"Aduh!"
Kinara terjatuh karena laki-laki itu, Kinara melihat ia menggunakan almamater dan hanya diam melihat Kinara terduduk.
"Ra! Hati-hati."
Athala membantunya berdiri, dan saat dilihatnya lagi lelaki itu hanya menatapnya selama beberapa detik dan beranjak pergi, sepertinya ia sedang terburu-buru sampai menabrak Kinara dan pergi tanpa bilang apapun.
"Wah-wah, Udah nabrak malah ga minta maaf. Cari ribut tuh orang." Athala maju satu langkah dan menyisingkan lengan almamaternya.
"Itu senior ga sih? Emangnya kamu berani?" Kirana menahan Athala dan menariknya kembali pada barisan.
"Senior? Ya ngga lah gila aja kali." Athala kembali ke barisan sambil mengibaskan almamaternya.
"Ye, toloy dasar." Kirana terkekeh.
Mereka duduk secara lesehan dilantai gedung itu, panitia ospek membacakan daftar kelompok untuk masa 3 hari ospek. Sebuah kebetulan yang sangat menyenangkan. Kinara, Athala dan Agatha ternyata berada di kelompok yang sama dengan 7 mahasiswa baru yang belum dikenal Kinara. Agatha adalah orang pertama yang Kinara kenal bahkan sebelum ia menginjakkan kaki di Kota ini, mereka berkenalan via whatsapp dan menjadi teman dekat Kinara disini.
"Naraa! kita satu kelompok!!" Agatha berlari memeluk Kinara, membuat mereka dilirik oleh beberapa orang. Agatha lahir dan besar di Jogja, sehingga logat jawa yang ia miliki cukup kental.
"Syukur deh, ada yang aku kenal di kelompok" Kinara tertawa melihat tingkah Agatha. Lagi-lagi, ia bertemu dengan orang yang sangat periang, sangat berbeda dengan dirinya.
"Adik-Adik yang udah dapet kelompok, silahkan duduk ya!" Laki-laki yang beberapa menit lalu baru Kinara ketahui seorang ketua panitia ospek, memerintah dengan Toa yang ia pegang.
"Idih, Ngegas mulu dah" Athala seketika sewot melihat seniornya yang daritadi tidak berhenti berteriak.
Acara kemudian dibuka dengan kegiatan formal. Dekan beserta beberapa jajaran ikut hadir dalam pembukaan acara, bahkan memberi pidato singkat. Terlihat juga seluruh panitia berada didalam ruangan itu, namun mata Kinara tidak menangkap sosok yang menabraknya tadi.
"Apa dia bukan panitia, ya?" Kinara bergumam pelan.
"Siapa Ra? Lo udah ada kenal sama senior?" Agatha yang merasa Kinara sedang berbicara padanya langsung berbalik ke belakang.
"Ah, engga kok Ta. Tadi aku ada tabrakan sama co-''
"Itu ada yang lagi pidato di depan, tolong didengerin ya." Tiba-tiba ada yang berbisik ditelinga Kinara, membuat Kinara terperanjat dan melihat siapa yang berbicara sedekat itu dengan dirinya.
Kinara terdiam saat mengetahui bahwa laki-laki yang menabrak nya tadi ternyata sekarang berada tepat disampingnya, bahkan wajah mereka hanya terpaut beberapa senti saja. Kinara dapat merasakan bahwa sekarang pipinya memanas, dan laki-laki itu menyeringai seakan mengejek ekspresi Kinara.
"Ah, maaf bang." Kinara buru-buru mengalihkan wajahnya ke depan, ia mendapati Agatha masih terbelalak dengan adegan antara Kinara dan senior itu. Kinara menoleh sekali lagi untuk memastikan si senior sudah pergi, tapi ternyata dia masih berdiri disana dan memperhatikan Kinara.
"Madava Pradipa'16." Kinara bergumam dalam hati, ia tidak sengaja melihat kokarde yang digunakan oleh senior yang ternyata bernama Madava itu.
Setelah pidato selesai, laki-laki itu pergi dari barisan Kinara tanpa mengatakan apapun. Kinara memperhatikannya, ia berjalan keluar dari gedung tersebut. Kedua tangannya dimasukkan kedalam kantong almamater miliknya, sepanjang jalan ia menyapa teman-teman nya disana. Kinara tersenyum, ia yakin bahwa dia orang yang sangat ramah.
YOU ARE READING
Tepat
RomanceDiantara jutaan manusia yang sedang merasakan perihnya sakit hati, kita bertemu sebagai dua orang asing yang saling menutup diri. Diantara beribu luka yang memohon untuk diobati, kita memilih untuk tidak perduli sama sekali. Sampai tiba waktunya, sa...