Jam kelas akhir-nya selesai.
Semua-nya membubarkan diri, ada juga yang sekedar duduk-duduk dulu sambil berbincang ria.
Dari sisi kanan, dia, memperhatikan gadis di sebelah-nya yang tengah merapihkan alat tulis sembari mengobrol, maybe dengan teman-nya. Dia tau kalau sedari tadi gadis itu memperhatikan-nya.
Entah apa yang salah dengan-nya, seperti-nya semua terlihat normal-normal saja.
"Mister Cross Sandford?"
Dia, lelaki itu langsung menoleh saat nama-nya di sebut. Sang Dosen ternyata masih ada di tempat duduk-nya.
Dia, yang bernama Cross pun berjalan menghampiri sang Dosen.
"Yes, sir."
"Is you, mister Cross Sandford?" Tanya Dosen pria itu sembari membaca nama yang tertulis di buku agenda-nya.
"Yes, sir." Ulang Cross.
Dosen itu mengangguk, lalu memberi secarik kertas.
"Isi formulir-nya, kau murid pindahan kan? Setelah itu taruh di atas meja saya." Titah sang Dosen.
Cross mengambil kertas itu, lalu mengangguk mengiyakan.
Dosen itu pun pergi.
Dari belakang Eya terus memperhatikan Cross. 'New student' pikir Eya.
••••
"Eya!" Panggil Lory.
Sekarang mereka tengah berada di kefetaria yang letak-nya berada di belakang kampus. Lory bilang dia lapar, jadi Eya hanya menuruti.
"hum?" Jawab Eya malas.
Dia tengah santai sambil memegang ponsel, kaki-nya dia lipat di atas kursi dengan tas yang menutupi paha.
Duduk bersandar, pokoknya Eya sedang malas.
"Itu muka lo, numbuh jerawat satu. Noh, di jidat Lo." Tunjuk Lory pada kening Eya.
Eya menatap ke atas, berniat ingin melihat jerawat yang Lory bilang. Tapi tak kelihatan.
"Ck. Biarin, biar gak sepi-sepi amat muka gue." Ucap Eya santai.
Lory menganga oleh jawaban Eya. "Dasar aneh!" Gerutu Lory lalu mengambil makanan-nya.
"Itu tuh, pasti jerawat jomblo deh nama-nya." Lanjut Lory dengan mulut penuh makanan.
Eya mendelik sambil masih fokus pada ponsel-nya. Dia tengah memainkan game kesukaan-nya.
"Up to you." Gumam Eya.
Lory mengangkat wajah-nya menatap Eya. "Iya. Seriusan deh. Orang sendirian gitu kan jerawat-nya, noh. Cuma ada satu. Jerawat-nya jomblo itu."
Fokus Eya teralihkan. Dia menertawakan Lory. "Apaan sih, Lory. Aneh-aneh aja deh."
Eya menghentikan game-nya dan lalu mengambil mango float di depan-nya.
"Bukan-nya Lo sering skincare-an ya? Kenapa ada yang nongol. Mana sekali skincare ke Aivee lagi Lo, bikin iri aja." Lory bertanya sambil terus menyuap bakso yang tinggal sedikit itu.
Semetara Eya hanya terkekeh.
"Udah lama enggak pergi ke sana. Gue sibuk terus."
"Cih! Sibuk dari Hongkong. Tiap hari kerjaan Lo cuma molor, main game, makan, makan, dan makan aja." Ujar Lory.
Dia memang tau kebiasaan teman-nya jika sedang berada di rumah, tuh, ya begitu.
Eya nyengir. Sesaat mata-nya tak sengaja menangkap sosok pria yang berjalan ke arah kafetaria ini.
Mata Eya masih terus memperhatikan langkah kaki yang membawa pria tersebut.
Sampai pada saat-nya Lory menyadarkan pikiran Eya. "Eh!"
"Lo ngeliatin apa sih?" Tanya Lory seraya mengikuti arah pandang Eya.
Lory tidak melihat apa pun selain orang yang lalu lalang. Sementara Eya mengalihkan pandangan-nya kala pria tersebut melewati meja-nya.
"Enggak. Bukan apa-apa."
Eya merapikan duduk-nya. Lory memperhatikan sikap Eya yang aneh, namun langsung melupakan-nya dan melanjutkan memakan bakso yang sisa suapan terakhir.
Lory ...
Maniak bakso.
••••
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFECTED - End 2019 | Proses Revisi
RandomEya Rodriguez adalah satu - satunya perempuan yang paling cuek mengenai penampilan, dia tidak pernah make up, keramas pun bisa dihitung oleh jari dalam sebulan. bahkan Eya cuek jika ada satu atau dua jerawat mampir diwajahnya, rasanya tingkat percay...