Menunggu

3 1 0
                                    

Sesampainya dirumah Dinda langsung merebahkan badannya di kasur setelah melakukan ritual bersih bersihnya sambil memainkan handphone nya.

Baru saja Dinda mengaktifkan kembali handphone nya,langsung muncul beberapa pesan dan telfon tak terjawab dari kontak bernama Irwan.

* Irwan : Din?
   Irwan : kamu udah pulang belum?
   Irwan : kamu dimana sayang?
   Irwan : telfon aku kalo udah sampai
   Irwan : love you.

Melihat hal itu Dinda memutar bola matanya, jengah.

Dinda pun langsung mengabarinya lewat pesan kalau ia sudah pulang. Sebenarnya Dinda bisa menelpon irwan, tapi entah kenapa ia merasa malas. Ditambah lagi selain pesan dari Irwan, ada pesan yg sedanh ia tunggu.

Kok Roman belum hubungin nomor aku ya? Apa iya nomornya salah?. Ujar Dinda dalam hati dengan alis yg sedikit bertaut.

Ehh kok aku malah mikirin Roman sih? Sadar Din sadarrr.. Kamu udh punya pacar. Kacau banget nih pikiran kamu Din. Udah ah mending tidur. Dinda pun menggelengkan kepalanya keheranan mengapa ia tiba tiba memikirkan Roman. Tak lama kemudian ia terlelap.

🌸🌸🌸

Hari hari berjalan seperti biasa. Sudah 3 hari berlalu sejak peristiwa Dinda berkenalan dengan Roman dan tak ada nomor asing yg menghubungi Dinda atas nama Roman. Dinda pun sudah tak lagi memikirkan hal itu karna iapun disibukan dengan pekerjaannya.

Selama 3 hari itu pula hubungan Dinda dengan Irwan tengah mengalami percekcokan yg diakibatkan hal hal yg sepele. Hal itu membuat Dinda merasa tidak semangat bekerja dan membuat kepala nya sedikit pening.

Dinda dan Irwan berpacaran sudah 1 tahun lebih, dimulai dari saat mereka duduk di bangku SMA. Meskipun memang mereka tidak satu sekolah, tapi perkenalan berjalan begitu saja yang lama kelamaan menumbuhkan rasa dihati mereka. Namun, waktu berlalu membuat keduanya lebih sering bertengkar. Dinda seorang tipikal wanita yg bebas, disandingkan dengan Irwan yang terlalu posesif. Membuat pertengkaran sering terjadi diantara mereka. Entah apa yang membuat Dinda mempertahankan hubungannya dengan Irwan. Mungkin belum saatnya aku memgakhiri semuanya. Batin Dinda.

Disela lamunannya itu, Dinda tidak menyadari kedatangan Indah yang tengah mengendap endap dibelakangnya seperti pencuri.

"WOOYYY!" Seru Indah mengagetkan lamunan Dinda.

"Ehh monyong!!" Seru Dinda kaget.

"Hahaha. Ngapain sih siang bolong gini ngelamun Din? Ntar kesambet loh hahaha" Indah tertawa puas berhasil mengerjai Dinda.

"Indah kamu tuh ya kalo aku jantungan trus meninggal gimana? Ntar aku gentayangin baru tahu rasa yah kamu" Omel dinda sambil memegang dadanya yg serasa mau copot.

"Hahaha maaf Din. Lagian kamu ngelamun terus dari tadi, kenapa?"

"Biasalah, Irwan.. " Jawab Dinda lesu.

"Ya ampun kenapa sih kalian itu hobinya berantem mulu heran deh. Kalian itu pacaran apa musuhan sih?"

"Au ahh pusing mikirinnya"

"Yaudah mending kita makan siang yuk? Bakso mas ade udah melambai lambai tuh hihihi" Ajak Indah sambil berlalu menuju pintu keluar kios diikuti oleh Dinda.

Di sela sela mereka makan bakso, Indah teringat sesuatu.

"Wohh hiya Dhin.. haku bahu hingeth.." Indah berbicara dengan mulut masih mengunyah bakso yg terlihat masih panas.

"Kunyah dulu bakso nya baru ngomong Indahhh, keselek baru tahu rasa deh" Potong Dinda.

Barulah setelah makanannya berhasil dikunyah dan meluncur dengan mulus menuju lambungnya, Indah melanjutkan omongannya.

"Hehehe. Jadi gini, semalem Bobby bilang kalo Roman minta nomor kamu Din"

"Terus?" Dinda agak terkejut.

"Kan waktu itu dia udah minta langsung, kok dia minta lagi?" Tutur Dinda yg membuat Indah hanya bisa mangap belum sempat menjawab pertanyaan Dinda.

"Iyaa makanya dengerin dulu Dindaaa, katanya sih nomornya ga kesimpen gitu makanya dia minta lagi sama aku lewat Bobby gitu"

"Ohhhh terus terus?"

"Ya terus aku kasih deh nomor kamu." Ucap Indah santai sambil melahao baksonya.

"WHAT?! Kok kamu ga bilang dulu sih ndah maen kasih aja?"

Indah yg tengah memakan bakso hampir tersedak karna kaget.

Belum sempat Indah menjawab, handphone Dinda yang berada diatas meja pun berbunyi menandakan telepon masuk.

* +6289661720xxx
       Caling..

Dinda dan Indah pun saling bertatapan. Kemudian Indah memberi isyarat agar Dinda mengangkat telpon itu.

Dengan hati hati Dinda menggeser tombol hijau dan mendekatkan handpohne nya ke telinganya.

"Hallo?"

Kemudian terdengar jawaban dari sebrang telepon, suara berat yg terdengar teduh.

"Hallo Dinda.."

#holla guyss! Cerita ini sebenernya diangkat dari kisahku sendiri. Kisah yg umum terjadi dan mungkin kalo kalian lanjut baca bakalan agak gedek sendiri gitu ya (bahkan aku gedek sama diriku sendiri) 😆
Mohon bantuannya ya guys, aku pemula dan semoga kalian suka. Jangan lupa kasih bintang dan ditunggu saran kritik ya. Tengkyuuu💕

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang