Chapter 06

6.4K 476 3
                                    

***

Malam masih berlanjut. Belum saatnya sang mentari memamerkan cahayanya. Suara jangkrik masih terdengar dari luar, bersahut-sahutan kadang suara kendaraan terdengar sejenak memecah keheningan.

Alex membuka matanya perlahan lalu duduk, jemarinya memijat pelipis lalu menyentuh dada yang masih berdetak ini. Mencoba mengingat detail kejadian, ia mulai berpikir dan pusing karena gambaran menghilang satu demi satu anggota keluarga justru samar di kepala. Ia tak bisa mengingat dengan jelas namun yang pasti Alex tau dia sudah melakukan hal yang baik.

Hampir setahun aku disana kalau tidak salah..

Apa kalau kembali aku juga semakin tua

Alex melihat sekeliling dan teringat bahwa malam itu ia bermalam bersama Steve dan seharusnya lelaki itu tidur disampingnya sekarang, namun justru ranjang kosong dan sedikit berantakan yang terlihat.

Clang..

Bunyi gagang pintu terdengar dari lantai bawah dan Alex segera bangkit ingin memeriksa tapi langkahnya terhenti mengingat seperti dejavu, saat melakukan ini dan melihat ketiga anggota keluarganya yang sudah meninggal tampak bersantai diruang depan.

"Tidak.. tidak.. aku, aku tak berani turun.."

Setelah berpikir cukup lama dan mulai terlihat sosok bayangan dari ruanh depan yang lampunya tak dimatikan, kedua mata Alex berbinar dan tubuhnya seperti mendapat energi baru. "STEVE?!!"

"Hei, maaf membangunkanmu—Ehh?? Kau kenapa??"

Steve tampak kaget melihat Alex yang tiba-tiba berlari menuruni tangga lalu menjatuhkan diri memeluk erat tubuhnya, dia merasa dadanya basah oleh air mata. "Aku merindukanmu, sungguh.." Isak Alex tanpa melepas pelukan.

"Baru satu jam berlalu dan kau sudah merindukanku?" Steve tertawa kecil sambil mengusap rambut ukenya.

Satu jam? Aku pergi hampir satu tahun di dunia lain namun hanya satu jam disini? Pikir Alex.

"Duduklah.."

Steve membantu Alex duduk di sofa lalu ia berjongkok di hadapan sambil mengusap air mata lelaki kecil itu. "Mimpi buruk, hm? Lihat, rambut dan bajumu sampai basah karena keringat."

Alex tidak menjawab, ia masih terisak mengingat bulan‐bulan yang dihabiskan di dunia lain, rutinitas membosankan dan rasa takut saat bertemu tetangganya yang telah mati.

"Kemari, tidak apa-apa." Ucap Steve lembut sambil menarik Alex dalam pelukan. "Tenang saja, aku disini kok. Sudah berapa lama kau menangis, apa kau sudah bangun saat aku keluar sebentar, takut aku meninggalkanmu, begitukah?"

"Ummnn.."

"Baik, maaf membuatmu bangun seorang diri. Maaf ya.."

Alex tak menjawab namun tangannya membalas pelukan dan kembali terisak cukup lama.

0o0

Sekitar pukul tiga pagi.

"Steve.."

"Hm?"

"A aku tak bisa tidur.."

Steve mengusap matanya lalu mengubah posisi tidur menghadap Alex, menatapnya lalu bermain rambut keriting di sela-sela jari.

"Masih takut?"

Alex menggeleng.

"Lalu apa? Mau makan? Biar kubuatkan sesuatu sekarang."

"Tidak, bukan itu.. umm.. Steve, anu.."  

Alex membuka mulutnya namun tak kunjung mengeluarkan kalimat. Bibir merah mudanya terlihat menggoda sekaligus manis membuat Steve mau tak mau harus berusaha tak melihat salah satu area menggoda dari Alex.

Alex and Steve (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang