B

1.9K 301 110
                                    


















...


Sudah beberapa hari gosip mengenai Minhyung yang menyukai sesama jenis tersebar di lingkungan sekolahnya. Lucas menghasut siapapun agar mereka membenci Minhyung. Harapan akan dibenci bahkan dikucilkan, nyatanya jauh dari yang diinginkan Lucas. Minhyung tetap dicintai bahkan semakin digilai.

Pembawaanya yang cool dan terkesan apatis membuat wanita makin jatuh hati dan mengabaikan fakta bahwa Minhyung lebih menyukai sesamanya. Bahkan penggemar Minhyung makin bertambah terutama dari kaum laki-laki berwajah manis.

Haechan selalu diingatkan untuk tidak peduli dengan apa yang orang katakan tentang mereka. Toh lebih banyak yang mendukung mereka dibandingkan dengan yang memilih untuk membencinya. Ia masih menjadi superhero Haechan, tak ada yang berubah. Haechan percaya, selama bersama Minhyung, takkan ada yang perlu ia takutkan.

"Selamat pagi superhero-ku." Sapa Haechan riang saat melihat Mark berdiri menyandar di depan gerbang rumahnya.

"Pagi." Jawab Mark sekenanya sembari berdiri tegak. "Sudah bawa payungmu?" Meskipun langit mendung membuat pagi nampak muram, namun sosok matahari dihadapannya sanggup menghangatkan hati Minhyung.

"Eung!" Haechan mengangguk menggemaskan. "Let's go..."

"Sebentar," Minhyung berjongkok dihadapan Haechan, mengikatkan tali sepatunya yang terlepas dan tidak terikat rapi. "Kau masih saja belum bisa mengikat tali sepatu dengan benar. Nanti kalau aku tidak ada, siapa yang akan membantumu?" Minhyung berdiri setelah selesai mengikatkan tali sepatu Haechan.

Haechan nyengir. "Tentu saja Minhyung hyung! Lagipula siapa yang membiarkan hyung pergi? Aku akan menempelimu seperti permen karet." Sahut Haechan seraya memeluk lengan Minhyung. Yang lebih tua hanya menggeleng maklum, lalu mengusak surai cokelat madu milik Haechan. Mereka lantas berjalan menuju halte bus.

Semua orang nampak tergesa untuk memasuki bus yang baru saja berhenti di depan mereka. Minhyung membiarkan Haechan melangkah lebih dulu. Di dalam bus hanya ada satu bangku kosong yang tersisa. Minhyung membiarkan Haechan untuk duduk sedangkan dirinya berdiri disampingnya. Selagi bus itu mulai melaju, Haechan duduk dengan nyaman, memandang kearah jendela bus disampingnya. Wajahnya berseri, dipercantik dengan seulas senyum yang menghiasi wajahnya.

Minhyung merasa sangat beruntung bisa memandang wajah itu setiap hari. Ia pun tersenyum kecil. Tentu saja saat tidak dilihat oleh Haechan. Perlu di ingat Minhyung sangat jarang tersenyum atau tertawa. Itu pun pada saat-saat tertentu saja, dan yang jelas penyebabnya adalah lelaki manis bernama Seo Haechan.




...




Minhyung dan Haechan berjalan bersisian menuju ke kelas Haechan. Mereka mengobrol dan tertawa, meskipun sebenarnya lebih banyak Haechan yang berbicara dan sering tertawa oleh candaannya sendiri. Tapi itulah hal favorit Minhyung. Pemuda tampan itu tidaklah ekspresif seperti Haechan, dan meskipun ia sangat pintar dalam hal akademik, tapi ia sangat bodoh jika sudah menyangkut perasaan dan ungkapan cinta.

Mungkin karena itulah mengapa sampai saat ini Minhyung tak juga menyatakan perasaannya pada Haechan. Ia hanya bingung bagaimana mengatakannya. Lelaki itu terlalu kaku dan sangat tidak berpengalaman.

"Nanti siang ada latihan basket. Mungkin aku tidak bisa pulang bersamamu." Kata Minhyung saat mereka telah sampai di depan kelas Haechan.

"Kenapa tidak? Aku akan menunggu hyung. Lagipula ini bukan sekali dua kali aku menemani hyung berlatih."

"Ya sudah kalau itu maumu. Aku ke kelas dulu." Sahut Minhyung kemudian berlalu meninggalkan Haechan. Pemuda tampan itu memang terlalu kaku, sama sekali tidak manis. Dan Haechan sudah terbiasa dengan hal itu.

MONSOON [Markhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang