Chapter 01

21.4K 960 14
                                    

***

"Ahh!"

"LIHAT, DIA TERJATUH!!"

Hahahahaah!!!

"Kurasa air ini terlalu segar untuk mencuci tubuh kotormu!" Riang salah seorang dari mereka. Ia bertubuh jauh lebih tinggi dari yang lain, tertawa paling lebar puas menatap seorang lelaki kecil yang hanya diam, takut menatap meski hanya sepatu mereka.

Air comberan seakan memiliki berat berkilo-kilo ini berhasil membuat tubuhnya semakin tersungkur di tanah, telapak tangan pucatnya menggenggam erat tas sekolah, menjadikannya tameng untuk menghindari air yang lengket dan bau itu agar tak terkena wajahnya. Tentu ia khawatir isinya akan ikut kotor dan terpaksa membeli tas baru, namun itu lebih baik daripada muntah di jalan karena tak tahan bau dari wajahnya sendiri.

"Menjijikkan!" Umpat si pembawa ember sebelum mulai mengguyurkan seember air kotor lagi.

Meski diam, jelas terlihat reaksi kaget dari lelaki ini. Napasnya semakin berantakan dan tubuhnya kejang sesaat merasakan dingin, tekstur, dan bau yabg sangat-sangat tidak sedap ini.

Dingin..

"Baunya sedikit amis." Sahut yang lain dengan lengan menutupi hidung dan mukut, matanya menatap jijik kearah lelaki ini.

Mereka tertawa, beberapa darinya melangkah mundur karena tak tahan.

Laki-laki itu masih diam, wajahnya masih tertutup tas, berharap tak ada hal yang lebih buruk terjadi setelah ini.

Seseorang melangkah maju, terdengar langkah kaki beratnya menginjak tanah berpasir, tubuhnya tinggi tegap terlihat cukup terhormat. Kerumunan itu spontan mempersilakan orang ini berjalan melewati, membentuk seperti kerumunan manusia yang disisir. Terus berjalan tanpa sedetikpun melepas tatap pada lelaki tersungkur itu, kedua tangan berada di saku celana, rambutnya kecoklatannya bergerak pelan tertiup angin.

Ia melirik kebawah, laki-laki yang terlungkup itu menurunkan sedikit tas nya. Matanya terlihat berkaca-kaca dan memerah melas. Seperti melihat persembahan yang hanya ditujukan untuknya, senyuman muncul di wajah angkuhnya.

"Kau seharusnya tak pindah kesini, gay sialan. Kehidupan disini terlalu keras untuk pria lembut sepertimu. Aku mengatakan ini karena aku peduli denganmu, orang-orang disini keras." Meski bernada lembut, namun kalimatnya berhasil membuat lelaki kecil ini bergidik takut.
Setelah mengatakan itu, sang pemimpin kelompok berbalik, keluar dari area diikuti kerumunan.

Ember-ember bau diletakkan begitu saja di sekitar Alex. Ia masih duduk, merasakan air perlahan meresap, menembus pakaiannya dan mulai mendapat tempat di sela tubuh yang seharusnya tertutup pakaian. Ingin muntah sekarang juga namun jika dilakukan maka hanya menambah kotoran, tak menyelesaikan masalah sedikitpun. Ia mencoba tenang sebelum akhirnya pergi meninggalkan tempat itu.

Ini hanya air..

Hanya air kan..

Jalanan kota terlihat sepi. Alex berjalan seorang diri di trotoar, tak bisa tenang karena malu jika ada yang melihat. Sepeda yang dibawa saat berangkat sengaja ditinggal di parkiran karena tak mau kotor oleh air tadi, sepeda itu sangat berharga baginya. Alex menunduk, setiap langkah meninggalkan jejak sepatu kotor, terdengar bunyi cek.. cek.. seperti jika kau berjalan diatas genangan air, bedanya sekarang sepatunya lah yang basah.

Meski mengotori jalan namun Alex tak peduli.

Ia terus berjalan menuju rumahnya, berusaha berpikir hal baik salah satunya bekas sepatunya di jalan akan hilang jika terkena hujan.

"Aku pulang..." Sapa Alex sambil membuka pintu rumah.

"Astaga, bau apa ini?!!" Sahut seseorang dari dalam rumah.

Alex and Steve (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang