p r o l o g

47 8 6
                                    


Bunyi alarm berdering. Waktu menunjukkan pukul enam tepat. Aku harus bergegas. Hari ini adalah hari pertamaku sebagai seorang siswa kelas 10. Sekolahku tidak jauh dari sini, hanya perlu waktu sekitar 7 menit jika naik kendaraan.

"Ken... Sarapanmu sudah siap. Ayo  cepat mandi dan habiskan sarapanmu. Mama berangkat kerja dulu, ya," seru mamaku dari dapur mengisi satu rumah. "Iya mah... ini lagi kumpul nyawa," aku menjawab dengan keadaan setengah sadar.

Akhirnya aku bangun —itupun dengan sekuat tenaga karena gravitasi di kasur sangat amatlah besar— dan bergegas mandi. Mamaku sudah berangkat kerja. Papaku? Dia sedang pergi ke luar kota, ada rapat penting kantornya disana.

Aku mandi kilat. Tidak ada 10 menit aku sudah keluar, menuju kamar, dan mengganti baju dengan seragam osis. Aku mengambil beberapa buku dan alat tulis lalu segera pergi ke dapur untuk menghabiskan sarapan favoritku, bubur ayam.

Aku sudah kenyang. Ini saatnya pergi ke sekolah. Aku harus memberikan kesan baik di hari pertamaku aku tidak mau dicap sebagai "si tukang telat".

Siapa sangka di luar sudah ada bus sekolah menunggu dengan sopirnya yang memerhatikan dengan wajah cemberut. Aku nyengir lebar lalu naik. Ini sungguh memalukan. Bagaimana bisa aku lupa kalau aku dijemput bus sekolah. Aku menghela napas. Untung saja tadi aku tidak ditinggal.

Seperti kataku sebelumnya, aku sampai sekolah dalam waktu 7 menit dan segera menuju kelas yang diinstruksikan guru di sana. Semua orang di sana asing, aku bingung memilih tempat duduk. Akhirnya aku memilih duduk di samping perempuan dengan rambut dikuncir yang terlihat ramah. aku menyapanya lembut sambil mengulurkan tangan, "hei, namamu siapa, aku Ken. Ken Wiratiyasa."
Ia menerima uluran tanganku dan menjabatnya,"namaku Nilla. Vannilla Beau."Lengang sejenak. Aku sedikit terkejut sekaligus kagum. bagaimana mungkin aku akan duduk dengan anggota keluarga Beau. Hei, mereka adalah salah satu keluarga paling cerdas di kota ini. "jangan minder, aku akan membantumu belajar. Tidak usah takut berada di dekatku,"Ia berkata santai seolah bisa membaca pikiranku. Aku mengangguk pelan dan membiasakan diri.

Jam pelajaran demi jam pelajaran kami lewati. Tidak ada perubahan yang berarti, kami masih seperti manusia biasa. siswa biasa. belum, masih belum. petualangan kami, kisah kami akan dimulai sebentar lagi. di penghujung bulan ini dan di hari yang seharusnya sangat bahagia, petualangan kami akan dimulai.

--- bersambung ---

ps. moon maap pendek ceritanya, soalnya ini baru prolog. author cuman mau nunjukin gimana cara maincastnya ketemu. hehe, dimaklumi yaa baru pertama kali nulis.

semesta pancaronaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang