Kepulan asap membubung tinggi, pemuda di sisi jalan itu mendongakkan kepala tiap hendak meniupkan asap rokok. Sorot matanya tak kenal jemu menikmati gadis-gadis yang melintas di trotoar tempat ia berdiri, menjadikannya sebuah kegiatan yang asyik dilakukan selagi menghabiskan setengah bungkus rokok di kantong.
Tiang listrik di balik tubuh tegap tersebut menjadi saksi bisu ketidaksenonohannya sejak ia bersandar di sana 3 jam yang lalu. Puntung-puntung rokok berserakan di bawah kaki, gulungan tembakau yang masih menyala di antara jari tangannya adalah satu batang terakhir yang dia punya.
Terik mentari semakin menyengat permukaan kulit. Jas yang telah lama ditanggalkan pun tersampir pada bahu, kemeja putih itu terlihat telah menyerap tiap butir keringat di punggungnya dengan sangat baik. Lalu, sapu tangan dari saku kemeja juga digunakannya untuk menghapus bulir-bulir peluh yang berkumpul di anak rambut.
Baginya, suhu tinggi ini malah menjadi sesuatu yang cukup menyenangkan karena telah berhasil membuat para gadis cantik melenggak-lenggokkan tubuh indah mereka di depan lelaki cabul itu. Mana mungkin tidak jika gaya berbusana mereka saja semacam mini skirt, hot pants, tanktop, dan summer dress? Lihatlah bagaimana cara dia menikmati semua 'estetika alami' tersebut.
Leo Elvano. Seorang womanizer yang cukup percaya diri dengan kemampuannya untuk menarik hati para gadis muda dalam kurun waktu singkat. Tipu muslihatnya itu entah bagaimana bisa membuat mereka terbuai, apalagi yang dia inginkan biasanya hanga sekadar 'bermain-main kecil'. Sudah bisa dipastikan gadis-gadis itu akan langsung kehilangan kontak dengan Leo selepas hubungan singkat mereka.
Padahal, fakta sebenarnya mengatakan bahwa Leo telah memiliki seorang gadis lain untuk hubungannya yang lebih serius. Meski memang tak dapat sepenuhnya dikatakan serius karena laki-laki hidung belang tersebut selalu saja berbuat ulah, tetapi setidaknya ada sesuatu yang membuat gadis itu sedikit berbeda dari yang lain.
Dia bukanlah salah satu korban dari nafsu Leo yang hingga saat ini bersikukuh meminta sebuah pertanggungjawaban, karena hubungan mereka memang sudah terjalin cukup lama sebagai seorang teman sebelum akhirnya masuk ke jenjang yang lebih tinggi. Dirinya sendiri adalah sosok yang cukup dewasa ketika terus memaafkan ribuan kesalahan yang dilakukan Leo demi kelangsungan hubungan mereka.
Namun, beberapa waktu yang lalu, gadis itu harus melampiaskan seluruh emosi terpendamnya karena kelakuan buruk sang kekasih yang ternyata masih saja dilanjutkan. Mata keranjang. Dapat dikatakan mereka tengah perang dingin sampai detik ini, dan Leo patut bersyukur karena masih ada gadis yang berbaik hati membiarkannya lolos hidup-hidup.
Mengingatnya, lelaki itu berdengus kesal. Ia seolah berkata mengapa para gadis tak dapat memahami niatnya yang ingin dekat dengan mereka semua? Really, you can't change his mind, girl. Mustahil untuk menghilangkannya karena itu adalah salah satu alasan Leo untuk tetap hidup.
Puntung rokok terakhir jatuh, sepatu diarahkan untuk memijaknya. Sekarang, apa yang harus dia lakukan untuk mengusir rasa bosan? Jemari tangan merogoh ponsel di saku celana, pemuda itu baru ingat kalau sejak tadi ponselnya dalam keadaan mute. Notifikasi yang terpampang di layar pun menginformasikan adanya 3 panggilan tak terjawab dan 1 pesan baru dari orang yang sama.
"Hei, sudah menunggu lama?" Suara sapaan dari seorang gadis mengalihkan perhatian. "Maaf aku terlambat, ada pekerjaan yang harus kuselesaikan dulu tadi."
Senyum simpul terulas, Leo memperhatikan riasan elok milik gadis di hadapan. "Hello, sweatheart," ucapnya, "don't mind, aku akan menunggumu sampai kapanpun, bahkan jika itu berarti seumur hidupku."
Leo mengurangi jarak di antara mereka berdua, membawa jemarinya melintasi rambut panjang milik perempuan itu. Mata saling berpaut, sang lelaki menatap si gadis yang tersipu malu dengan penuh arti. Hampir saja Leo beranggapan bahwa mangsanya kali ini telah gagal ditangkap, untunglah Dewi Fortuna masih berpihak padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
REMORSE
Teen FictionPerlahan, daun-daun pada hati yang gersang pun akan berguguran. Mungkin itu yang tepat untuk menggambarkan apa yang terjadi pada diri pemuda tersebut. Seorang Leo Elvano, womanizer yang tak pernah menghargai gadis bernama Naura sejak hari pertama me...