"Perpus lagi perpus lagi, kapan mau gaulnya sih Haaaann"protes Seli.
Aku terkekeh "perpus itu sumber ilmu Seli sayangku, harusnya kamu cepet tobat sebentar lagi kan kita UN"
Seli adalah teman sebangku ku sejak aku masih kelas 5 SD, dan hanya sahabat sekaligus saudara tiri yang melebihi saudara kandungku sendiri, ya papa menikah dengan mama Vira, mama Seli yang sekarang menjadi mama tiri ku.
Hari ini, seperti biasa aku menghabiskan waktu istirahatku ditempat yang jarang orang masuki. Bukan, bukan ruang BK yang aku maksud, tapi perpustakaan. Malahan, ruang BK sekarang adalah tempat keluar masuknya murid-murid yang berprestasi membuat kenakalan.
Seli menghela nafas "Ya tapi kan Hanaaa My Honey Bunny Sweetie" aku bergidik jijik "lo tuh udah 3 taun bolak balik kesini terus, apa lo gak bosen? Nih ya kalo kita ngabisin waktu dikantin, beuh kita bisa liat pemandangan dede emes kita yang pada ucul ucul, emang lo gak mau liat?" Cerocos Seli panjang lebar.
"Aduh sodaraku tersayang aku tuh mau ngejar beasiswa buat masuk ke UI, keren kan kalo seorang Hana bisa jadi mahasiswi UI?" Tanyaku
"Lagian ngapain sih lo kepingin beasiswa nya? Emangnya uang papa gak cukup buat biayain kita kuliah?"
"Nah ini nih, makanya aku milih jalur beasiswa ya karena aku gak mau buang buang uang, Seli aku tuh pingin wujudin mimpi aku buat kuliah di UI dengan hasil usahaku sendiri" jelasku Seli hanya menghela nafas pendek dan memilih diam.
"Mau ikut masuk? Tanyaku setelah kami berada didepan pintu perpustakaan, Seli menatapku dari atas sampai bawah dengan pandangan meneliti matanya memicing lalu tangannya menempel di keningku, aku mengernyit heran melihat Seli
"Jujur sama gue, lo gak sampe belok dan jadiin buku sebagai kedok gara gara lo gagal move on dari kakak kelas itu kan?"
Deg
Perasaanku berubah jadi tak karuan saat Seli melontarkan pertanyaan yang sampai saat ini masih aku cari jawabannya.
"Yaampun Seli kalo ngomong itu dijaga, gimana kalo ada malaikat lewat terus ngaminin omongan kamu?" Kataku mengalihkan topik, tapi Seli hanya membalasku dengan cengiran lebar dan berlari kabur begitu saja.
"Gue kekantin yaaa," teriak Seli menjauh.
Aku menggelengkan kepala maklum melihat Seli berlarian. Untung saja Seli tak menyadari perubahan sikapku tadi.
**
Aku menghela nafas pelan sambil membalikan halaman buku novel yang sedang ku baca, lihatkan aku itu bukan seorang nerd yang selalu membaca buku tebal usang dipojok ruangan bertemankan kacamata bulat seperti tokoh Harry Poter.
Hanya saja, buku adalah pelarianku dari kenangan yang aku coba untuk tidak mengungkitnya lagi, yah mungkin orang orang jaman sekarang menyebutnya masa lalu.
Pintu terbuka menampilkan seorang perempuan yang mengomel diikuti lelaki yang terus tersenyum lebar dibelakangnya.
"Syut!" Peringat penjaga perpustakaan yang bernama Pa Syamsul
Tapi tak dihiraukan perempuan itu, dia terus berjalan seolah hanya ada dia dan lelaki yang bisa kutebak adalah temannya yang usil, dari tampang, sih.
"Ehm hey, err kak maaf ganggu bentar" si perempuan tadi berdiri didepan ku sambil tersenyum canggung, mungkin melihat bet kelasku yang bertandakan aku lebih tua darinya.
"Ya?"
"Kita mau ngapain sih?" Kali ini bukan si perempuan tadi yang menyahut melainkan lelaki dengan tampang urakan disampingnya