[1] Sandiwara Aneh

68 6 1
                                    

Menaiki sebuah tangga perputakaan yang konon jarang dilewati seorang diri, berbahan dasar kayu tua yang mudah roboh membuatku berhati-hati dalam berjalan keatas melewati satu demi satu anak tangga. Melihat sekitar dinding yang berornamen ukiran indah namun kusam termakan waktu seraya berpegangan pengaman tangga terbengong. Sejak pertama tekad ku menaiki lantai puncak di perpustakaan raksasa ini mulai tumbuh perasaan misterius mulai menyelimuti bulu tangan ku. Hampir sampai anak tangga terakhir ku kibas rambut panjang dan segera mengenakan kaca mata cupu harga ekonomi supaya terlihat jelas isi lantai ini.

Lugu berjalan menatap ke langgit banyak rak buku besar amat tinggi menjulang hingga ke sudut atap bangunan megah ini, tak ku sangka sungguh menabjubkan. Jalan sendiri dan membaca-baca buku di perpustakaan dulu sudah menjadi hal yang biasa yang aku lakukan yang terus menghiraukan.

Kadang kala aku merasa nyaman ketika berdua dengan sebuah buku yang selalu menemaniku tanpa ada orang lain yang menggangguku. Ketenangan selaluku cari diantara aku dengan buku yang selalu ada buat ku.

-Terlihat bodoh memang tapi hanya itu obat bahagiaku.

-Terlihat bodoh memang tapi hanya itu obat bahagiaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TOKTOKTOK

"Duh, lama banget sih lu makeknya keburu telat!!"

"Udah mo selesai nih , yang diluar tunggu sebentar" aku berburu-buru menansfer sejumlah segeplek uang merah muda ke dalam almari ATM kecil di sudut kampus, terlihat orang asing yang geger berusaha membuka pintu tak berwarna ini.

"Habis ini dosen gue mau pergi, ini darurat woi!!" Teriak cowok serba biru itu bersarung tangan sekilas kelihatan mata tajam ,selepas ku buka dan segera ia serobot masuk.

"iya,iya"

Sebenarnya emosi sih denger suara cowok berisik itu dari luar ATM habis dia nyebelin nampak terburu tapi menurutku lucu wajahnya saat cemas seperti itu. Aku segera menuju ke tempat duduk panjang untuk menyantap makanan dan minuman yang sudahku beli di minimarket demi menganjal isi perut kosongku.

Sambil memakan roti gurih, berfikir entah kenapa aku masuk di universitas ini sendirian dengan hasil berusaha keras mengejar beasiswa. Kunyahan halus ku belum sampai ketelan, tiba-tiba muncul aroma badan tak asing bagiku. Aku kenal betul , tapi siapa ya? Kemudian seseorang mengejutkanku dari belakang buat ku kaget.

ººº

Tante Risan terus saja menghubungiku lewat apapun, dia sebenarnya mau ngabari bahwa anak-anaknya juga se-universitas yang dekat dengan rumahnya setelah dapat informasi dari ayahku. Males sih ketemuan dengan Tante Risan dia baik, tapi kalau ngoblrol itu kesana kemari segala hal dibicarakan dari hal yang wajar sampai hal aneh sekaipun. Itu alasanku untuk mengabaikannya.

Kerabat dekat dari ibuku sejak kecil yang kaya agak rempong. Terakhir aku bertemu di barat pulau jawa setahun lalu setelah meninggalnya ibuku dan memberikan bahunya supaya aku dapat menahan tangisan ku yang amat parah. Hal itu ayah bersamaku memutuskan terbang menepi ke tengah pulau jawa karna panggilan pekerjaan dan untuk sekolah tinggiku. Banyak notifikasi yang numpuk di atas handphone mungilku, diantaranya adalah dari Tante Risan.

Kehidupanku bersama ayah sepertihalnya membentuk lembaran baru dengan kertas yang beda, terasa aneh memang tapi aku harus hidup seperti sewajarnya tanpa sosok yang mau menerima curhat dan tangisanku.

"Lu, Ivva kan?" Asal tebak oleh bakul parfum mengagetkan ku dari belakang..

"Ayam ayam ayam" latahku

"Oh jadi selama ini lu sekarang ayam? Ejeknya nampak sok kenal sok dekat. Tatapan tajam buatku penasaran siapa sih orang ini.

"Enak aja, eh kamu siapa ya lupa aku? Sedikit tawa

"Coba deh tamati gue dari ujung kaki ampe ujung rambut, pasti kau bakal inget" Suruhan halus terpaksa harus menatap sekujur tubuh sedikit pendek terlilit kaos kotak hitam merah dari ujung kaki hingga pucuk rambut yang terlihat klimis.

"Sapa yaa? Em Awi mungkin ?

"Bisa jadi, iya lah mo siapa lagi ,yok nongkrong sebentar" Segera Awi mengajakku pergi ke kedai Javintarania yang ada di tengah-tengah kampus. Entah apa yang merasuki diriku ini, kadang aku merasa bosan dengan apa yang ku lakukan .

Di kedai ini terlihat remang tapi cocok juga untuk tempat nongkrong . Arsitekturnya yang bisa dibilang klasik mungkin jadi hiburan asyik bersama Awi . Hal bodoh apa yang tlah terlewat semasa kecil bersama nya selama ini, semua buih puih tericur asal ceplos antar ingsang ikan.

Dialog yang sangat sempit hingga kopi menjadi dingin, sebab ku harus pergi terburu pulang karna ayah sudah menungguku. Sekedar membahas perkenalan lama terbarulan lagi yang terulang belasan tahun.

ººº

Senja terapung waktu diatas pulau jawa, aku berangkat lebih awal sudah siap berpakaian rapi untuk berkemas untuk daftar ulang administrasi kuliah pertamaku, ayah selalu mendukung apa yang ku lakukan asalkan positif. Kucium tangan ayah di ruang tamu.

Terlintas ku berjalan menengok cowok kemarin yang ada di ATM membawa headset yang tertancap santuy di keramaian jalan sepanjang menuju kampus. Tersorot mata ini fokus hanya ke tatapan wajah saja. Aku sangat terobsesi oleh dia, terkira dia hadir untuk menjadi sempurna buat diriku.

Celah celah cahaya lembut tertembus oleh pohon rindang layaknya sebuah payung yang amat rimbun di kampus pagi. Segarnya hari ini, bisa membaca-baca referensi dari balai pustaka raksasa tua . Walaupun sepi akan pengunjung karna buku yang dimuat adalah buku sastra kuno dan penjaga nya pun orang antik juga.

Padahal hari ini aku sudah janjian dengan Awi kalau mau ketemuan di Kedai Javintarania .

Nantikan Eps. Berikutnya 》》

JavintáraniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang