Jangan Mati

34 11 5
                                    

"Mirai! Mirai! Mirai-chaaaaaaaaaaan! Banguuunnn! Dasar pemalas!"

Ah! Aku terbangun karena terkejut. Suaranya masih kuingat jelas dan sekarang bergema dalam kepalaku. Suara yang cempreng namun sangat khas. Kejadian 3 tahun lalu yang mengubah hidupku namun itu...

Tak bisa kulupakan.

***

"Pagi semua!"sapaku pada teman-teman sekelas, walaupun aku tahu pasti akan diabaikan.

Diabaikan kenapa aku juga tidak tahu. Tapi sepertinya aku tahu...
Pasti karena kejadian 3 tahun yang lalu itu...

Kejadian yang benar-benar mengubah hidupku.

Sangat-sangat... mengubah.

"Pa-"ujar seorang perempuan sekelasku bernama Nana yang ingin menjawab sapaanku.

Tapi...

"Ah!"tangan Nana disenggol oleh Rie, anak perempuan yang lain.

Nana langsung membungkam mulutnya dengan tangannya lalu mengatakan, "Ah! Maaf, Rie! Aku lupa..."

Nana langsung menatap ke arahku dengan tatapan mata yang terlihat sedih dan berkaca-kaca, seolah-seolah mengatakan...

"Maafkan aku! Aku tidak bisa melakukan apapun yang berhubungan denganmu walau itu hanya ... sekedar menjawab sapa."

Aku tahu akan hal itu, sudah seringkali aku mengatakan sapa, dan Nana selalu hampir ingin menjawab.

Juga jika aku tidak membawa alat tulis, sebenarnya Nana hampir ingin meminjamkan.

Kurasa Nana sebenarnya tidak ingin terikat dengan teman-teman yang menganggapku 'kutukan'.

***

Ting tong! Bel pulang sekolahpun berbunyi. Seketika kulihat ada seorang gadis yang dari jauh menatapku sambil tersenyum, lalu diapun berjalan mendekat ke arahku.

Jangan-jangan itu...

Ah!

Tidak mungkin! Dia sudah tidak... ada.

Semakin jelas, jelas... Dan ternyata memang bukan 'dia' yang kumaksud.

"Ah! Ano..."ujarnya, "...apa kamu adalah Mirai Kasaragi?"lanjutnya sambil bertanya.

"Iya. Ada apa ya?"tanyaku lagi.

"Hah? Apa benar?"dia terkejut lalu bertanya lagi untuk memastikan.

"Iya... Ada apa?"

"Aku hanya terkejut. Semua orang mengatakan kamu adalah kutukan. Tapi-"

"Jangan sembarangan-"ujarku pelan.

"Hah?"

"AKU BUKAN KUTUKAN!"lanjutku kesal sambil membentaknya.

"Hah?"dia terkejut, "...ma-maaf!"lanjutnya ketakutan.

"Eh? Maaf ya! Aku yang salah! Seharusnya aku tidak membentakmu..."kataku.

"Ti-tidak... Aku yang salah! Seharusnya aku tidak berbicara sembarangan. Tadi itu aku mau mengatakan kamu sungguh cantik sampai aku tidak percaya gadis secantik kamu dibilang kutukan oleh semua orang."ujar gadis ini lembut.

"Eh? Makasih... Tapi, tolong jangan katakan apapun yang berhubungan dengan ... kutukan..."

"Eh? I-iya, maaf."

"Oh iya, tapi aku belum pernah melihatmu, kau siapa?"ujarku mengalihkan.

"Aku Aru Saikoto dari kelas 9-E! Kalau Kasaragi-san dari kelas mana?"

Sisa Zaman Jahiliyah✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang