Hari ini adalah hari terakhir Ujian Kenaikan Kelas, dengan terburu-buru aku mengisi
soal yang tersisa tiga nomor. Rasanya aku ingin segera pergi ke Yogyakarta menemui kakek dan nenek disana. Dua puluh empat detik kemudian, aku menyerahkan kertas kepada pengawas dan segera membawa tas yang tergeletak di depan kelas dan ponsel di meja pengawas, niatnya agar para siswa tidak mencontek. Tapi, selama aku tinggal di negara ini, rasanya agak mustahil seratus persen siswa benar benar real hasil kerja kerasnya sendiri. Karena nial lebih dihargai dari pada kejujuran. Sungguh miris.
Dengan hati riang aku melangkahkan kaki keluar kelas sambil tertawa kecil melihat teman-teman kalang kabut menanyakan contekan dan ber-huuu ria saat aku pertama kali pulang di ujian terakhir ini mungkin karena hari ini adalah hari terakhir, menurutku soal ujian tadi tak begitu sulit entah mungkin aku terlalu bersemangat untuk pergi ke Yogyakarta.
Oh iya, salah satu tujuanku pergi ke Yogya, karena aku benar benar rindu pada suasana alam yang begitu indah di sana. Tidak seperti di sini, banyak polusi apalagi jika menuju petang, jalanan pasti macet.
Pukul 20.00 kereta menuju Yogyakarta akhirnya datang. Aku berpamitan kepada ayah yang kebetulan ia mengantarku ke stasiun. Ia berkata bahwa aku harus berhati hati dan aku hanya mengangguk patuh.
Udara dingin menyelimuti, aku menggigil. Salahku sendiri sih, karena hujan tidak turun selama berhari hari, jadi aku memilih untuk memakai sweeter tipis bewarna tosca padahal adikku berkata bahwa aku harus memakai jaket tebal. Maafkan aku adikku yang manis.
Aku mengeratkan jaket dan memakai kaus kaki yang ku simpan di saku tas. Masih dingin sih, tapi ini sangat membantu. Aku menatap ke sekeliling dan mataku jatuh pada sosok lalaki laki tinggi yang ada di sampingku. Sungguh, aku baru sadar bahwa ada orang disebelahku. Aku terlalu fokus menghangatkan diri sampai sampai aku tak menyadarinya. Tapi, saat aku perhatikan rasanya aku mengenalinya. Ternyata ia adalah teman satu sekolahku. Aku pernah menyukainya saat aku kelas 10 tapi lambat laun rasa itu pudar dengan seiring waktu, bisa dibilang ia cowok yang cukup introvert dan misterius. Bukan, bukan karena itu aku tak menyukainya. Tapi saat aku mengetahui bahwa dia pun menyukaiku. Jujur, aku senang saat aku mengetahui hal itu, tapi mengapa aku tahu hal sepenting itu saat aku sedang dekat kakak kelas, dan saat aku hampir melupakan perasaan kepadamu. Rasanya campur aduk! Antara senang dan kesal. Senang karena aku mengetahuinya dan kesal karena aku baru mengetahuinya. Tindakanku saat itu adalah menjauhi cowok itu, melupakan segala hal yeng berkaitan dengannya.
“Zhara, kamu kedinginan?”
Sontak aku menengok ke asal suara dengan ragu.
“Ha-haha eng-gak kok!” jawabku gugup. Hei, Zhara! Ada apa denganmu! Mengapa kau se-gugup itu?
Ia menatapku beberapa detik, lalu memalingkan mukanya menatap jendela. Asalkan kau tahu, aku mati matian menyembunyikan detak jantungku yang berdegup sangat kencang. Tanganku meraba pipiku yang memanas. Jika aku menatap cermin mungkin wajahku sudah seperti kepiting rebus.
“Tung!” suara ponselku berbunyi. Aku melihat notifikasi di beranda bahwa ada massage dari kakak kelasku yang sedang dekat denganku.Rafi : “Hati-hati dijalan ya! Maaf, aku nggak bisa mengantamu ke stasiun. Tadi ada
Kelas. Baru aja bubar”
Rafi : “Aku mau cari makan dulu ya, laper hehe”
Rafi : “Good night”Aku menatap layar ponsel dengan enggan lalu jariku menari dengan lambat.
Zhara : “Iya gpp kok, lagian aku dianterin sama ayah”
Zhara : “Nasi Kuning Bu Enok deket sekolah aku enak loh!”
Zhara : “Itupun kalau kamu mau nyobain. Jam segini kayaknya masih buka deh!”Aku mengabaikan message terakhir lalu mengunci ponsel. Sesekali aku melihat jendela untuk melihat pemandangan malam sambil menyetel musik menggunakan earphone. Tak sengaja mataku melihat bayangan cowok disebelahku sedang menyelimuti pahanya dengan selimut. Aku memperhatikannya di jendela saat tangannya menarik selimutnya hingga pahaku dengan hati-hati. Mungkin ia tidak sadar aku perhatikan dari sini. Yang ia tahu aku sedang tertidur sambil kedinginan. Aku kaget saat tangannya menyentuh kepalaku. Seketika aku langsung menutup mata. Dengan apik ia memakaikan kupluk ke kepalaku. Bau maskulin menguar indra penciumanku. Bau yang begitu nyaman dan menenangkan. Lama-lama aku mengantuk dan tertidur.
*****Pukul setengah dua malam aku terbangun. Rasanya perut ini lapar sekali. Aku ingat, terakhir kali makan tadi siang saat aku pulang dari sekolah. Aku membuka tas dengan setengah sadar untuk mencari sepotong roti. Mungkin aku terlalu berisik membuka bungkus roti yang susah sekali dibuka sampai membangunkan cowok disebelahku. Ia menguap lalu menatapku dengan setengah sadar.
“Maaf, Ky aku berisik ya?”
Ia menggeleng sambil tersenyum lalu memejamkan matanya.
“Enggak kok, enggak sama sekali” ucapnya pelan.
Aku memakan roti sambil memandang city light. Rupanya kereta yang kami tumpangi sedang melalui dataran tinggi sehingga bisa melihat view yang sangat cantik. Aku ingin mengabadikannya dan berniat untuk di cetak lalu dipajang di kamar bersama foto- foto yang lainnya. Tanganku merogoh saku jaket untuk mengambil ponsel. Ada notifikasi dari Rafi yang kubiarkan dari pukul 10.00 malam.Rafi : “Aku kangen
Aku tak tahu harus berekspresi seperti apa. Jujur, aku tak se-excited saat aku mengetahui Kiky menyukaiku juga. Karena saat ini, aku sedang senang duduk disamping orang yang pernah aku sukai mati matian. Malahan, rasa itu pun muncul kembali. Mekar tanpa disiram. Tiba-tiba aku rindu saat pertama kali aku berbicara dengan Kiky di perpustakaan. Meskipun kami tidak satu kelas, beberapa kali kami sering mengobrol di perpustkaan. Entah itu membahas buku, anime, pelajaran, atau kehidupan masing masing. Aku selalu bersemangat saat bel istirahat berbunyi karena aku ingin cepat-cepat menemuinya. Menemui Kiky. Biasanya aku memesan sebungkus batagor kuah untuk dimakan bersamanya. Tak jarang aku terlewat semangat saat bel pulang tiba. Biasanya aku akan menghampiri kelasnya untuk mengajaknya makan es krim goreng di pinggir jalan sambil berjalan pulang. Aku rindu sekali. Rasanya aku ingin mengabadikan momen itu. Ingin ku ulangi kembali. Tapi, pada suatu hari Rafi menghampiriku di kantin sambil tersenyum manis. Tak jarang ia memberiku sebungkus batagor kuah kesukaanku. Lambat laun aku dan Kiky menjadi jauh. Seakan semesta memisahkan kami. Setelah itu kami tak saling menyapa. Seolah, tak saling mengenal. Aku semakin dekat dengan Rafi dan Kiky menyendiri di perpustakaan sambil sesekali melirikku. Dua hari setelahnya, aku baru mengetahui bahwa ternyata Kiky mempunyai pacar di Surabaya. Saat itu aku patah hati. Aku berusaha menjauh darinya sampai saat ini. Dan sekarang takdir sedang bermain main. Bahkan sekarang kami duduk bersebelahan.
Aku menaikan selimut yang melorot hampir menyentuh lantai. Lalu ku selimuti Kiky dengan hati hati takut ia terbangun.
“Aku suka kamu”
Sontak tanganku berhenti bergerak dan menatapnya tak percaya. Sungguh aku kaget mendengar ucapannya yang mendadak. Tak lama Kiky membuka matanya dan menatapku dalam. Aku menatapnya canggung. Tiba tiba tenggorokanku terasa kering.
“ Tapi aku tahu, kamu sudah sama Rafi” lanjutnya, terdengar helaan nafas panjang.
Aku ingin berkata bahwa aku dan Rafi bukan apa apa. Aku ingin berkata bahwa aku juga menyukaimu. Tapi lidahku kelu, rasanya sulit sekali mengucapkan itu.
“Aku hanya ingin memberitahumu. Kamu nggak perlu jawab. Enggak apa apa” terlihat wajahnya yang muram. Lalu tiba tiba ia bangkit dan berjalan ke WC. Jantungku berdetak hebat ada rasa sesal dihati saat aku tak mengucapkannya. Tak lama ponselku berdering ternyata Rafi meneleponku. Kulihat jam diponsel menunjukan pukul 02.00 pagi. Mengapa Rafi menelepon selarut ini?
Aku menjawab telepon saat Kiky muncul dari WC. Ia diam. Lalu menyumpal telinganya. Aku menatapnya sebentar lalu berbicara.
“Kenapa?”
“Aku kangen”
Kiky menatapku lalu menaikan volume di ponselnya. Ia mengeratkan jaket dan pura pura tidur. Saat itu juga aku ingin menangis.Bersambung.
Akhirya di publish! Part 2 nya nanti malam ya hehehe see you💓

KAMU SEDANG MEMBACA
About The Feelings
Teen FictionInsyaallah akan menjadi kumpulan cerita pendek. Penasaran? Yuk baca!