Part 4

68 6 0
                                    

Clarisa masih berdiam diri ditaman ini, waktu semakin malam dan cuaca semakin dingin. Dia mengeratkan jaket yang sejak tadi ia kenakan. Clarisa bingung harus pulang atau diam disini sampai besok pagi atau sampai seseorang mau menjemputnya.

Sedang berdiam diri menatap langit malam yang kelam tiba-tiba ada seseorang yang menepuk bahu Clarisa pelan lalu duduk disebelahnya. Clarisa menatap pria itu sekilas lalu kembali mengalihkan pandangannya ke atas.

"Lo kenapa disini sendiri?" Pria tampan dengan hidung mancung dengan lesung pipi yang membuatnya terlihat lebih manis itu menatap Clarisa.

"Bukan urusan lo" Clarisa menjawab singkat tanpa mengalihkan pandangannya.

Clarisa cuek? Dia bukan cuek tapi semua orang pasti melakukan hal yang sama kepada orang yang baru saja dikenalnya, bahkan belum dikenalnya.

"Gw tau apa yang lo rasain" Pria itu mengalihkan pandangannya menatap langit. "Gw pernah ada diposisi lo, bahkan lebih buruk dari kisah hidup lo" Clarisa kaget mendengarnya ia sekarang mengalihkan pandangannya ke arah pria disampingnya.

"Apa yang lo tau?" Clarisa bertanya dengan mata yang tak lepas menatap pria manis tersebut. Pria itu beralih menatap Clarisa, sekarang keduanya saling tatap dan saling merasakan bahwa mereka sama-sama memiliki masalah hidup yang pahit.

"Gw tau semuanya karena gw pernah ngerasain semuanya, kalau gw sedih tempat ini yang paling pertama gw cari karena disini gw merasa lebih tenang." Clarisa semakin tertarik dengan orang yang ada didepannya.

"Apa luka lo lebih besar dari gw?" Clarisa menatap mata coklat pria tersebut.

"Besar tidaknya sebuah luka tergantung seseorang menyikapinya, kalau gw menganggapnya biasa jadi gw anggap luka gw sekarang gak seberapa."

"Kenapa lo bisa sekuat itu?", Clarisa semakin ingin tahu lebih jauh tentang semuanya.

"Karena ada seseorang yang perlu gw jaga" tatapanya semakin menyiratkan kesedihan.

"Siapa? Pasti dia berarti banget buat lo ya?" Clarisa sedikit lebih tenang karena bukan hanya ada dia yang merasakan sakit saat ini.

"Sangat... Dia sangat berarti bagi gw, karena dia satu-satunya harta yang gw miliki." ada sirat kebanggaan dari matanya saat mengatakan kalimat tersebut. Dia mengalihkan pandangannya kembali ke arah langit. "Karena dialah yang membuat hidup gw gak segelap langit malam."

"Pasti lo sedih banget ya?" Clarisa mengikuti pria itu menatap langit.

"Sedikit, jangan terlalu berlama-lama dalam kesedihan tersenyumlah maka bahagia akan lo temukan." Pria itu kembali menatap Clarisa lalu menjulurkan tangannya. Clarisa menatap sekilas uluran tangan tersebut lalu menyambutnya dengan hangat.

"Nama gw Bagaskara putra prawira, lo boleh panggil bagas atau apa aja asal jangan kara... Hehe." Bagas tersenyum manis ke arah Clarisa.

"Nama gw Clarisa aja, boleh panggil gw Ica atau apa aja terserah lo" Clarisa membalas senyuman Bagas.

"Rumah lo dimana? Mau pulang? Biar gw anterin."

"Gak usah gas rumah gw deket kok dari sini."

"Jangan terlalu menyikapi kesedihan dengan tangis, itu akan membuat luka terasa lebih besar dari kenyataanya." Bagas kembali mengingatkan Clarisa akan hal itu.

"Iya gas gw paham, boleh gw peluk lo sebentar?" Clarisa memohon dengan mata yang berkaca-kaca.

"Boleh, sini...." Bagas merentangkan kedua tangannya dan memeluk Clarisa erat, dielusnya punggung Clarisa dengan lembut seraya berkata"Yang sabar ca, sebentar lagi kebahagiaan lo akan datang."

Clarisa yang berada dipelukan Bagas tak kuasa menahan air matanya yang terus mendesaknya meminta untuk keluar. "Gw gak kuat gas." runtuh sudah pertahanan Clarisa karena air matanya berhasil keluar.

Mereka tidak sadar bahwa ada seseorang yang sejak tadi memperhatikannya dari jauh, Rey dia menyaksikan semuanya sejak tadi. Ingin melangkah mundur dan pulang meninggalkan Clarisa, tapi otaknya memintanya untuk mendekat dan membawa Clarisa pulang.

Akhirnya Rey berjalan mendekat ke arah dua orang yang saling berpelukan merasakan kenyamanan sejenak sebelum Rey berdehem dan membuat keduanya melepaskan pelukannya.

"Lagi pacaran ca?" Rey menatap Clarisa dengan tatapan kecewa, bukan kecewa karena Clarisa berpelukan dengan seorang pria tapi kecewa pada dirinya sendiri karena terlalu khawatir dengan sahabatnya itu yang ternyata dia sedang berbahagia.

Clarisa berdiri lalu menatap Rey dengan tatapan bingung. "Kenapa lo ada disini?" Clarisa malah balik bertanya.

"Kebiasaan lo ditanya malah nanya balik, lagi ngapain lo sama cowok malem-malem gini?" Rey menatap sekilas Bagas yang dari tadi hanya diam menyaksikan itu.

"Lo gak tau apa-apa Rey, dan gw bukan lagi pacaran sama bagas" Clarisa mencoba berbicara lebih tenang.

"Ohh jadi nama dia bagas? Ngapain lo sama ica?" Rey beralih menatap Bagas dengan tajam.

"Lo bisa duduk dulu biar gw jelasin, sini..." Bagas menggeserkan duduknya dan menepuk-nepuk tempat duduk disebelahnya bermaksud mengajak Rey untuk duduk.

"Gak perlu dijelasin gw udah paham, cepet ca kita pulang....!" Rey menarik tangan Clarisa dan membawanya berjalan meninggalkan taman. "Lepasin gw dulu Rey, gw belum selesai ngomong sama bagas." Clarisa melepaskan tangannya dari genggaman Rey, lalu berjalan ke arah Bagas yang sedang berdiri menatapnya. Untuk sekali lagi Clarisa menatap Bagas lalu memeluknya sejenak, menghirup aroma tubuhnya yang membuatnya terasa nyaman. "Makasih Bagas" Clarisa melepaskan pelukan dari tubuh Bagas lalu berjalan mundur untuk melihat wajah Bagas lebih jelas. "Lain kali ajak gw ketemu sama orang itu." mengerti maksud Clarisa, bagas menganggukan kepalanya seraya berkata "iya lain kali kalau ketemu lagi gw ajakin lo ketemu sama dia, udah sekarang pulang pacar lo udah nunggu tuh" Bagas menunjuk Rey yang sedang menatapnya dengan dagu.

"Dia sahabat bukan pacar" Clarisa membalikan badannya dan berjalan ke arah Rey, mengambil tangan Rey dan menggenggamnya erat. Sebelum dia benar-benar pulang Clarisa kembali berbalik dan melambaikan satu tangannya ke arah Bagas yang masih berdiri di tempatnya.

"Bye..."

Bagas mengangkat satu tangannya dan membalas ucapan Clarisa.

"Bye ca..."

Dan setelahnya Clarisa dan Rey berjalan beriringan dan perlahan menghilang dari tatapan Bagas dan meninggalkannya sendiri dalam kesepian.

####

Jeng jeng jeng.... Ada orang baru di cerita ini, kalian lebih suka mana?

Rey dan Clarisa?

Atau

Bagas dan Clarisa?

Komen jawabannya dibawah ya!

Jangan lupa vote, komen dan share! Karena dukungan kalian sangat berarti untuk kelancaran sebuah karya.

Semoga kalian suka❤

ClarisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang