Setengah dari sepiring nasi uduk sudah dilahap dengan baik oleh Hana, setelah sempat mengelak bahwa dia tak lapar dan berakhir menjadi perdebatan kecil Hana akhirnya menurut.
"Katanya gak lapar, kok tinggal sisa setengah aja," Cibir Megan sambil mengipas-ngipas teh manis hangat yang mengepul.
Hana mendengus, tapi tetap memakan makanannya sampai suapan terakhir.
"Mubadzir tau kalau makanan gak dihabisin nanti dosa,"
"Bilang aja laper,"
Hana berhenti mengunyah ditatapnya Megan dengan melotot, "Kamu kok komen terus sih?!"
Sebagian nasi yang ada didalam mulutnya terlempar indah didepan muka Megan. Dan dengan sigap Megan mengamankan teh manis hangat yang tadi ia kipasi.
Hana menutup mulutnya sendiri.
"Ih jorok! Untung gak kena ke teh manisnya kan"
"Maaf." Kata Hana merasa bersalah setelah menelan sisa makanannya, dia lalu membantu Megan membersihkan mukanya dengan tisu.
Megan mencibir saat melihat Hana kelabakan membersihkan makanan yang disemburkannya, tanpa merasa jijik. Dia lalu menyodorkan teh manis hangat itu kedepan Hana.
"Nih, minum."
Hana menaikkan kedua alisnya,"Buat aku?"
"Iya."
"Seriusan?"
"Iya."
"Iya, iya Mulu sih." Hana bergumam.
"Cepet minum bentar lagi bel masuk, gue balikin peralatan piketnya dulu ya. Bye!" Megan lalu meninggalkan Hana yang melongo tak percaya. Siapa yang akan bayar makanannya?
Hana mendekati ibu nasi uduk beserta piring dan cangkir bekas dia makan dan menatap dengan penuh rasa tidak enak. Setelah bergulat dengan pemikirannya dia akhirnya berkata,
"Ibu ini anu, em dompet saya di kelas nanti istirahat saya balik lagi buat bayar boleh?"
Si ibu nasi uduk yang sedang mengelap piring basah mengerutkan dahi. "Lho , udah dibayarin Megan kok tadi sama minumnya neng Hana juga."
"Ha?" Hana menatap ibu nasi uduk bingung.
"Iya udah kok, dilebihin lagi uangnya nanti lagi kalau ke kantin sama Megan aja, baik orangnya." Kata si ibu mesem-mesem.
*
"Dari mana aja? Perpus?" Tanya Seli saat Hana masuk kelas dan duduk dibangkunya.
Hana menggeleng,"Dari kantin, sarapan."
"Tuh kan! Makanya tadi disuruh Mama sarapan malah heboh takut kesiangan piket," Seli mengomel, "Gak piket juga kelas tetep bersih kali Han."
"Kebersihan adalah sebagian dari iman. Kamu gak tau ya?" Hana menjeda kata, lalu menyambung dengan suara pelan,"Iya sih setan."
Seli mendelik dibuatnya lalu menatap ponselnya melihat-lihat cogan Instagram, sedangkan Hana mengeluarkan novel didalam tas dan mulai membacanya.
Lima belas menit yang riuh setelah jam masuk dan tak ada guru itu mendadak senyap, Hana yang merasa pun akhirnya mendongak. Ternyata seluruh murid dikelasnya keluar dan berdiri di balkon koridor lantai tiga.
Hana melihat Seli yang sedang menumpukan kepala pada lipatan tangan dan memakai headset tak lupa ditutupi buku tulis.
Tidur dia,