Bagian 1

684 52 2
                                    

Plaak

Suara tamparan yang menggema dalam ruang tamu yang luas itu. Semua yang ada disana tertegun untuk sesaat melihat bahwa kepala klan mereka menampar anak semata wayangnya dihadapan mereka semua.

Bisik – bisik mulai terdengar entah itu kasian, cemooan, hinaan, heran, dan sebagainya mengudara. Sementara sang pelaku penamparan yang dikenal kepala klan oleh semua orang dan ayah bagi si anak, hanya menatap dingin semua yang terjadi dan menulikan semua yang terdengar di sekelilingnya.

Sedangkan si anak selaku korban penamparan hanya bisa termangu memandang kosong sekeliling yang bising, dalam hatinya tak percaya dengan yang terjadi, otaknya masih memperoses apa yang sebenarnya terjadi padanya. Kenapa sang ayah menampar pipinya, perlahan kepalanya menoleh untuk melihat raut wajah sang ayah, namun hatinya seperti diplintir melihat tatapan dingin itu mengarah padanya.

"Ayah." Panggilnya pelan seakan takut sang ayah akan menamparnya lagi. Namun hanya mata dingin itu yang memancarkan udara dingin dan kebisuan tanpa mau menjawab panggilan yang terlontar dari putranya.

"Keluar." Ucap sang ayah penuh dengan tekanan.

Terkejut untuk sesaat, dan tanpa kata Matoba segera berbalik arah menuju kepintu seraya menahan air mata yang memberontak ingin keluar dari pelupuk matanya.

Braak

Hanya suara pintu yang dibanting menambah kesunyian diruang tamu itu.

.

.

.

'Mengapa ayah hiks.. berubah setelah kepergian ibu hiks.., mengapa hari – hari yang hiks.. bahagia ini jadi seperti ini. Aku hiks.. benci ayah, aku benci.'

Dengan mata sembab berlinang air mata Matoba berlari melewati semak – semak belukar, hingga tanpa sadar dirinya berlari menuju ketengah hutan.

Bruuk

Aaaarrgg

" Uughh hiks... hiks.. sakit." Keluh Matoba yang terluka sambil memegang lututnya yang berdarah. Tempat yang sunyi dan suara serangga yang berderik menambah seram suasan kedalaman tengah hutan itu, seaakan tersadar akan tempatnya berada Matoba untuk tenang seraya merutuki dirinya yang dengan kekanak - kanakan menagis lalu tanpa melihat sekitarnya dia berlari hingga ketengah hutan.

Sreek

Sreek

Suara rumput, semak dan angin yang berhembus dengan gelapnya hutan yang katanya angker dipenuhi dengan kumpulan Yokai itu, menambah keseraman disekitar Matoba.

Menguatkan hati Matoba berdiri bersandar pada batang pohon didepanya lalu menuntun kakinya yang terluka sedikit demi sedikit utuk meninggalkan hutan dan mencari jalan keluarnya.

Namun seakan takdir mempermainkanya, didepan Matoba berdiri Yokai Srigala yang lapar dengan wajah yang mengerikan, air liur menetes didepan mulut sang Yokai.

Sedangkan Matoba merutuki kesialannya ini 'Sial, sial, mengapa hidupku sungguh sial. Setelah tamparan ayah, tersesat di tengah hutan, dihadang Yokai busuk dan yang lebih tersialnya lagi aku lupa membawa peralatanku, sungguh hari yang tersial dihidupku.'

.

.

.

.

.

.

Tbc

Hai ini cerita pertamaku, bertema BL dengan pair yang mingkin sudah pasaran di kalangan kalian semua hehe... inginya sih buat SasuNaru,, namun karna banyaknya karya yang bagus – bagus aq jadi minder mau buat apa tidak, jadi aku putuskan untuk membuat pair ini. Disamping untuk melestarikan MatoNatsu yang hanya sedikit aja di wattpad ini...

Ah ya mungkin sampai sini saja curhatanku, semoga kalian suka dengan ceritaku yang abal- abal dan terlalu bertele- tele ini.

Jangan lupa juga VOTE cerita dan kutunggu komenya ya.... Bye.. bye..

16 Juni 2019

Be Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang