Titip Rindu Untuk Kotaku

42 4 0
                                    

1

Rindu itu ada tempatnya,
Meski terkadang begitu menyayat jiwa.

Aku masih duduk disini ketika ingatan itu membuyarkan konsentrasiku. Masih begitu nampak jelas bagaimana wajahmu kala itu. Di seberang jalan yang penuh dengan debu dan kerikil yang siap menusuk setiap kaki yang telanjang. Wajahmu begitu sendu. Kesedihan nampak jelas disana ketika kamu melepas pergiku.

     Air dari sumber cahaya matamu yang begitu bening memang tidak menetes atau mengotori wajahmu yang begitu teduh dan asih. Rambut hitammu yang di ikat satu di belakang bak ekor kuda,membuat lehermu nampak begitu jenjang dan menambah paras ayu wajahmu. Aku pergi meninggalkan desa yang selama ini menjadi tempatku bercengkrama,mengadu akan pedihnya kehidupan.

     Suasana ruangan ini sepi. Tak ada orang yang bercakap-cakap atau bahkan tertawa. Mereka sibuk dengan buku yang ada di depannya. Begitu khusyuk. Dari balik jendela yang setiap hari selalu bersih,aku mengusap wajahku. Tidak ada peluh yang membasahi tanganku. Pun debu yang mengotori wajahku. Ingatan akan hari itu yang merenggut kebahagiaanku sementara ini. "Apa kabarmu cah ayu?", Nafasku terasa semakin berat setelah menyadari bahwa rindu ini juga telah merenggut ketenangan batinku setelah beberapa hari yang lalu, hari dimana aku tak sengaja melihat fotomu dalam sampul bukuku yang masih kusimpan hingga kini.
    
     Buku ini kugenggam dengan erat. Seolah memegang tanganmu yang tak ingin kulepas. Memang benar kata ibumu,kita masih terlalu muda untuk memulai kehidupan yang baru. Kehidupan yang penuh dengan ujian. Kehidupan yang menurut orang-orang tidak hanya modal cinta saja. Tapi harusnya mereka juga tahu,jika kita sudah siap untuk menjalani kehidupan itu berarti kita sanggup menanggung segalanya. Bahagianya, dukanya,sabarnya atau bahkan lapar dan kenyangnya. Aku pun masih ingat dengan jelas perkataan ibumu kala itu. Belajarlah dulu,atau bekerjalah dulu,biarkan Asih juga belajar terlebih dulu. Ucapan itu hingga kini masih jelas di telingaku ketika kuingat waktu itu. Bagaimana perjuanganku menuju rumahmu yang di juluki "wisata Jeglongan Sewu". Baju yang semula bersih dan kusetrika dengan rapi berkat setrika arang pinjaman dari tetangga yang harus kumakan mentah-mentah terlebih dahulu ceramahnya yang begitu panjang, seketika berubah menjadi kotor karena percikan lumpur di tambah dengan sepeda "onta" ku yang tak ada selebornya membuat celanakupun penuh dengan lumpur yang terkadang juga harus mendapat hadiah dari pengendara sepeda mesin yang begitu merasa "punya".
      
        Rindu itu membuncah lagi. Pandanganku menerawang jauh keluar jendela. Seolah disana ada tawamu,dan kugenggam semakin erat buku di hadapanku bak menggenggam tanganmu. "Asih,bersabarlah dan percayalah, aku akan datang meski peristiwa beberapa tahun lalu harus kualami lagi". Aku menunduk lesu. Bayangan wajahmu kian menjadi. Membuatku semakin sekarat untuk kesekian kali.
Kulihat disana ada seseorang menulis sesuatu. Aku tersenyum menyambut. Ingatan ketika aku menunggu balasan suratmu di kebun jati milik pak haji yang berujung aku ketiduran di bawah pohon dan di keroyok semut hitam,masih mampu membuatku tersenyum bahagia meski sudah kuingat entah untuk beberapa ratus kalinya. Dan kamu tahu Asih,aku masih menyimpan suratnya hingga kini.

     Surat Pertamamu yang berisi balasan perasaanmu padaku. Setelah sekian lama kupendam. Kamu membalas perasaanku. Ketika itu aku sungguh tak tau harus berbicara apa. Kataku beku. Ragakupun kaku. Seolah mimpi namun ini nyata. Kamu Asihku. Gadis manisku. Gadis desa yang kini entah bagaimana kabarnya.

      Jam berdentang sebelas kali. Tanda sekarang sudah pukul sebelas siang. Dan terhitung sudah tiga jam aku duduk disini,ditepi jendela perpustakaan tua disudut kota. Buku itu masih kugenggam dengan erat. Namun sekalipun tak kubaca. Sudah keputuskan hari ini aku akan menghabiskan waktuku disini. Di tempat ramai namum begitu sepi. Aku bisa mengingat semuanya tentangmu. Tentang kita hari lalu. Sebelum aku jauh meninggalkanmu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 12, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Titip Rindu Untuk KotakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang