Prolog
Selembar bagian dari halaman buku harian itu.
Dulu-nya bagiku kalimat itu tak penting. Tapi setelah dan sesudahnya hadir dan perginya. Baru, hati dan otak sama sama bekerja sama. Menerima sekaligus merasakan.
Bahwa selama di bumi "kalimat" adalah tangannya. Mereka yang hidup di bumi seolah diatur oleh kata dalam kalimat itu.
Seperti para pemegang pena itu, ada cerita yang seharusnya diceritakan dan ada juga cerita yang tak seharusnya diceritakan tapi harus diceritakan.
Mungkin tidak adil. Tapi sejak kapan bumi mengenal kata adil?.
Seperti keharusan. Cerita ini belum selesai.
Cerita ini Belum berhenti di terminal kereta sore kala itu. Bukan belum. Tapi hanya seseorang yang penasaran bagaimana cerita ini harus ditamatkan dan dibukukan lalu disimpan di lemari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Awan dan Roket
Novela Juvenilawan, ini aku. Roket. Aku tahu kepergianku membuatmu saat ini tidak baik-baik saja. Maaf kalau kita berpisah dengan pertanyaan. Tapi aku yakin selepas perpisahan kita hari itu, kamu bisa menjawabnya sendiri. Aku pulang. "