Lieben|01

59 25 15
                                    

Aku menyusuri jejak-jejakmu yang tak lagi bisa kulihat...

Disudut kota yang ramai, terdapat sebuah kafe mungil bergaya Eropa dengan gaya arsitektur kuno dan klasik yang disukai para pengunjung. Kafe yang diapit oleh toko bunga dan toko kue itu bernama kafe Lieben , yang dalam bahasa Jerman artinya cinta. Bahkan di kafe ini disediakan 'Kolam Harapan'. Dengan melempar uang ke kolam itu dan meminta sesuatu yang diinginkan, yang berkaitan dengan cinta, konon katanya bisa terkabul.

Xender tidak terlalu percaya hal semacam itu, tapi tidak ada salahnya juga kan mencoba? Ia pun melempar sekeping uang di kolam sedalam lutut yang terdapat air mancur di tengah-tengahnya serta bunga-bunga yang berjajar di pinggirnya.

Kliiiiiingggg! Plung!

Mendengar koin yang dilempar jatuh, Xender menutup mata dan memohon sesuatu kepada Tuhan. Jangan pisahkan aku darinya, begitulah doa Xender.

Kafe Lieben ini kelewat romantis. Mungkin karena desain interiornya juga mendukung. Cobalah naik ke lantai dua yang merupakan tempat favorit para pengunjung. Desain interior di sana menyerupai taman gantung Babilonia, membius setiap mata yang melihatnya.

Kursi dan mejanya terbuat dari kayu Ek yang memiliki struktur yang padat dan halus serta lebih tahan lama. Orang Eropa biasanya menggunakan kayu Ek sebagai tempat menyimpan anggur.

Di sekeliling gedung terdapat pot-pot yang ditanami bunga mawar dengan variasi warna mulai dari kuning sampai hitam. Selain mawar, di taman ini terdapat pohon mangga berukuran sedang, entahlah bagaimana pohon ini dapat hidup dan berubah dalam ruangan. Pengunjung bebas mengambil buah dan bunga yang ada di sini. Oleh karena itu, wajar jika banyak sekali pasangan muda-mudi yang memilih tempat ini untuk berkencan.

Xender juga akan berkencan. Pria berumur 16 tahun itu hari ini berpenampilan rapi, memakai kaus cokelat kopi dengan desain sablon sederhana di dadanya. Celana jeans hitam menambah kesan dewasa meskipun ia masih duduk di bangku SMA. Penampilan ini khusus ia persembahkan untuk kekasihnya tercinta.

Sebenarnya hari ini bukan kencan pertamanya, tapi baru kali ini Xender mendapatkan tempat se-perfect ini. Tempat yang direkomendasikan oleh seorang sahabat lamanya yang saat ini tinggal di Korea.

Xender duduk di pojok, dekat pohon mangga. Pria itu memesan meja untuk empat orang meski jelas-jelas nantinya hanya dia dan kekasihnya saja yang duduk. Lebih aman dan nyaman untuk mengobrol, menurutnya.

Sambil menanti kekasihnya datang, Xender duduk santai, menyenderkan punggungnya, mengerlingkan mata, melihat suasana sekitar, serta berusaha mengenali orang-orang, barangkali ada salah satu kenalannya yang bisa menghancurkan kencan penting hari ini. Xender terlihat begitu waspada, menatap semua pengunjung yang sedang duduk, makan, bahkan hanya mengobrol sambil minum kopi panas.

Dia kemana sih? Batin Xender sambil melihat-lihat buku menu makanan. "Pelayan!" Seru Xender mengangkat tangan.

"Ya, mau pesan apa?" Tanya pelayan dengan memakai pakaian serba hitam-putih

"Lemon tea hangat satu"

"Baik, pesanannya siap dalam lima menit, permisi"

Pelayan itu meninggalkan Xender yang masih menanti kekasihnya muncul. Sekarang matanya tidak lagi memandang para pengunjung, tapi memandang pintu masuk. Ia lalu tersenyum.

"Sorry telat" kata seseorang yang baru saja datang, terlihat tergesa-gesa dan berkeringat.

"Nggak apa-apa, mau pesen apa?" Tanya Xender, tersenyum, lalu mengisyaratkan untuk duduk.

"Thanks" ucap orang itu.

"Ke intinya aja langsung ya?" Perempuan itu menelan ludah, lalu menarik nafas.

"Kita.."






















































"..putus."
































"Apa?!" Seru Xender. Matanya melotot. Tiba-tiba ada rasa perih yang merambati hatinya. Ia yakin pendengarannya sedang terganggu...

"Gue...nggak bisa pacaran sama elo lagi..."

"Kenapa?" Xender bertanya, wajah cerianya seketika berubah pucat.

"Gue sayang banget sama pacar gue, jadi...gue rasa kesalahan ini harus kita akhiri." Suara perempuan itu terdengar sangat tegas di telinga Xender, membuat sekujur tubuh Xender terasa lemas. Ingin sekali ia jatuh dan melupakan apa yang baru saja didengarnya.

"Sorry, gue nggak punya pilihan."

"Tapi..." Xender berusaha tidak melepaskan kekasihnya.

"Ini salah. Gue nggak mau melakukan kesalahan lagi." Meskipun perempuan itu memandang Xender tajam, tapi ada selaput air mata di sana. Ia sejujurnya masih sangat mencintai Xender, tapi menurutnya, mereka harus berpisah.

"Thanks for all" katanya mengakhiri percakapan.

Dunia terasa berhenti berputar. Xender cuma bisa terdiam ketika kekasih yang teramat dicintainya itu pergi, meninggalkan dirinya seorang diri di tempat ini. Sendiri dengan seberkas rasa sakit di hati.

Xender merasa kafe seindah taman Babilonia ini tidak ada bedanya dengan ruang hampa. Ia seperti seseorang yang hilang arah dan tidak ingin hidup.

Ini tidak adil. Bukan hal yang mudah bagi dirinya untuk menjalin sebuah hubungan. Namun setelah satu tahun terjalin, hubungannya harus kandas. Ya, ia tahu kalau ini memang suatu kesalahan. Ia mencintai seseorang yang telah memiliki kekasih. Tapi, Xender benar-benar mencintainya!

Rafni...berulang-ulang Xender mengingat nama itu. Ia bertanya-tanya, haruskah berakhir seperti ini?

Akhirnyaaaa!!! up juga, buat temen-temen yang minta publish mulu. Ini udah di publish. Baru kali ini buat beginian semoga dapet fellnya ya:)

Jangan lupa komen dong. Saya lebih suka komen yang buat saya lebih semangat nulis. Komen lebih penting karena saya bisa dapet pembelajaran baru apalagi mengingat kalo saya pemula masihan. Thanks all^-^

LiebenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang