•0•

130 19 5
                                    

Aku melewati hari yang panjang sebelum menjejak kaki di kota ini. Kupikir saat dimana mereka terus mengejarku dan aku menghindar, akan terhenti atau mungkin hilang sama sekali. Usaha keras yang meluluh hati nyatanya sedikit membuatku tercubit oleh keputusan akhir, dimana tak ada satupun membelaku.

Detik-detik tertentu, benakku mengeluhkan situasi sekarang. Kerja kerasku dengan segala hal konsep beserta tetek bengek yang merusak kontrol diri serasa angin lalu. Titik peluh tak terhitung, kesakitan, dan kebebasan seperti menghilang tanpa jejak, dan kini berganti pada sosok lain dengan konsep langka yang benar-benar mendepakku jauh dari tempatku berdiri seperti biasa.

Rasa tak terima, frustasi, dan teriakan letih tubuhku rasanya sudah tak berarti. Mau tak mau, lisan 'sampai jumpa' meluncur dari bibirku.

"Aku akan sangat merindukan kalian."

🏹•🏹

Rintik hujan kembali menyapu debu kota Seoul. Orang-orang menyebutnya sebagai Kota Impian. Penuh gemerlap paras-paras indah dengan standar keindahan yang sungguh tak biasa. Kota ini, dimana aku menghabiskan semua masa sulit tak terbayang. Rasanya seperti baru kemarin aku bertemu Taeyong dan Yuta, rekan pertama sejak menjejakkan kaki di Seoul.

"Gege?"

Ah, suara itu. Pengisi keributan baru dorm yang bertahun-tahun belakangan kutinggali bersama rekan kerjaku. Kuakui, dia mendekati sempurna. Tak sepertiku...

Ia memelukku hangat, mengistirahatkan dagunya dipundakku.

"Maafkan aku."

Seperti kilas balik, pertemuan tempo hari kembali menghantui pikiran tenangku. Semuanya akan hilang sebentar lagi. Lingkaran yang sama namun terpisah oleh satu garis, cukup pahit untuk kurasakan.

Rengkuhan mengerat menyadarkanku dari lamunan. Kulirik lelaki muda yang belum berpindah dari posisinya, memelukku manja meski seringkali dialah yang memanjakanku.

"Tak usah meminta maaf. Ini juga pilihanku," ucapku halus, sembari mengelus lembut pipinya. Ah, dongsaeng baruku ternyata begitu manis. Parasnya terlihat tegar, walau nyatanya pria muda ini agak cengeng. Aku tak bisa menahan untuk tidak menyayanginya.

Bibirnya mengerut sebentar. Kemudian mematut tatap padaku. "Aku akan berusaha keras agar kau tak kecewa padaku. Mari bertemu lagi dengan kesuksesan, ge."

Aku tersenyum simpul. Sosok egois bukanlah diriku. Mereka yang bersamaku nanti pasti telah melewati hari yang berat. Pria muda ini, dia menyadarkanku untuk sesaat. Adalah kenangan berbeda bisa mengenal pria muda dengan karakter yang sudah sangat jarang kutemukan selama menjejak dunia hiburan di Korea.

Dia terlihat polos, naif dan mudah tertipu. Padahal aku tahu dia mengerti segalanya. Termasuk keresahanku sendiri.

"Terima kasih, JungWoo-ya."

Hihi... Aku memberinya kecupan singkat di pipi. Semoga tak ada yang melihat aku melakukan ini. Yuta dan Taeil pasti akan merasa sangat tidak adil.

Dan pada akhirnya, aku harus kembali mengalah, bukan?

🏹EnD🏹

Woo.. udah lama gabikin ff. Dapet 400 kata jadilah. Teng's semisal ada koreksi untuk judul 😁

©redit gambar

The Restless [Winwin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang