Tap tap tap
Dalam suasana hening, suara langkah kecil milik seseorang membuat semua mata yang hadir di ruang tahta istana Amon, tertuju padanya. Orang itu tampak terburu-buru dan begitu tiba di depan tangga singgasana, dia langsung menyibakkan jubah hitam legamnya lalu berlutut dengan satu kaki dan sedikit menundukkan kepalanya.
"Yang Mulia Ratu, persiapan sudah selesai."
Pemilik suara langkah sekaligus yang baru saja berlutut itu bernama Renma, salah satu dari lima Demon Elder yang cukup berpengaruh di kerajaan Amon.
"Sampaikan pada Tetua Rhazz, kami akan segera ke sana," ujar Ratu Amon singkat.
Sesaat setelah kepergian Renma, Sang Ratu yang bernama Bertallia itu berdiri, lalu mendekati seorang iblis muda yang berdiri tak jauh dari tempat Renma berlutut tadi.
"Kamu yakin tentang ini?" tanya Ratu.
"Aku yakin, Ibu," jawab si iblis muda dengan lantang dan mantap.
Iblis muda itu bernama Raiga, putra bungsu dari Ragnar, sang raja Iblis. Tak terdengar sedikitpun nada ragu dalam ucapannya. Melihat mata Raiga yang terlihat tenang serta gestur tubuhnya yang tak memperlihatkan adanya rasa takut, Sang Ratu tersenyum lembut, lalu meraih tangan kanan Raiga dan menggenggamnya.
Raiga
"Kerajaan Amon sungguh beruntung memiliki pangeran sepertimu. Kalau begitu, mari kita segera menyusul Elder Renma. Kita tak punya banyak waktu," ujar Ratu Bertallia dengan mata berkaca-kaca lalu disambut pelukan hangat oleh sang putra yang membuat Sang Ratu sedikit terkejut pada awalnya.Raiga tahu betul bahwa dia adalah anak kesayangan kedua orang tuanya. Dibalik suara lembut sang ibu, Raiga melihat sepasang mata yang lain dari biasanya. Dengan mata yang tampak berkilat-kilat, Raiga yakin bahwa sang ibu tengah menahan perasaannya karena saat ini mereka sedang berada di ruang tahta bersama para Demon General dan Demon Commander.
"Jangan cemaskan aku, Ibu. Kelangsungan ras kita jauh lebih penting dari nyawaku," ujar Raiga dengan nada yang begitu halus dan menenangkan.
Sebenarnya Raiga ingin memeluk sang ibu sedikit lebih lama karena rasa nyaman dan kehangatan ini sudah tak dirasakannya cukup lama, namun saat ini situasi kerajaan Amon tengah di ujung tanduk. Betapa tidak? Di waktu yang sama, di perbatasan luar ibukota Amon tengah berlangsung peperangan hebat dan penyerbunya adalah aliansi dari kerajaan-kerajaan Human dan Elf, termasuk empat orang pahlawan yang dipanggil dari dunia lain.
Peperangan antar ras ini memang sudah terjadi selama ribuan tahun dan ras Demon selalu bisa mempertahankan eksistensinya. Raiga yang merupakan anak bungsu sekaligus pangeran Amon yang dijuluki Wise Demon Prince-pun tak habis pikir kenapa ras-nya dijadikan sasaran pemusnahan oleh para Human dan Elf. Dari ratusan buku sejarah yang dibacanya, tak ada satupun yang mencatat adanya invasi yang dilakukan ras Demon kepada ras lainnya.
Setelah melepaskan pelukannya, Raiga mengangguk sekali di hadapan Sang Ratu.
"Mari, Ibu," ucapnya.
Hanya butuh dua menit, kini rombongan Raiga tiba di halaman belakang, tempat para Demon Elder membuat ritual pemanggilan. Bukan memanggil pahlawan, namun sesuatu yang disebut Supreme Evil. Supreme Evil bukanlah sesosok makhluk, tetapi inti kegelapan yang berasal dari Soul Core dari para leluhur ras Iblis di masa lampau. Kekuatan para Demon Ancestor tentu bukan hal sepele. Menurut catatan yang Raiga baca, kekuatan seorang Demon Ancestor bisa sepadan dengan 20 Demon King, sedang ritual Supreme Evil sendiri bisa membawa banyak Soul Core, sesuai kekuatan tumbalnya.
Rencananya, inti kegelapan itu akan diserap oleh kakak Raiga yang sedang dalam perjalanan pulang dari perbatasan ibukota. Dengan menyerap Supreme Evil, sudah pasti akan menjadikannya sebagai pangeran Iblis dengan kekuatan maha dahsyat.
Beberapa jam sebelumnya, pada saat Tetua Rhazz menyarankan untuk melakukan ritual pemanggilan Supreme Evil, Ratu Bertallia sempat menolaknya. Bagaimana tidak? Ritual pemanggilan ini membutuhkan syarat yang berat, yaitu tumbal nyawa seorang iblis kelas atas. Dengan meninggalnya sang suami sekaligus raja Iblis, Ratu jelas tak ingin kehilangan lebih banyak.
Mendengar penolakan Sang Ratu, Raiga pun berbicara lantang di hadapan para Demon Elder dan menyatakan bahwa dia bersedia menjadi tumbal. Setelah perdebatan yang cukup alot dengan sang ibu, akhirnya Raiga keluar sebagai pemenang.
Dan di sinilah mereka sekarang. Di halaman belakang ini, Tetua Rhazz sedang merapal mantera-mantera rumit yang belum pernah Raiga dengar. Tak jauh di depannya, sebuah gerbang dimensi dengan aura kegelapan yang luar biasa pekat, perlahan mulai terbuka.
"Pangeran Raiga, cepatlah! Saya tak bisa menahan gerbang ini lebih lama!" seru Tetua Rhazz yang matanya memerah darah, seolah sedang menahan sesuatu di luar kemampuannya.
Mendengar hal itu, Raiga pun segera berjalan menuju gerbang untuk mengantarkan nyawanya sendiri."Ibu, aku pergi. Sampaikan pada kakak, jika dia kalah dan mati, maka aku akan membunuhnya lagi di neraka," ujar Raiga sambil tetap berjalan tanpa menoleh ke arah sang ibu.
Menyadari bahwa sesaat lagi dia akan kehilangan anak kesayangannya, Ratu Bertallia langsung berlari lalu memeluk Raiga dari belakang, membuat sang anak menghentikan langkah. Kali ini sang ibu tak merasa perlu untuk menahan perasaannya. Pecahlah suara tangis Sang Ratu. Dalam sekejap, air matanya membasahi bahu kanan Raiga, namun Raiga tak bergeming. Dengan tetap membelakangi sang ibu, Raiga berkata,
"Ibu, kematianku adalah kehidupan Amon. Semoga Ibu senantiasa sehat. Aku menyayangimu, Ibu," ujar Raiga, lalu menggenggam tangan sang ibu untuk melepas pelukannya dan kembali berjalan.
Sang Ratu semakin tak kuasa menahan tangisnya. Dia terduduk lemas di rerumputan sambil terus meneriakkan nama anaknya, namun Raiga tetap berjalan sembari sedikit menunduk karena angin di sekitar gerbang itu semakin liar.
Kini Raiga berdiri tepat di pintu kematiannya dan sebelum dia mengambil satu langkah terakhir, dia berbalik, memandang sang ibu yang masih terduduk lemas. Mereka berdua saling menatap untuk sesaat. Melihat anak bungsunya yang tetap tegar meski di ambang kematian, membuat sang ibu segera berdiri dan menyeka air matanya. Seketika, Raiga pun tersenyum, lalu melangkah mundur dan....
BLAAARRRRRR
Tubuh Raiga hancur tercerai berai begitu memasuki pintu ritual. Melihat adegan itu, mata Sang Ratu membelalak lebar-lebar."RAIGAAAAA!!" seru Sang Ratu, lalu pingsan sesaat kemudian.
--------------------------------------------------------------
Yoo minna, ya beginilah awalnya. Ga jelas blas :v
Selain itu, cover juga belum jadi. Biarlah. Selain nunggu covernya jadi, saya juga nunggu vote and comment dari temen-temen
Arigatou.
KAMU SEDANG MEMBACA
Earth : Tale of Raiga
FantasyIni adalah kisah tentang Raiga, Sang Pangeran Iblis yang mati karena dijadikan tumbal dalam sebuah ritual pemanggilan. Entah beruntung atau sial, Sang Dewa memutuskan untuk menghidupkan Raiga kembali tanpa satupun pengabulan permohonan. Raiga pun di...