ch3 : Wanita Iblis?

447 98 63
                                    

Zaaaappppp
         
           
Di lebatnya kedalaman hutan, seorang lelaki berbadan tegap mendadak muncul dari udara kosong. Dia adalah Raiga, sang Wise Demon Prince. Seperti halnya saat dia berada di ruang tunggu alam akhirat, Raiga merasa bingung namun itu hanya sesaat. Diedarkannya pandangan mata iblis yang tajam itu ke segala arah tanpa beranjak sedikitpun dari tempatnya berdiri.

"Sepertinya aku sudah sampai."

Raiga mulai berjalan perlahan sembari memperhatikan pepohonan yang menjulang tinggi di sekitarnya dan dia merasa terkejut setelah menyadari bahwa tubuhnya sedikit lebih ringan daripada biasanya.

"Aneh sekali. Apa gravitasi di dunia ini lebih kecil dari dunia asalku Grandia?"

Raiga berpikir untuk melompat dan ketika ia melakukannya, betapa Raiga kaget setelah mengetahui bahwa dia bisa melompat setinggi puluhan meter lalu mendarat dengan cukup keras. Tanah tempatnya mendarat pun menghasilkan sedikit cekungan padahal dia tak menggunakan Mana sama sekali.
         
           
Syuuuunnggg
          
          
Raiga memunculkan sebuah bola Mana kecil berwarna hitam legam dari telapak tangan kanannya. Ini adalah Dark Bullet, sebuah sihir dasar ber-elemen Kegelapan yang dimiliki oleh semua ras Demon lalu Raiga melemparkannya ke arah pepohonan yang berada di depannya dengan kekuatan seminimal mungkin.
            
            
       
Blaaaarrrrrrrr
              
             
"Ehh?!"

Raiga terperangah. Betapa tidak? Di dunia asalnya, Dark Bullet biasanya hanya bisa menghancurkan satu pohon namun apa yang dilihatnya ini adalah sesuatu yang tidak masuk akal. Sihir dasar Raiga telah menghancurkan segala apa yang di depannya sejauh 500 meter. Alih-alih menghanguskan pepohonan, sebuah mantera terkecil dari Raiga tak menyisakan apapun selain tanah kosong dengan kepulan asap yang sesaat kemudian hilang diterpa angin.

"Sepertinya aku harus berhati-hati menggunakan kekuatan ini."

Raiga kembali berjalan menyusuri tanah kosong yang baru saja dia ciptakan. Dalam perjalanannya, Raiga melihat beberapa jenis binatang namun dia tak merasakan sedikitpun Mana dari binatang-binatang itu. Sungguh berbeda sekali dengan Grandia, bahkan seekor semut pun memiliki aliran Mana dalam dirinya meski terlampau kecil, pikir Raiga.

Sudah beberapa jam Raiga berjalan. Tak ditemukannya sesuatu yang menarik perhatian sampai pada suatu ketika, sayup-sayup Raiga mendengar suara dentingan logam.

"Ada yang sedang bertarung," lirihnya.

Suara yang sangat akrab di telinga Pangeran Iblis itu membuatnya segera mendekati arah suara. Hal itu mudah saja baginya karena Raiga memiliki indera yang sangat tajam bahkan diantara ras Demon pada umumnya, kemampuan Raiga tidak bisa dipandang remeh.

Dari kejauhan, begitu Raiga bisa melihat beberapa orang sedang berhadapan dengan seorang wanita. Raiga pun menyamarkan keberadaan dirinya.

"Manusia!" seru Raiga dalam hati.

Tentu sebagai Demon yang rasnya sedang berada dalam bahaya karena invasi ras Human, Raiga merasa marah. Akan tetapi, Raiga sadar kini dia telah berada di dunia lain yang bernama Bumi. Merasa tidak boleh bertindak gegabah, Raiga hanya mengawasi beberapa manusia itu dan mendengarkan percakapan mereka.

"Nona Zhang, serahkan benda yang Anda curi!" sergah seorang manusia setengah baya sembari mengarahkan pedang ke arah wanita muda.

Si wanita itu menggeleng beberapa kali.

"Mencuri? Tidak, tidak. Anda salah paham Tetua Hong. Saya hanya meminjamnya sebentar," ujarnya lalu menggenggam pedang yang terselip di pinggang kirinya untuk mengantisipasi serangan dadakan.

"Nona Zhang, pil Mutiara Langit adalah harta sekte kami. Jika Anda tak menyerahkannya, maka kami tidak akan sungkan merebutnya!" seru seseorang yang lain, lalu menoleh kepada orang di sebelah kanannya.

"Kakak Pertama, sebaiknya kita sudahi kesopanan ini sebelum dia melarikan diri. Wanita itu sangatlah licik," lanjutnya sembari mengarahkan jarinya ke arah wanita yang bernama Zhang tersebut.

Raiga yang sedang mengawasi jalannya percakapan itu mendadak merasa bingung dan lega karena berkat Dewa Iblis Grath berupa pemahaman bahasa ternyata berfungsi sebagaimana mestinya.

"Aneh sekali. Bukankah orang itu bernama Tetua Hong? Lalu kenapa dia dipanggil Kakak Pertama? Bukankah akan lebih jelas jika memanggil namanya secara langsung?"

Raiga semakin berkonsentrasi. Dia tidak ingin melewatkan satu momen pun.

Manusia setengah baya yang diyakini Raiga memiliki nama Tetua Hong itu pun mengangguk sekali.

"Adik Kedua, sepertinya kamu benar. Nona Zhang sangatlah berbahaya. Meski usianya masih muda namun ilmunya tak bisa dipandang sebelah mata. Tetaplah waspada."

Mendengar perkataan Tetua Hong, beberapa manusia setengah baya yang berjumlah empat orang itu pun bergerak, mengelilingi nona Zhang, lalu memasang kuda-kuda menyerang.

Nona Zhang tertawa lepas. Dia mempererat genggaman di gagang pedang yang masih tersimpan di sarungnya.

"Sepertinya nama besar sekte Liang hanya omong kosong belaka. Menghadapi seorang wanita pun kalian hanya berani main keroyok," ujar nona Zhang sembari melirik ke sekelilingnya,  memperhatikan pergerakan keempat orang itu.

"Cih. Menghadapi seorang pencuri sepertimu, kami tak perlu bersopan santun. Hiyaaa!!"

Orang yang dipanggil Adik Kedua itu langsung menerjang nona Zhang dengan tusukan pedang ke arah perut. Dengan sigap, nona Zhang itu pun berkelit dengan memutar badannya lalu mencoba membalas serangan itu dengan tendangan kaki kanan, namun tiba-tiba matanya berkilat. Dari arah samping kirinya, nona Zhang melihat dua buah belati kecil terbang ke arahnya. Sekali lagi nona Zhang memutar badannya lalu melompat mundur.

"Jika berani, majulah satu per satu!" seru nona Zhang lalu mengeluarkan pedang yang sedari tadi digenggam gagangnya.

"Nona Zhang, jika tak ingin berakhir tragis, serahkan pil Mutiara Langit yang Anda curi. Setelah itu, mengingat siapa ayahmu maka pergilah!" balas Tetua Hong yang disambut dengan tatapan aneh dari ketiga lelaki lainnya.

"Kakak Pertama! Sebaiknya kita bunuh wanita iblis ini!" sahut salah satu temannya, namun setelah dipelototi oleh Tetua Hong, dia pun sedikit menundukkan pandangannya.

"Adik Ketiga jangan lupa. Bagaimanapun juga Nona Zhang adalah putri satu-satunya Iblis Zhang Ba. Kita tidak boleh ceroboh dengan membuatnya marah," ucap Tetua Hong.

Begitu mendengar kata wanita iblis, mata Raiga melebar.Darahnya bergejolak.

"Wanita Iblis? Rupanya dia seorang Demon!" pekik Raiga dalam hati.

Sebagai seorang Pangeran Iblis, Raiga merasa berkewajiban untuk melindungi rasnya. Raiga menduga bahwa wanita yang bernama Nona Zhang ini adalah seorang Demon yang mencuri harta milik ras Human dengan menyamar dalam wujud humanoid. Tanpa berpikir dua kali, Raiga memutuskan untuk membantunya dan langsung menggunakan skill Blink yang memungkinkannya berpindah ke tempat yang Raiga lihat saat itu.
          
         
Syuuuuuttzzz
           
          
Dalam sekejap mata, Raiga berdiri tepat di sebelah kanan nona Zhang. Dengan kemunculan seseorang yang begitu tiba-tiba, tak ayal semua orang yang berada di situ pun terkejut bukan main lalu segera melompat mundur, tak terkecuali nona Zhang.

Kini semua mata tertuju pada Raiga...

--------------------------------------------------------------
            
Yoo minna, apa iya si Nona Zhang adalah seorang Demon?   :v

Yang jelas, seorang Human yang baik tentu tak lupa menekan tombol vote and commentnya :D

Arigatou
           

Earth : Tale of RaigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang