"Blam"
Pintu mobil ditutup dengan cukup keras oleh seorang wanita cantik yang keluar dari mobil hitam itu dengan wajah ditekuk dan bibir bawah yang sengaja dia gigit untuk menahan tangisnya.
Wanita itu berjalan cukup kencang dengan heel tinggi nya masuk kedalam gedung dimana apartment sederhana tempat tinggalnya berada.
"Irene... Ren... Irene"
Wanita itu bahkan tak menghiraukan teriakan pria tampan yang berjalan beberapa langkah di belakangnya, pria yang keluar dari mobil yang sama denganya.
"Irene, kita perlu bicara"
Langkah mereka terhenti saat mereka sampai didepan pintu apartment milik wanita itu
"Irene"
"Tidak sekarang Suho, aku butuh waktu sendiri... "
Pria itu Suho membeku menatap pungung Irene yang mulai bergetar karena tangisnya,. Tak bisa memaksa, Suho akhirnya membiarkan Irene masuk kedalam apartmentnya. Hatinya terasa nyeri mendengar suara tangis wanita yang sangat dia cintai dibalik pintu itu, suara tangis yang terdengar begitu pilu dan menyakitkan. Kepalanya tertunduk dan butiran kristal itu akhirnya menetes.
"maafkan aku Irene-ah.. Maafkan aku"
*****
Irene terdiam, tangisnya telah berhenti, dan hembusan nafasnya mulai teratur. Wanita itu masih dalam posisi yang sama sejak satu jam yang lalu, berada di balik pintu dengan tubuh yang merosot, terduduk diatas lantai dingin dengan tatapan kosong.
Mengingat kembali setiap kalimat yang terucap dari seorang wanita paruhbaya yang baru saja dia temui beberapa jam yang lalu membuat hatinya kembali terasa diremas, sakit sekali. Namun seringaian itu justru terlihat sangat jelas diwajah cantiknya.
Berulang kali adegan drama itu terjadi didalam hidupnya, adegan dimana seorang wanita kaya raya menyuruh nya pergi dari kehidupan putranya. Meski pun wanita itu tak menyodorinya setumpuk uang atau menyiramnya dengan air seperti dalam drama tapi kata-kata kasar yang keluar dari bibir itu justru terasa begitu menyakitan .
Berulang kali dirinya mencoba bertahan, memilih untuk tetap mempertahankan cintanya. Cinta nya yang hanya terpaku pada satu nama, pada seorang pria yang menjadi pemilik hatinya. Pria yang hampir selama sepuluh tahun ini mengisi relung hatinya, membuat dirinya tertawa, membuatnya bahagia, meski terkadang membuat dirinya merasa kesal , dan membuat dirinya menangis seperti saat ini.
Cinta mungkin telah membutakan mata dan hatinya, meski pun berulang kali hatinya harus merasakan sakit seperti ini, tapi saat pria itu membujuknya untuk tetap bertahan , meminta dirinya untuk berjuang bersamanya demi hubungan mereka, maka dengan egoisnya kepala itu akan menganguk mengiyakan tanpa menghiraukan rasa sakit yang berulang kali dirinya rasakan.
Sebodoh itukah dirinya hingga harus mengalami hal yang sama hingga berulangkali?
Haruskah dirinya tetap egois dengan rasa cintanya?
Haruskah dirinya tetap bertahan?
Ataukah sudah seharusnya dirinya menyerah?
******
Irene baru saja menginjakan kakinya dilobi kantor saat melihat beberapa rekan kerjanya tengah berkumpul di meja resepsionis.
Wanita cantik berambut hitam tergerai itu mengenakan kemeja berwarna baby pink yang dipadupadankan dengan rok hitam diatas lutut serta heel berwarna senada. Kecantikan yang dimiliki Irene memang tak pernah bisa dipungkiri, hingga banyak sekali laki-laki yang tertarik padanya termasuk karyawan pria di tempat ini, tak jarang dari mereka mengajaknya berkencan. Tapi Irene tetaplah Irene yang hatinya sudah terkunci oleh seorang pria, hingga dia terkesan tak acuh pada pria-pria yang mengejarnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love
FanfictionKetika restu itu tak kunjung datang Ketika waktu tak menjadi jaminan akan datangnya restu itu Ketika kasta lagi-lagi menjadi penghalang Cinta terkadang egois Cinta terkadang harus merelakan Namun keadaanlah yang membuat rumit