Eya masuk ke dalam mobil Ferarri merah milik-nya.
Sekedar informasi. Eya itu anak orang kaya, guys. Semua yang melekat pada tubuh-nya barang-barang branded.
Menyalakan mesin, setelah itu Eya pun melaju. Eya tidak betah berlama-lama di rumah, mami-nya itu selalu mengomel saja pada diri-nya. Entah itu tentang kamar-nya yang berantakan, atau Eya yang susah kalau di suruh mandi.
Pokok-nya apa saja lah, mami-nya itu pasti mengomel. Untung sayang, kalau tidak sudah Eya peluk-peluk.
Hehe--gak boleh dosa sama mami.
Suara yang terputar di Radio mobil Eya, seperti-nya sudah bersekongkol dengan mami-nya.
Dengar saja. Sedari tadi terus memberitahukan iklan tentang lotion, lulur, apalah.
Heh.
TET!
Eya mematikan saluran Radio. Mobil-nya berbelok ke kanan, menampilkan bangunan dengan arsitektur yang memiliki efek domino.
Hari ini hanya ada satu mata pelajaran, mungkin sebenar-nya banyak, mengingat ini tahun terakhir Eya berkuliah. Tinggal menunggu wisuda, tapi suasana hati Eya sedang buruk, jadi akan lebih baik jika Eya have fun sebentar.
"Wuihh. Eya, tumben wangi banget. Itu parfum Lo semprot apa di guyurin ke badan?" Tegur salah seorang pria di depan kelas-nya.
Eya hanya melengos sambil berkata. "Damn you!"
Eya mengambil duduk asal, masa bodo. Dia ingin cepat-cepat keluar, habis itu main.
"Ya, tugas skripsi lo udah selesai?" Tanya Lory--teman dekat Eya. Ralat! Teman dekat satu-satu-nya yang masih tahan sama ke jorok-an dan ke cuek-an Eya.
"Belum. Hehe." Eya menyengir, membuat Lory refleks mencubit lengan Eya. Salah satu kebiasaan-nya.
"Auwh. Sakit Lor, cubitan lo pedes banget." Omel Eya seraya mengusap lengannya yang memerah.
"Lor. Lor. Nama gue Lory! L-O-R-Y" tegur Lory seraya mengeja nama-nya.
"Lah, elo juga. Ya. Ya. Ya. Ya. Nama gue E.Y.A" balas Eya sembari memberi penekanan di tiap kata.
Lory mendengus, lalu melayangkan tangan ke udara. "Terus lo mau kapan ngerjain-nya EYA?!" Tanya Lory seraya menekankan kata Eya.
Eya terkekeh. "Ntar aja sih, nyantai. Masih lama ini." Jawab Eya enteng.
"Ck. Kebiasaan deh Lo, jangan nyepelin Ya. Nanti Lo gak bisa wisuda, mampus deh."
Sedang Eya malah memperagakan gaya bicara Lory, lalu mendengus. "Udah ih. Lo kayak mami gue aja, ngomel mulu kerjaan-nya!" Gerutu Eya.
Eya membetulkan duduk-nya, merasa tidak nyaman dengan baju yang ia kenakan.
Rok dengan motif sunflower itu membuat Eya tak betah lama-lama memakainya.
Eya sebenarnya malas pake beginian tuh. Eya lebih suka, pakai celana jeans. Atau kalau mau pakai rok se-kaki sekalian.
Jangan yang kayak gini; jalan saja ribet, duduk juga ribet, takut keliatan. Kalau saja bukan karna mami-nya yang menyuruh dia mengenakan ini.
Eya ogah!
"Eh. Btw, tumben lo wangi, abis mandi parfum Lo, huh?" Tanya Lory seraya menghirup aroma Eya.
Eya menoyor kepala Lory pelan. "Biasa-nya juga wangi. Lo aja yang lebay!"
Lory hanya menganggukan kepala, karena yang Eya katakan itu benar. Walaupun Eya terkenal dengan ke jorok-an nya itu, jarang mandi, tidak suka pakai parfum--kecuali acara tertentu.
Tetapi, walaupun begitu Eya tidak bau, bahkan walaupun Eya tidak mandi seharian pun. Heran Lory tuh, jangan-jangan dulu pas di dalam rahim, bukan air ketuban.
Akan tetapi air Parfum.
••••
Eya memperhatikan seorang pria yang masuk ke dalam kelas, sesaat sebelum pak dosen masuk.
Dia duduk di seberang kiri Eya, muka-nya biasa saja. Datar. Tapi, entah kenapa Eya malah penasaran dan terus memperhatikan pria tersebut.
Rahang-nya tegas, kulit-nya putih, hidung-nya mancung, gaya rambut-nya keren. Dan ... bibirnya merah ranum.
Tanpa sadar Eya terus meneliti wajah pria tersebut, hingga tiba-tiba mata cokelat itu menatap Eya, dengan cepat Eya memalingkan wajah-nya. Merasa tertangkap basah.
Sementara pria tersebut tersenyum tipis. Lalu kembali menoleh ke depan.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFECTED - End 2019 | Proses Revisi
RandomEya Rodriguez adalah satu - satunya perempuan yang paling cuek mengenai penampilan, dia tidak pernah make up, keramas pun bisa dihitung oleh jari dalam sebulan. bahkan Eya cuek jika ada satu atau dua jerawat mampir diwajahnya, rasanya tingkat percay...