mengetahui alasannya bertingkah seperti itu.

Dagunya menopang kepalanya dan ponselnya dipegang menghadapnya, Mark terus men-scroll ponselnya.

Ada banyak hal yang Mark lihat. Pesan, foto, postingan... namun dari orang yang sama. Bibirnya akan menyunggingkan senyum dibeberapa hal yang dia sukai dan alis tebalnya akan mengerut saat melintasi hal yang tidak disukainya.

Cahaya matahari yang semakin terang seiring waktu berjalan mulai mengusik ketenangan Mark. Ditariknya tudung hoodie yang dia pakai dan didekatkannya pula jarak ponsel dengan matanya.

Senyumnya tersungging detik berikutnya, begitu lebar. Kepalanya bergerak kecil ke kanan dan kiri dengan begitu ceria.

"Kau lucu sekali, Haechanie."

Kakinya mengetuk-ngetuk lantai dengan pelan. Hatinya merasa senang melihat wajah bahagia sosok yang baru saja membuat postingan berupa foto

Foto wajah ceria si kulit tan yang begitu menawan.

Si kulit tan, sosok ceria yang menjadi alasan dibalik tingkah Mark di café. Sosok yang selalu dirindukan Mark beberapa minggu belakangan.

Sudah bertumpuk pesan darinya yang menanyakan apa bisa Haechan datang ke café. Café yang merupakan tempat di mana Mark Lee menyatakan perasaannya pada si kulit tan. Café yang merupakan saksi bisu Haechan menerima Mark sebagai kekasihnya.

Haechan Seo, si manis berkulit tan yang harus berhadapan dengan skripsi. Berbulan-bulan sudah Mark menahan rindunya dan beberapa minggu belakangan inilah saat dimana Mark tidak lagi bisa memendam rindunya

Mark tidak akan mendatangi rumah maupun kampus Haechan karena dia tahu kehadirannya akan membuyarkan konsentrasi Haechan. Maka dari itu Mark hanya mengirim pesan pada Haechan menanyakan kebisaan si manis untuk datang ke café.

Balasan yang sama selalu Mark dapatkan.

Maaf hyung, aku tidak bisa.

Mark hampir gila karena rindu, tapi sebisa mungkin menahannya.

Setiap kali memasuki café, otaknya akan berimajinasi kalau dia datang bersama Haechan. White chocolate mocha juga sepiring kue coklat adalah pesanan Haechan setiap kali mereka ke sini. Mark tidak akan memesan apapun karena lidahnya hanya akan terpuaskan dengan kopi buatannya sendiri.

Rasa rindunya pada Haechan membuat Mark begitu lelah. Bahkan terlalu lelah untuk meng-grind biji kopi dan meraciknya. Pekerjaannya pun Mark telantarkan. Beruntung sang ayah maklum dengan sikap anaknya hingga membiarkan Mark melakukan apa yang sedang dia lakukan sekarang.

Kepalanya kembali digerakkan. Kali ini ke kanan, menghadap tembok kayu. Senyuman yang semula menempel di wajahnya kini hilang. Baterai ponselnya mati dan Mark lupa membawa powerbank ataupun kabel untuk men-charge ponselnya.

Cahaya matahari yang sebelumnya begitu terang juga menghilang, kemudian suara petir menggelegar menyapa telinga Mark.

Hari jadi Mark dan Haechan juga dihiasi dengan derai hujan di siang hari.

Ingatan itu membuat Mark merasakan sesak berlebih di dadanya. Dadanya selalu merasakan sesak setiap harinya karena menyadari harinya tidak dihiasi dengan kekasihnya. Namun kali ini sepertinya puncak dari kerinduannya. Mark Lee tidak bisa membendung air matanya.

Mark Lee sangat merindukan Haechan Seo, sangat merindukannya sampai hampir gila. Mark harap Tuhan mau berbaik hati menganggap ini sebagai ibadahnya karena sudah sangat mencintai makhluk paling sempurnaNya.

"Hyungie."

Mark berdecak. "Aku belum ingin pergi ke rumah sakit jiwa." kemudian mengeratkan tudung hoodienya hingga menutupi seluruh wajahnya.

"Mark hyung!"

"Kau tidak dengar itu Mark, kau masih waras."

"Yak! Lee Minhyung!"

Bersamaan dengan kepalanya yang dipaksa untuk menghadap ke arah berlawanan, rasa sakit mendera leher Mark. Namun rasa sakitnya tidak seberapa dengan kupu-kupu yang berterbangan di seluruh ruang hatinya.

Haechannya datang.

Tangan Mark segera merengkuh si mungil ke pelukannya yang begitu erat. Air matanya bahkan mengalir lebih deras dari sebelumnya. "Kau datang." ucapnya, kelegaan tergambar jelas dari suaranya.

"Hyung menangis?"

Mark mengeratkan pelukannya. "Kau tidak tahu seberapa besar rindu yang kutahan." ucapnya disela-sela isakannya.

"Cup cup cup, jangan menangis hyung." punggung Mark mendapat elusan lembut tangan Haechan.

"Hari ini aku sidang dan aku lulus. Karena hyung tidak datang saat aku sidang, maka hyung harus datang saat aku wisuda."

Mark mengangguk. "Tentu, tentu aku datang."

"Sudah menangisnya. Nanti mata hyung bengkak."

"Untuk beberapa hari ke depan, kau harus menginap di rumahku. Tidak ada penolakan."

"Aku juga tidak ingin menolak."

🔽

Mau versi Haechannya atau ngga usah?

Come Thru [MarkHyuck / MarkChan] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang