Alpha

1.4K 62 10
                                    

'Hai nona, ayo bermain dulu sebelum kau pulang.'

'Aku ingin bibir manisnya memuaskan juniorku'

'Baunya manis sekali, aku tak sabar untuk mengisi bagiannya'

Bayangan sekumpulan pria itu mengelilingi dirinya. Semakin bergerak maju menyudutkan gadis yang saat ini terpojok di tembok. Seragam itu sudah kotor dan robek di beberapa bagian.

"A... Aku mohon tuan. Le..... Lepaskan aku"

Cicitnya saat merasakan beberapa aroma maskulin itu bercampur dan memenuhi udara disekitarnya. Tubuhnya semakin gemetar saat kedua orang dari sekumpulan itu memegangi kedua tangannya.

Setelahnya ia bisa merasakan beberapa remasan yang menyentuh titik sensitifnya. Tangan tangan itu menggerayangi tubuh sang gadis. Ia hanya bisa menangis samnil menggigit bibirnya, menahan sebisa mungkin agar suara desahannya tak semakin mengundang pria pria sialan itu.

Kemeja yang ia kenakan sudah terlepas semua kancingnya, bahkan rok yang ia gunakan juga sudah tersingkap ke atas. Mengekspos beberapa bagian tubuhnya yang selama ini ia jaga untuk pasangannya di masa depan.

Ditutupnya kedua mata bulatnya. Tak ingin menatap wajah penuh birahi yang pria pria itu berikan dihadapannya. Namun semakin lama, sentuhan itu menghilang. Pegangan di tangannya pun sudah terlepas. Aroma feromon sekumpulan pria itu tidak menghilang, hanya tercium sedikit jauh saja.

"Kau tak apa apa?"

Matanya terbuka, meski pencahayaan minim ia bisa melihat sesosok laki laki yang lebih tinggi darinya itu menggantikan pria pria yang ada di hadapannya tadi.

"Te... Terima kasih"

Air mata sang gadis yang kembali keluar, membuat tangan dari pria itu mengusapnya lembut. Hanya hidung mancungnya yang bisa ia lihat, wajahnya tak begitu jelas karena tudung hoodie yang dikenakan.

"Sssh..... Seharusnya aku yang berterima kasih"

Apa yang sudah ia perbuat sehingga Alpha itu berterima kasih padanya?

"Terima kasih, aku tak perlu berburu lebih jauh lagi untuk memenuhi nafsu ku"

Lututnya terasa lemas saat pria itu semakin kasar menyentuhnya. Bahkan sentuhan pria pria tadi masih lebih lembut darinya. Aroma baru itu mendominasi udara disekitarnya. Baunya bahkan lebih pekat untuk seorang Alpha.

Ia menyadari satu hal, segerombolan pria tadi tidak pergi meninggalkan tempat. Hanya berdiri agak jauh saja. Jumlahnya bahkan bertambah, bisa ia pastikan kalau orang orang tambahan itu merupakan rekan dari Alpha yang menggerayangi nya saat ini.

Kegiatan nista ini menjadi sebuah tontonan yang sangat menarik. Tapi bagi gadis itu, dirinya hancur sehancur hancurnya. Tak ia hiraukan lagi ketika Alpha tersebut mencium dan menjilati daerah lehernya.

"Kook, ku rasa kau sudah kelewatan"

Salah satu temannya sudah menepuk bahu pria itu. Hal itu sudah melewati batas, dan si pria sudah tenggelam di lautan nafsunya. Ia lebih asik dengan gadis didepannya yang sudah dalam keadaan telanjang bulat.

"Arghhh..... "










"Arghhhh.... "

Aku terbangun dari mimpiku. Rasa sakit itu nyata, terlebih saat aku menyentuh leherku. Aku hanya menghela nafas. Itu semua nyata. Aku tak bisa melenyapkan bau hina ini.

Sudah berapa kali aku menggosok tubuhku dan menyemprotkan parfum agar bau ini hilang. Tapi tentu saja, ini mustahil. Sungguh sia sia semua itu. Aroma ini lebih pekat dari parfum parfum itu. Aroma maskulin dari seorang Alpha brengsek yang menyentuhku sebulan yang lalu.

Aku tak keluar kamar meski ayah dan kakak lelakiku memintanya dengan baik baik. Aku tak ingin membiarkan aroma hina ini tercium oleh keduanya. Aku bahkan melewatkan hari ini. Hari pertama aku kembali bersekolah.

"Jung Eunha.... Teman-temanmu datang. Apa kau tak ingin keluar?"

Aku tak menjawab pertanyaan appa. Tangisku kembali pecah, bahkan mulut hina ini tak pantas untuk mengeluarkan kata kata.

Alpha [NC 21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang